Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Kategori

Artikel (4) Dakwah (7) Motivasi (3) Muhasabah (11) Munajah (7) Prosa (5) Puisi (18) Tarbiyah (2)

Jumat, November 20, 2009

Untukmu Qiyadahku


Ya Allah,
Rendahkanlah suaraku bagi mereka,
Perindahlah ucapanku di depan mereka.
Lunakkanlah watakku terhadap mereka dan Lembutkanlah hatiku untuk mereka.

Ya Allah,
Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya
Atas didikan mereka padaku dan
Pahala yang besar
Atas rasa sayang yang mereka limpahkan padaku,
Peliharalah mereka
Sebagaimana mereka memeliharaku.

Ya Allah,
Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan,
atau kesusahan yang mereka derita karena aku,
atau hilangnya sesuatu hak mereka karena perbuatanku,
jadikanlah itu semua
Penyebab rontoknya dosa-dosa mereka,
Meningginya kedudukan mereka dan
Bertambahnya pahala kebaikan mereka dengan perkenan-Mu, ya Allah
sebab hanya Engkaulah
yang berhak membalas kejahatan dengan kebaikan berlipat ganda.

Ya Allah,
Bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku,
Izinkanlah mereka memberi syafa'at untukku.
Tetapi jika magfirah-Mu lebih dahulu mencapai diriku,
Maka izinkahlah aku memberi syafa'at untuk mereka,

sehingga kami semua berkumpul
Bersama dengan santunan-Mu
di tempat kediaman yang dinaungi kemulian-Mu, ampunan-Mu serta
rahmat-Mu.

Sesungguhnya Engkaulah
yang memiliki Karunia Maha Agung,
serta anugerah yang tak berakhir dan
Engkaulah yang Maha Pengasih Diantara semua pengasih.

****

Mari kita kenang dosa kepada dosen kita. Siapa tahu hidup kita dirundung nestapa karena kedurhakaan kita.
Karena kita sudah menghisap darahnya, tenaganya, airmatanya, keringatnya.


Istighfar, istighfarlah
Barangsiapa yang matanya pernah sinis melihat dosennya.
Atau kata-katanya sering mengiris melukai hatinya, atau yang jarang memperdulikan dan mendoakannya.
Percayalah bahwa seorang anak yang durhaka siksanya didahulukan didunia ini.

Istighfar yang pernah mendholimi dosennya

Astaghfirullahal Adhiim…..
Astaghfirullahal Adhiim…….

ADIL< SS

Haruskah Menunggu Neraka untuk Menangis ?!



Ketika anda melakukan sebuah dosa kecil, jangan anda lihat kepada kecilnya dosa. Tapi lihatlah, kepada siapa anda berdosa? ketika anda melakukan sebuah kebaikan kecil, jangan pandang kepada kecilnya kebaikan, tapi pandanglah siapa yang telah menganugerahkan anda untuk bisa melakukannya?

Sekecil apapun dosa yang dilakukan pasti akan menjadi sebuah kegelisahan yang menghantui anda. Pasti akan menjadi duri sandungan yang akan membuat anda terluka. Akan menjadi sumber malapetaka bagi diri anda. Akan menjadi sumber murka Allah. Akan menjadi kesedihan di dunia dan di akhirat. Akan menjadi tangisan banyak orang. Setiap dosa yang anda lakukan akan menjadi tumpukan dosa yang akan menutup pintu hati dan menjadi penghalang antara anda dan kebenaran. Sayang sekali bila hati sampai mengeras. Maka tidak ada lagi yang bisa diharapkan untuk menerima nasehat dan kebaikan. Batu tidak akan pernah melebur ketika dibakar oleh api, meskipun dalam waktu lama. Semoga kita tidak ditimpa dengan qaswatul qulub (hati yg keras) seperti kerasnya batu, sulit menerima nasehat dan kebenaran, meskipun jutaan umat berkumpul menasehati.

Sadarilah setiap dosa yang dilakukan akan menjadi dosa besar, kata para ahli hikmah;
Jangan meremehkan dosa-dosa kecil, karena dari dosa-dosa kecil itu akan tercipta dosa besar. Sedikit demi sedikit akhirnya menjadi bukit, beghitu kata pepatah kita. Boleh jadi pada dosa kecil yg kita lakukan juga terdapat murka Allah.
Hal ini senada dengan sabda Rasul Saw.:
Tidak akan menjadi dosa kecil, ketika terus menerus dilakukan dosa tersebut. Dan tidak akan tetap menjadi dosa besar, ketika terus menerus dilebur dengan istigfar.

Dosa akan terus menumpuk ketika terus dilakukan. Akan kian membesar ketika terus bertekad melakukannya. Sebaliknya setiap dosa yg diupayakan untuk taubat, akan terus terkikis dan akhirnya habis. Jangan sampai tertawa melakukan dosa, takutnya Allah akan memasukkan anda ke neraka, sedangkan anda hanya bisa menangis. Hanya bisa menyesali dan menjerit minta ampun. Berupayalah untuk bisa menangis dalam ketaatan kepada Allah, agar kelak bisa memasuki surga dengan keadaan tertawa

Setiap gerak dan hembusan nafas anda pasti akan dipertanggungjawabkan, jangan sampai ada tangis di suatu hari kelak. Jangan sampai ada orang lain yang menangis ketika anda melakukan sesuatu. Jangan sampai ada jiwa yang meronta karena dosa yang anda lakukan. Abu Bakar Ra. berkata:
Telah terjadi kerusakan di darat dan di laut, yaitu daratan maksudnya adalah lisan, sedangkan laut maksudnya adalah hati. Apabila rusak lisan, maka akan menangis banyak jiwa. Dan apabila hati yang rusak, maka akan menangis para malaikat.

Ketika lisan sudah tidak terjaga lagi, maka akan banyak jiwa-jiwa meratap. Akan banyak yang terluka oleh tajamnya lisan. Akan banyak yg menjerit karena fitnah yang menyebar. Akan banyak yang merana karena ghibah yang menjalar. Ketika kebohongan merajalela, akan banyak yang menderita. Lisan tak bertulang yang jumlahnya hanya satu, tapi bisa melukai banyak orang. Ketika hati telah rusak, maka malaikat yang akan menangisi. Malaikat sangat menyayangi hati yang sudah mulai error karena riya, ujub, dan berbagai penyakit hati lainnya. Akan membuat malaikat menangisi anda. Tapi kapan saatnya anda menangisi diri ? Akankah selalu tertawa dan ketika dimasukkan ke neraka, baru menangis?


SEBERAPA JAUH DALAMNYA DUKA CITA

Kesadaran bahwa kematian bukanlah sebuah perpisahan tanpa ada harapan akan pertemuan, sudah lama saya pernah dengar. Dan sudah cukup lama dicoba untuk ditanamkan ke dalam tubuh dan jiwa ini. Namun, sebagaimana hakekat manusia biasa yang tidak pernah dijangkau oleh kesempurnaan, kematian istri di seusai sungkeman Idul Fitri 1997 masih saja menjadi beban duka cita yang mendalam bagi saya. Tidak semata karena kehilangan kesempatan untuk menyicil utang cinta, tidak juga karena menangis cengeng mengenang masa lalu yang indah, dan tidak juga karena sisa-sisa kemesraan masa lalu.

Duka cita itu ada, mengikuti tubuh dan jiwa ini ke mana-mana. Dalam keadaan demikian, pilihan yang saya ambil adalah mencoba menyelami kedalaman ‘sumur’ duka cita. Dan ternyata, dalam upaya untuk menyelam ke dalam sumur terakhir semampu-mampunya, ada serangkaian perjalanan pemahaman yang layak saya ceritakan ke Anda. Rupanya, duka cita tidak sejelek yang dibayangkan orang. Ia tidak hanya bisa memproduksi kesedihan dan air mata. Wajahnya juga tidak semengerikan yang dibayangkan orang-orang yang teramat takut pada kesedihan. Dalam tataran pendalaman tertentu, duka cita bisa berganti-ganti wajah. Kadang ia berwajah buruk dan menyeramkan, kadang ia berwajah cantik dan menggiurkan. Sehingga bukan wajah itu yang penting, melainkan apa makna yang hadir di balik wajah-wajah yang sering berganti.

Oleh karena wajah-wajah tadi lebih banyak terkait dengan proses yang terjadi di dalam sini, dan sedikit sekali kaitannya dengan kejadian-kejadian yang terjadi di luar sana, akan banyak manfaatnya kalau kita menyadari bungkus-bungkus diri kita yang membuat seluruh pandangan dan pendapat menjadi demikian jauh menyimpang. Dan wajah-wajah duka cita, kalau mau jujur, sebagaian besar diproduksi oleh bungkus-bungkus tadi. Dalam keadaan kita sadar akan bungkus, apa lagi bisa keluar dari bungkus, duka cita akan muncul dengan wajah yang lain sekali dibandingkan yang dibayangkan kebanyakan orang.

Mari kita mulai dengan bungkus yang pertama. Bungkus yang paling kelihatan ini bernama tubuh. Pertama kali kita melihat orang, atau mengenal siapapun, kita akan lihat tubuhnya. Demikian juga ketika kita pertama kali mengenal diri sendiri. Diri ini ya tubuh ini. Demikianlah kira-kira anak-anak, dan juga sebagian orang dewasa menyebut dirinya. Siapa saja yang mengidentikkan dirinya dengan tubuh, ia hidup dalam jangkauan sang maut. Duka cita memiliki wajah yang amat mengerikan. Dan yang paling penting, mudah sekali terasing dalam tubuhnya sendiri.

Tanda-tanda orang yang mengidentikkan dirinya dengan tubuh disamping dilihat dari pengertiannya tentang diri, juga terlihat jelas pada ketergantungannya yang mendalam pada pemuasan panca indera. Hampir semua energi kehidupan terkuras habis untuk memuaskan panca indera. Nah inilah jenis manusia yang amat disukai oleh duka cita yang berwajah amat mengerikan.

Bungkus kedua bernama pikiran. Bila saya mengemukakan bahwa Anda bukanlah tubuh Anda, lebih mudah untuk dimengerti. Namun, saya mengalami kesulitan untuk menerangkan ke sejumlah orang bahwa kita bukanlah pikiran kita. Sebab, pikiran sebagian besar adalah hasil reproduksi kejadian-kejadian masa lalu. Mengkerangkakan, itulah hobi berat mahluk yang bernama pikiran. Membuat ukuran-ukuran dalam kerangka, kemudian mengukur orang dan kejadia dengan kerangka tadi. Kalau cocok, orang dan kejadian itu membahagiakan. Kalau tidak cocok, orang dan kejadian itu mencelakakan.

Sebut saja orang-orang yang tidak cocok, berkelahi atau malah berperang dengan orang lain. Ini tidaklah lebih dari kumpulan manusia yang menjadi korban-korbannya pikiran. Dan sejarah manusia, sebagian adalah sejarah yang diperkosa oleh pikiran. Bedanya dengan tubuh, ia adalah bungkus yang lebih mudah untuk dilepas. Namun pikiran, ia hampir menyatu dengan sang diri.

Bungkus ketiga dan terakhir adalah ego atau keakuan. Semua orang memiliki bungkus ini. Dari orang biasa, kaum bijaksana, intelektual, seniman, semuanya memiliki bungkus ini. Entah itu muncul dalam bentuk nafsu untuk tampil lebih hebat, gengsi, harga diri, kesombongan dan sejumlah wajah ego lainnya. Bungkus ketiga tidak saja membuat manusia hidup dalam jangkauan sang maut, tetapi juga membuat kita berjalan dari satu tebing berjurang dalam, menuju ke tebing yang berjurang dalam lainnya.

Ketiga bungkus diri di atas, ketiga-tiganya memproduksi wajah duka cita yang amat mengerikan dan menakutkan. Bungkus tubuh membuat saya berpisah untuk selamanya dengan istri tercinta setelah kematian. Bungkus pikiran menciptakan utang-utang cinta yang tidak bisa dibayar, serta memproduksi air mata tidak ada habis-habisnya. Dan bungkus ego, ia menghasilkan protes pada hidup, kehidupan dan bahkan Tuhan. Sekali lagi, inilah rangkaian kekuatan di dalam diri kita yang memproduk wajah duka cita yang menakutkan dan mengerikan.

Sebagai manusia biasa, duka cita memang masih hadir dengan wajah menyedihkan dalam hidup saya. Apa lagi diri yang dianggap "pinter" yang dikelilingi tukang puji dan tukang maki. Akan tetapi, masih dalam proses perjuangan hidup saya untuk bisa memproduksi sebanyak mungkin duka cita yang tidak hanya berwajah ceria, tetapi juga berwajah bijak penuh dengan pengetahuan yang mencerahkan. Dan tulisan ini, adalah salah satu dari rangkaian perjalanan menuju ke sana.

Jumat, Agustus 28, 2009

Doa buat saudaraku Tercinta...!!!


Ya ALLAH, berikan taqwa kepada jiwa-jiwa kami dan sucikan dia.
Engkaulah sebaik-baik yang, mensucikannya.
Engkau pencipta dan pelindungnya

Ya ALLAH, perbaiki hubungan antar kami
Rukunkan antar hati kami
Tunjuki kami jalan keselamatan
Selamatkan kami dari kegelapan kepada terang
Jadikan kumpulan kami jama'ah orang muda yang menghormati orang tua
Dan jama'ah orang tua yang menyayangi orang muda
Jangan Engkau tanamkan di hati kami kesombongan dan kekasaran terhadap sesama hamba beriman
Bersihkan hati kami dari benih-benih perpecahan, pengkhianatan dan kedengkian

Ya ALLAH, wahai yang memudahkan segala yang sukar
Wahai yang menyambung segala yang patah
Wahai yang menemani semua yang tersendiri
Wahai pengaman segala yang takut
Wahai penguat segala yang lemah
Mudah bagimu memudahkan segala yang susah
Wahai yang tiada memerlukan penjelasan dan penafsiran
Hajat kami kepada-Mu amatlah banyak
Engkau Maha Tahu dan melihatnya

Ya ALLAH, kami takut kepada-Mu
Selamatkan kami dari semua yang tak takut kepada-Mu
Jaga kami dengan Mata-Mu yang tiada tidur
Lindungi kami dengan perlindungan-Mu yang tak tertembus
Kasihi kami dengan kudrat kuasa-Mu atas kami
Jangan binasakan kami, karena Engkaulah harapan kami
Musuh-musuh kami dan semua yang ingin mencelakai kami
Tak akan sampai kepada kami, langsung atau dengan perantara
Tiada kemampuan pada mereka untuk menyampaikan bencana kepada kami

"ALLAH sebaik baik pemelihara dan Ia paling kasih dari segala kasih"

Ya ALLAH, kami hamba-hamba-Mu, anak-anak hamba-Mu
Ubun-ubun kami dalam genggaman Tangan-Mu
Berlaku pasti atas kami hukum-Mu
Adil pasti atas kami keputusan-Mu

Ya ALLAH, kami memohon kepada-Mu
Dengan semua nama yang jadi milik-Mu
Yang dengan nama itu Engkau namai diri-Mu
Atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu
Atau Engkau ajarkan kepada seorang hamba-Mu
Atau Engkau simpan dalam rahasia Maha Tahu-Mu akan segala ghaib
Kami memohon-Mu agar Engkau menjadikan Al Qur'an yang agung
Sebagai musim bunga hati kami
Cahaya hati kami
Pelipur sedih dan duka kami
Pencerah mata kami

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Nuh dari taufan yang menenggelamkan dunia

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Ibrahim dari api kobaran yang marak menyala

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Musa dari kejahatan Fir'aun dan laut yang mengancam nyawa

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Isa dari Salib dan pembunuhan oleh kafir durjana

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Muhammad alaihimusshalatu wassalam dari kafir Quraisy durjana, Yahudi pendusta, munafik khianat, pasukan sekutu Ahzab angkara murka

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Yunus dari gelap lautan, malam, dan perut ikan

Ya ALLAH, yang mendengar rintihan hamba lemah teraniaya
Yang menyambut si pendosa apabila kembali dengan taubatnya
Yang mengijabah hamba dalam bahaya dan melenyapkan prahara

Ya ALLAH, begitu pekat gelap keangkuhan, kerakusan dan dosa
Begitu dahsyat badai kedzaliman dan kebencian menenggelamkan dunia
Pengap kehidupan ini oleh kesombongan si durhaka yang membuat-Mu murka
Sementara kami lemah dan hina, berdosa dan tak berdaya

Ya ALLAH, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan yang ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami

Ya ALLAH, ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kami
Dan rahmah kasih sayang-Mu lebih kami harapkan daripada amal usaha kami sendiri

Ya ALLAH, jadikan kami kebanggaan hamba dan nabi-Mu Muhammad SAW di padang mahsyar nanti
Saat para rakyat kecewa dengan para pemimpin penipu yang memimpin dengan kejahilan dan hawa nafsu
Saat para pemimpin cuci tangan dan berlari dari tanggung jawab
Berikan kami pemimpin berhati lembut bagai Nabi yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami, ummati ummati, ummatku ummatku
Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan semua kekayaan demi perjuangan
Yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera
Yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan kekayaan

Ya ALLAH, dengan kasih sayang-Mu Engkau kirimkan kepada kami da'i penyeru iman
Kepada nenek moyang kami penyembah berhala
Dari jauh mereka datang karena cinta mereka kepada da'wah
Berikan kami kesempatan dan kekuatan, keikhlasan dan kesabaran
Untuk menyambung risalah suci dan mulia ini
Kepada generasi berikut kami
Jangan jadikan kami pengkhianat yang memutuskan mata rantai kesinambungan ini
Dengan sikap malas dan enggan berda'wah
Karena takut rugi dunia dan dibenci bangsa
Ya Allah kabulkanlah seluruh doa kami untuk kami dan saudara yg aku cintai...!!!

Jumat, Agustus 21, 2009

Mencintai Istri, Hadiah Bagi Anak Kita



Aku bertanya

Bagaimana perasaan Anda saat melihat seorang anak yang berlaku tidak menghormati ibunya ?

Apakah Anda bisa santai membiarkan orang lain berlaku tidak baik kepada ibu Anda?

Apakah Anda ingin anak-anak Anda memuliakan ibu mereka seperti Anda memuliakan ibu Anda, yang adalah nenek mereka?

jika demikian, cobalah untuk lebih peka.

Bagaimana perasaan Anda kepada orang yang memperlakukan ibu Anda dengan penuh hormat dan penuh kasih sayang?

Bagaimana perasaan Anda kepada anak anda yang memperlakukan ibu mereka dengan penuh hormat dan penuh kasih sayang?

karena itu,

Bahagiakanlah anak-anak Anda, dengan memperlakukan ibunda mereka dengan penuh hormat dan penuh kasih sayang,

Karena,

Hadiah terbaik bagi anak-anakmu adalah mencintai ibu mereka.

Damailah Diriku





Dalam kegelisahan mu, engkau bertanya-tanya –
jika hidup ini sulit,
mengapakah ada orang yang hidupnya mudah?
Jika hidup ini ujian,
mengapakah ada orang yang mudah lulus?
Jika hidup ini sementara,
mengapakah kegelisahan dan penantian mu lama?
Jika hidup ini hanya mampir untuk minum,
mengapakah air tidak mendamaikan mu?
Dan setelah minum,
ke mana kah engkau akan berangkat?
Karena, jangankan sampai …,
merangkak pun engkau lambat.

Apakah engkau penting?

Apakah akan ada bedanya –
engkau ada atau tidak pernah ada?

Jika engkau penting,
mengapakah kemudahan tidak berpihak kepada mu
dalam upaya mu untuk menjadi pribadi yang penting?
Jika engkau diperhatikan,
mengapakah engkau sering harus berlaku yang
memalukan untuk menarik perhatian?
Jika ada tujuan yang penting bagi kehadiran mu
dalam kehidupan ini,
mengapakah sulit bagimu
menemukan arah yang menyemangati?

Dalam tengadah wajah mu ke langit,
hatimu menunduk sedih,
dan dengan getar gagu kelopak mata mu
yang menggantikan gerak bibir mu
dalam menyuarakan pedih hatimu,
engkau bertanya lambat-lambat …

Jika aku dicintai,
mengapakah aku demikian sedih?

Tidakkah aku pantas bagi sedikit perhatian?

Demikian kurang kah yang kurang pada ku,
sehingga aku harus memamerkan kekurangan ku,
untuk mengundang kasih sayang?

Masih kurang letih kah aku dalam penantian ku,
sehingga aku masih diminta menunggu?

Tidakkah aku berhak bagi sedikit kasih sayang?

Demikian terpinggirkan kah aku,
sehingga aku tidak terhitung?
Demikian salah kah aku,
sehingga aku pantas bagi pelupaan?

Lalu, siapa kah yang menyayangi ku?
Siapa kah yang akan memeluk ku?

Tidakkah mereka merasakan
pahitnya kesendirian ku yang senyap ini?

Aku tidak tahu mengapa aku menangis,
tetapi ke mana lagi aku bersandar
jika bukan kepada tangis ku?

Oh, tangan yang ramah …

Seandainya ini bukan hanya rasa yang kurindukan.
Lembutnya rasa telapak tangan
yang penuh kasih
menyentuh pipi ku yang yatim.
Bibir ku akan mengejarnya,
seperti mulut bayi yang haus.
Kudekap tangan itu,
kuciumi harum keramahannya.
Dan nafas ku bertanga-tangga
melalui bibir yang tak mampu terkatup –
meratapkan rasa syukur ke langit
untuk dia yang menemukan ku
dalam kesedihan kesendirian ku.

Seandainya ada orang di luar sana
yang hatinya penyayang.

Seandainya dia menemukan ku.

Dia pasti akan duduk dekat-dekat bersama ku.
Senyumnya yang ramah
mengijinkan aku untuk menangis haru.
Wajahnya yang mengerti,
mengubah pedih tangis ku
menjadi sejuknya sentuhan sutra
yang ditenun dari wangi melati.
Sesengguk tangis ku
menumpahkan semua sedih ku,
berserakan di antara kaki ku yang bisu tertidur.

Melolong aku dalam tangis ku,
bukan lagi karena kepedihan,
tetapi karena aku menikmati
bahwa tangisan orang yang menemukan kasih sayang
adalah tangisan yang berbahagia.

Aah … betapa tipisnya pemisah
antara tangis yang melukai dan tangis yang mengobati.

Aku baru hanya membayangkan kasih sayang,
tetapi pengertian itu telah mulai mewajarkan pedih ku,
karena mungkin saja
tangan yang ramah itu
sedang lebih bersedih daripada aku;

tetapi ini yang kuyakini sekarang,

jika dia bisa menyebabkan pengertian baik ku
dan menyebabkan aku menemukan pengobatan
dalam diriku sendiri untuk kepedihan ku,
dia tidak mungkin dibiarkan lama termangu
di dalam kepedihannya sendiri.

Tetapi, untuk pribadi seperti itu,
bahkan mungkin kepedihannya adalah kebahagiaannya,
karena dengan pedih hatinya –
dia mengerti betapa hati yang sedang bersedih –
membutuhkan uluran tangan yang ramah.

Oh …, sekarang aku mengerti …

Baru membayangkan saja –
bahwa ada tangan yang mengulur ramah kepada ku,
aku telah terangkat dari kesedihan ku,
tanpa betul-betul diangkat.

Aku lebih damai.

Ternyata,
aku bisa tetap merasa damai di atas semua kekurangan,
kelemahan, dan keterpinggiran ku.

Sekarang aku mengerti
bahwa tugas utama ku bukan untuk tidak kekurangan,
bukan untuk tidak lemah, dan bukan untuk diketengahkan;
tugas pertama ku
adalah untuk menjadi pribadi yang damai.

Damai jiwa ku adalah kekayaan ku yang pertama.

Jiwa yang damai adalah kekayaan yang utuh,
yang menjadi sandaran bagi semua kekayaan.

Jika jiwa ku damai,
aku tidak harus memenuhi semua aturan kekayaan
yang dipantaskan oleh orang lain untuk diri mereka.

Dengan jiwa yang damai,
aku menjadi cukup untuk diri ku sendiri,
dan apa pun yang kulakukan setelahnya
adalah untuk kebaikan orang lain.

Sekarang aku tersenyum.

Sekarang aku tahu,
bahwa kesedihan hatiku adalah jalan dari pinggir
untuk menduga-duga arah menuju kebahagiaan ku.

Dalam akal ku yang sekarang terbebas dari mimpi buruknya,
aku melihat bahwa pengertian ku
adalah jalan besar menuju kebahagiaan ku.

Dan dalam pengertian ku yang lebih menerima,
aku tahu bahwa keterbukaan hati
adalah satu-satunya jalan menuju kebahagiaan.

Sekarang aku mengetahui.

Tidak ada kesedihan yang akan berlama-lama
melemahkan ku.
Tidak ada kemarahan yang akan berliar-liar
mempermalukan diri ku.
Dan tidak ada kesombongan yang akan berpalsu-palsu
merendahkan ku.

Sekarang aku tahu.

Hanya orang yang tidak sepenuhnya tahu
yang masih membutuhkan keyakinan.

Dia yang tahu tidak perlu keyakinan,
apalagi diyakinkan.

Dia yang tahu – tahu.

Pengetahuan itu telah cukup baginya.

Dia yang tahu bahwa Tuhan itu ada, … tahu.
Jangan lagi berupaya meyakinkan orang yang tahu.
Tidak ada keyakinan yang lebih kuat
daripada pengetahuan.

Dia yang berpendidikan
tetapi masih membutuhkan peyakinan untuk yakin –
adalah orang yang belum berpengetahuan.

Aku sekarang tahu.

Maka kuat dan damai lah aku.

…….

Entah apa yang telah kau sebabkan pada ku,
tetapi sekarang
pertanyaan yang menjadi kegelisahan utama ku,
tidak lagi menyayat sepedih dulu.

Mengapakah sulit bagi ku untuk merasa damai?

…….

Aku sekarang menjadi heran,
mengapa dulu aku menangis dalam pertanyaan itu?

Ku tak tahu apa yang kau lakukan,
tetapi pembicaraan dengan mu ini
telah memindahkan ku dari lahan rintihan
ke taman pembahagiaan.

Aku berhutang kepada mu.

Aku ingin membayar mu,
tetapi bukan itu yang pantas bagi bayaran mu.

Engkau tak membutuhkan terima kasih ku,
karena engkau menemukan kebahagiaan mu
dalam kebaikan hidup ku.
Maka bayaran dari ku bukanlah bayaran bagi mu.
Dengannya
aku tidak akan pernah bisa membayar mu.

Tetapi aku terlalu berhutang.

Maka aku berjanji kepada Beliau
yang mempertemukan kita,
bahwa aku akan menjadikan diri ku bernilai
agar uluran tangan ku
mendamaikan saudara ku yang hatinya piatu
dalam kesedihannya.

Aku akan menjadikan diri ku pelaku,
pengundang, dan penyemangat
bagi kebaikan saudara-saudara ku.

MTGW

oh.....Aku, pribadi yang damai.

Minggu, Agustus 02, 2009

Anakku....


Anakku …….. engkaulah buah hatiku.

Kasih sayangku padamu tak terkikis oleh erosi zaman.

Kuselalu memandang wajahmu yang damai ….

Ketika engkau sedang tidur.

Aku tersenyum melihat senyummu, engkau pasti bermimpi indah.

Anakku ……..

Jantungku berdegup keras mendengar isak tangismu.

Aku tak ingin kau bersedih, aku tak ingin engkau dilanda nestapa.

usahlah menangis, Aku akan memberimu senyum dan cinta tak terhingga,

yang selalu kumiliki hanya untukmu.

Selamat tidur anakku, semoga Allah selalu bersamamu.

Adikku...Menikahlah Dengan Benar !



untuk sahabatku yang berazam kuat untuk menghindari maksiat
kurangkai kalimat sederhana untukmu MENIKAHLAH DENGAN BENAR

perjalanan hidup berumah tangga tidak jarang menghadapi berbagai aral yg mengeruhkan hubungan suami istri. Oleh sebab itulah, ditetapkan kewajiban atas suami dan istri tanggung jawab untuk menjaga kelestarian hubungan mereka dan berupaya menghindari segala hal yg menyebabkan kerusakan hubungan itu.

Banyak orang memahami pernikahan dengan pemahaman yg salah atau kurang lengkap. Tak pernah terbersit dalam benak mereka adanya hikmah yg, agung yg karenanya pernikahan itu di syariatkan.

Sebagian dr mereka memandang, bahwa :
> Pernikahan adalah bersenang - senang dan memuaskan syahwat semata.
> Pernikahan adalah jalan untuk mendapatkan keturunan dan berbangga dengan banyaknya anak.
> Pernikahan adalah kesempatan untuk berkuasa, memegang kendali kekuasaan, dan meluaskan pengaruh.
> Pernikahan adalah kesempatan untuk menjaga kemuliaan jiwa dan memperbanyak kuantitas orang2 beriman.
> Pernikahan adalah adat turun temurun yg di wariskan bapak kepada anaknya.

Sangat sedikit sekali dari pandangan mereka, yg memandang, bahwa :
* Pernikahan adalah Tugas risalah dan TANGGUNG JAWAB YANG AGUNG, KERJA SAMA, TOLONG MENOLONG YANG CONTINUE, PENGORBANAN YANG TERUS MENERUS DI JALAN KEBAHAGIAAN, DAN MENGANTARKANNYA MENUJU JALAN KESELAMATAN.
(Seperti, tercantum pd QS.al-Hujurat : 13 dan QS.ar-Rum : 21).

Kebahagiaan dalam rumah tangga itu menyerupai CAKRAM MADU yg di bangun oleh dua lebah. Setiap kali bertambah kerja kerasnya maka bertambah pula kelezatan yang di dapatkan darinya. Banyak orang bertanya bagaimana cara menciptakan kebagiaan di dalam tempat tinggal mereka, dan mengapa mereka gagal mewujudkan kegemberiaan keluarga dan kententramannya.
Tak salah lagi, bahwa tanggung jawab utk mewujudkan kebahagiaan rumah tangga itu menjadi kewajiban suami istri. Harus ada rasa cinta di antara pasangan suami istri. Cinta yg di maksud bukan berarti hasrat seksual semata2, yg kadang2 bergejolak tinggi tetapi kadang2 padam secara tiba2.
Cinta yg kita maksudkan di sini, adalah KEHARMONISAN ROHANI, PERASAAN DAN SENSITIVITAS YG MULIA ANTARA SUAMI DENGAN ISTRI.
Rumah tangga yg bahagia tidak hanya berisi cinta saja, tetapi harus juga di ikuti dengan semangat toleransi antara masing2 pasangan.
TOLERANSI di sini tidak akan muncul tanpa adanya saling BERBAIK SANGKA DAN SALING PERCAYA ANTARA KEDUA BELAH PIHAK. Kerjasama dan bantu membantu menjadi faktor penting dalam mempersiapkan rumah tangga bahagia. Tanpa adanya hal itu maka nilai cinta dan toleransi akan melemah. Kerjasama jg di lakukan secara SPIRITUAL dan MATERIAL, yg terwujud pada baiknya kesiapan pasangan dalam menyelesaikan masalah apa saja yg menghadang jalannya bahtera keluarga. Mayoritas pertikaian itu berawal dari TIDAK ADANYA PENGHARGAAN SALAH SATU PASANGAN TERHADAP PASANGANNYA, atau SIKAP ENGGAN MEMENUHI HAK TEMAN HIDUPNYA.

Tanggung jawab menciptakan kebahagiaan rumah tangga terbeban di pundak kedua orang tua.
Sering "Bangunan" rumah tangga roboh karena PERKATAAN YG TAJAM atau KARAKTER YG KAKU dan MUDAH BERTENGKAR.
Seringkali "Tiang Penyangga" Kebahagiaan rumah tangga runtuh karena CINTA MELAMPAUI BATAS, atau TIDAK ADANYA KEIKHLASAN DARI SALAH SATU ORANG TUA, atau PERKARA2 KECIL YG TUMBUH MENJADI BESAR SECARA PSIKIS.

BUKAN HANYA SEBUTIR PASIR

Para wartawan pernah dibuat terheran-heran oleh Sir Edmun Hillary ketika mereka
coba menyelidiki sesuatu yang paling ditakuti oleh penakluk pertama Mount
Everest itu. Dalam sebuah wawancara, hillary mengatakan bahwa ia tidak pernah
takut pada binatang buas, jurang yang curam, bongkahan es raksasa atau padang
pasir yang luas dan gersang sekalipun!

"Lalu apa yang anda takuti?" buru seorang wartawan "sebutir pasir yang terselip
di sela-sela jari kaki" jawab Hillary singkat. "why?" "Sebutir pasir yang
masuk di sela-sela jari kaki sering sekali menjadi awal malapetaka. Ia bisa
masuk ke kulit kaki atau menyelusup lewat kuku. Lama-lama jari kaki terkena
infeksi lalu membusuk. Tanpa sadar kaki pun tidak bisa digerakkan. Itulah
malapetaka bagi seorang penjelajah sebab dia harus ditandu." lanjut sang
penjelajah mengobati rasa penasaran para wartawan.

Hillary tidak pernah takut pada harimau atau binatang buas lainnya karena secara
naluriaih binatang buas sebenarnya takut menghadapi manusia. Sedang untuk
menghadapi jurang terjal, gunung es, atau padang pasir, seorang penjelajah pasti
sudah punya persiapan yang memadai. Tetapi jika menghadapai sebutir pasir yang
akan masuk ke jari kaki, seorang penjelajah tak mempersiapkannya. Bahkan
cenderung mengabaikannya.

Sebenarnya apa yang dikatakan oleh hillary tentang para penjelajah itu tidak
jauh berbeda dengan kita yang sering mengabaikan dosa kecil. Coba saja kita
renungkan, berdusta, berburuk sangka, ghibah atau perbuatan tercela lainnya
sering kali kita anggap sepele hingga tanpa sadar kita menjadi "˜keterusan"
melakukan dosa-dosa kecil itu yang lambat laun akhirnya penjadi kebiasaan. Dosa
kecil itupun akan menjadi dosa besar yang pada akhirnya akan merugikan diri
pribadi dan lingkungan.

Oleh karena itulah, Nabi Muhammad SAW sangat meanti-wanti kita untuk tidak
mengabaikan dosa-dosa kecil seraya melarang kita melupakan amal kebaikan
walaupun itu juga kecil. Sesungguhnya tidak ada dosa kecil jika dilakukan
terus-menerus dan tidak ada dosa besar jika diiringi dengan taubat nasuha.

bukankah kisah sufi pernah menceritakan bahwa seorang pelacur pun masuk surga
hanya karena memberi minum anjing yang kehausan. Perbuatan yang cenderung
dinilai sangat kecil ternyata di mata Allah punya nilai besar karena faktor
keikhlasannya. Itulah nilai setetes air penyejuk yang diberikan sang pelacur
pada anjing yang kehausan.

Terlepas dari dagingnya yang haram atau pun liurnya yang najis, bukankah anjing
adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang juga berhak untuk kita tolong?


Minggu, Juli 19, 2009

Astagfirullah..............haasibuu anfusakum



MENGENALI KESALAHAN DAN KELEMAHAN DIRI

... فَلا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى (لنجم:32)
“……maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci, Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS 53:32).

Mengetahui dan menyadari kesalahan adalah awal kebaikan. Sementara merasa benar terus adalah awal dari kehancuran. Kesalahan memang merupakan tabiat manusia, namun tidaklah bijaksana bila kita terus menerus melanggengkan kesalahan apalagi mewariskannya kepada binaan-binaan atau anak-anak kita. Surat An-Nisa ayat 9 mengingatkan kita bahwa ada keterkaitan yang erat antara kuat atau lemahnya generasi penerus dengan ketakwaan dan kebenaran ucapan orang tua atau pembina. Oleh karena itu sepantasnyalah kita selalu mawas diri jangan sampai kita mewariskan keburukan kepada penerus-penerus kita.
Hendaklah kita menjadi pribadi yang malu bila berbuat salah. Malu kepada Allah dan malu kepada orang-orang beriman. Tidak cukup sekadar mengetahui bahwa diri kita salah, tetapi kita begitu manja meminta permakluman dari Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penerima Tobat. Yang harus kita lakukan bukan hanya menjauhi kesalahan-kesalahan yang besar dan fatal tetapi juga berusaha menghindarkan diri dari kekeliruan-kekeliruan kecil. Sebab apapun bentuknya bila kita sadar melakukan kesalahan tetap saja itu merupakan dosa.
Siapa pun kita pasti pernah terjatuh pada kesalahan.
Astagfirullah....
Tugas kita adalah memohon ampun dan bertobat kepada Allah. Untuk kesalahan pada sesama manusia tentu saja kita harus meminta maaf lebih dulu kepada mereka. Jangan gengsi untuk mengakui kesalahan. Jangan sampai kita berbohong untuk membela kesalahan kita. Apalagi kita berargumen untuk membela kesalahan tersebut dan meminta orang lain menganggap bahwa kesalahan kita adalah kebenaran, na’udzubillahi min dzalik
Allah paling mengetahui tentang diri kita dan melebihi pengetahuan kita. Maka janganlah kita merasa diri kita bersih dan merasa diri paling benar. Kalaupun kita benar dan orang lain salah kita tidak boleh melecehkan kesalahannya. Kalau kita tidak ingin aib kita dibuka orang lain maka jangan buka aib orang lain. Meluruskan diri sendiri dan orang lain tidak perlu dengan cara membuka aib. Cukuplah kita meminta ampun kepada Allah dan melakukan langkah-langkah perbaikan yang lebih menjaga kehormatan diri dan orang lain. Terkadang ada orang yang karena kesalahannya terlanjur dibeberkan menjadi malu dan bersikap antipati, bukan hanya kepada yang membeberkan tetapi juga kepada wadah di mana si pembeber aib bernaung. “Janganlah karena engkau orang jadi benci terhadap Islam”(Al Hadits). Kebenaran harus diperjuangkan dengan cara yang benar pula, al ghaayah laa tubarrirul wasiilah (tujuan tidak boleh menghalalkan segala cara).
Jadi masalahnya bukan tidak boleh mengungkap kesalahan orang lain, tapi bagaimana caranya agar pengungkapan itu tidak membawa dampak negative bagi yang bersangkutan: menghalanginya dari jalan Allah. Teruslah memperjuangkan kebenaran. Jantanlah mengakui kesalahan dan bijaksanalah dalam meluruskan kesalahan orang lain. Keberhasilan berawal dari kesadaran akan kesalahan, sehingga setiap pribadi senantiasa terus memperbaiki diri menuju kepada kesempurnaan. (2:208 3:134-135)
Ikhwan dan akhwat fillah. Sirah mencatat pengakuan seorang wanita Al Ghamidiyah yang telah terjatuh kepada perzinahan. Bukan hanya sekadar mengaku tetapi wanita tersebut ingin bertobat dan minta dirajam. Saat itu Rasulullah menyuruh wanita tersebut melahirkan dan menyusui dulu anak dari hasil perzinahan tersebut. Setelah si anak sudah disapih barulah dilaksanakan hukum rajam. Dalam peristiwa itu terucap dari lisan Rasul bahwa wanita tersebut dijamin masuk surga.
Hikmah yang bisa kita petik dari kisah di atas adalah betapa dengan pemahaman yang seadanya saja seseorang berani mengakui kesalahannya. Maka sepantasnyalah mereka yang memiliki pemahaman yang dalam lebih bersikap kesatria mengakui kesalahannya. Tidak cukup sekadar mengakui kesalahan tetapi harus dilanjutkan dengan tobat, kembali kepada kebenaran. Bila mengakui kesalahan tetapi tetap berkubang di kemaksiatan bagaikan kuda nil yang berkubang di lumpur kotor dan bau. Bertobat berarti mau membersihkan diri, bersedia dihukum dan siap melakukan hal-hal yang dapat menghapus kesalahannya. Rajam adalah salah satu bentuk hukuman sekaligus penyucian. Dan tentu saja harapan utama yang ingin dicapai adalah keridhaan Allah dan surganya. Bagi yang berwenang untuk melaksanakan hukuman tentu harus bijaksana sebagaimana Rasul. Jangan jijik dan sinis mengetahui kesalahan orang lain. Hantarkan kesalahan orang menuju kepada tobatnya. Mengantarkan si salah untuk meraih surga. Bukan membuat dia putus asa, mengurung diri atau, na’udzubillahi min dzalik, bunuh diri. Kalau kita ingin orang lain memaklumi kesalahan kita dan memberi kesempatan kita untuk berbenah diri maka kita juga harus mau memaklumi kesalahan orang lain dan memberinya kesempatan bertobat.
Berkenaan dengan sosialisasi penjatuhan sanksi seyogyanya ikhwan dan akhwat fillah memandangnya sebagai sarana bersuci. Inilah kesempatan untuk lebih menyelami arti haasibuu anfusakum qabla antuhaasabuu. Kita bahkan harus merasa dibantu oleh saudara-saudara kita lewat program tersebut. Tentunya program ini berlaku bagi semua. Tidak ada yang kebal hukum. Fatimah pun kalau mencuri pasti dipotong tangannya oleh Rasul. Maka di manapun posisi kita dalam kehidupan bermasyarakat atau dalam struktur kepartaian misalnya, kita harus berani mengakui kesalahan, dan tentu saja juga siap dikenakan sanksi. Namun jangan kaget bila ada orang yang kita hormati atau kita kagumi suatu ketika juga terkena sanksi. Itu manusiawi. Bahkan itu menunjukkan kematangan tokoh kita tersebut (mau mengakui kesalahannya). Semua benda yang tidak steril (bukan nabi) pasti berdebu, pasti punya salah dan dosa. Maka jangan kita biarkan debu itu melekat, mari sama-sama bersihkan dengan semangat bersuci diri, “sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya dan merugilah orang yang mengotorinya”(91: 9-10)
Betapa kita menyadari seringkali kita gagal untuk terus bertahan dalam kebaikan. Mungkin itu disebabkan karena kita terlalu menganggap remeh kesalahan atau terlalu memanjakan diri dengan sifat Allah yang Maha Pengampun. Dengan penjatuhan sanksi kita terbiasa untuk lebih waspada terhadap kesalahan. Hukuman manusia masih begitu ringan. Terkadang masih terbalut dengan rasa kasihan dan permakluman. Semoga dengan terbiasa menjaga diri agar terhindar dari penjatuhan sanksi insya Allah akan mengantarkan kita untuk terbiasa menghindari dosa agar selamat dari azab Allah nanti di yaumil akhir.
... فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ... (آل عمران:185)
….maka barang siapa yang dijauhkan dari siksa neraka dan dimasukkan ke dalam surga sungguh sangat beruntunglah ia……(3:185).


Akhi...Allah di Samping Kita



Kadang kita bangga akan segala rencana hebat yang kita buat, perbuatan-perbuatan besar yang telah berhasil kita lakukan. Tapi kita lupa, bahwa semua itu terjadi karena Allah ada di samping kita

Seorang ayah, yang memiliki putra yang berusia kurang lebih 5 tahun, memasukkan putranya tersebut ke sekolah musik untuk belajar piano. Ia rindu melihat anaknya kelak menjadi seorang pianis yang terkenal. Selang beberapa waktu kemudian, di kota tersebut datang seorang pianis yang sangat terkenal. Karena ketenarannya, dalam waktu singkat tiket konser telah terjual habis. Sang ayah membeli 2 buah tiket pertunjukkan, untuk dirinya dan anaknya.

Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi telah terisi penuh, sang ayah duduk dan putranya tepat berada di sampingnya. Seperti layaknya seorang anak kecil, anak inipun tidak betah duduk diam terlalu lama, tanpa sepengetahuan ayahnya, ia menyelinap pergi. Ketika lampu gedung mulai diredupkan, sang ayah terkejut menyadari bahwa putranya tidak ada di sampingnya. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukan, dan sedang berjalan menghampiri pianio yang akan dimainkan pianis tersebut.

Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana, "twinklee little star". Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba-aba terlebih dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke tengah panggung. Seluruh penonton terkejut, melihat yang berada di panggung bukan sang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil. Sang pianis pun terkejut, dan bergegas naik ke atas panggung. Melihat nak tersebut, sang pianis tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata ”Teruslah bermain”, dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya.
Sang pianis lalu duduk, di samping anak itu, dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu, dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. bahkan mereka seakan menyatu alam permainan piano tersebut. ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, karangan bunga di lemparkan ke tengah panggung.
Sang anak jadi GR (Gede Rasa), pikirnya "Gila, baru belajar piano sebulan saja sudah hebat!" Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah sang pianis yang duduk di sebelahnya, mengisi segala kekurangannya dan menjadikan permainannya sempurna. ***

Akhi… Apa implikasinya dalam hidup kita? Kadang kita bangga akan segala rencana hebat yang kita buat, perbuatan-perbuatan besar yang telah berhasil kita lakukan. Tapi kita lupa, bahwa semua itu terjadi karena Allah ada di samping kita. Kita adalah anak kecil tadi, tanpa ada Allah di samping kita, semua yang kita lakukan akan sia-sia. Tapi bila Allah ada di samping kita, sesederhana apa pun hal yang kita lakukan hal itu akan menjadi hebat dan baik, bukan saja buat kita sendiri tapi juga bagi orang di sekitar kita. Semoga kita tidak pernah lupa, bahwa ada Allah di samping kita. Wallahu a’lam


Ajaibnya Kata


Sobat...
Dunia ini hanya digerakkan
oleh gagasan beberapa orang saja
dan aku berharap, kamu adalah salah satunya

____
Saat saya masih duduk di bangku SMU, guru kimia saya pernah berkata “Kamu nggak bakalan keterima UMPTN”. Kata-kata itu diucapkannya setelah saya gagal mengerjakan soal kimia di depan kelas. Tentu saja, saya malu pada teman-teman waktu itu. Saya menyadari, saya memang tidak terlalu pintar dalam pelajaran kimia, tapi ketika mendengar guru berkata begitu, tetap saja membuat sakit hati, saya merasa dilecehkan.

Setelah pulang sekolah, kata-kata itu terus terngiang-ngiang dalam pikiran. Saya lempar tas ransel dan langsung merebahkan tubuh ke tempat tidur. Ingin istirahat tapi mata tak mau terpejam. Hanya menerawang di langit langit kamar. Saya tarik nafas panjang-panjang, kemudian dalam hati saya bertekad “Saya harus bisa buktikan nanti lulus UMPTN dan masuk perguruan tinggi negeri”.

Dan, perjuangan itu dimulai...

Kata-kata guru saya seolah menjadi cambuk penyemangat dalam belajar. Setiap hari berkutat dengan soal-soal UMPTN yang rumit itu. Kadang sering putus asa juga ketika tidak bisa menyelesaikan soal-soal dihadapan saya. Tapi, bagaimanapun juga, kendala-kendala itu harus bisa teratasi, berjuang terus untuk bisa menjawab soal, biasanya saya berlatih dengan bahan soal tahun-tahun sebelumnya. Kalau memang sudah mentok, melir kunciik jawaban menjadi alternatif terakhir.

Begitulah saya melewati hari-hari melelahkan itu....

Berawal dari kata-kata yang menyakitkan itu, saya bangkit dan berjuang. Saya percaya bahwa ketika berbuat maksimal, hasil yang akan diperolah pasti akan sebanding dengan usaha tadi. Dan, benar juga, pada akhirnya saya bisa mewujudkan salah satu impian saya, bisa masuk perguruan tinggi negeri dengan mengambil jurusan yang lumayan favorit, Teknik Kimia. Meski tak mendapat restu ortu pada akhirnya....

Kata-kata..ya, berawal dari kata-kata...

Kata-kata memang ajaib. Dia bisa melemahkan dan juga bisa menguatkan, tergantung dari cara kita mensikapinya. Andai saja saya mensikapi kata-kata guru kimia saya itu dengan negatif, tentu saja hanya menyakitkan dan membuat kesal saya. Tapi ketika bisa merenungi dan mengubahnya menjadi energi positif, alhamdulillah, ternyata bisa menjadi spirit, penggugah dan penyemangat belajar sehingga pada akhirnya bisa menikmati kuliah di kampus negeri.
***
Kadang kita kerap masih ingat dengan kata-kata teman atau siapapun yang begitu menyakitkan kita. Bahkan sampai bertahun-tahun lamanya kata-kata itu tidak bisa lepas dari ingatan. Untuk itulah, kita harus mesti berhati-hati dengan kata-kata yang kita keluarkan, baik secara lisan maupun tulisan. Hanya ada dua pilihan, kata-kata yang baik atau yang buruk.

Saya sendiri pernah mendapat kata-kata yang cukup bagus dari seorang teman kuliah, dia pernah menulis di buku harian saya, bunyinya begini;

Sobat...
Dunia ini hanya digerakkan
oleh gagasan beberapa orang saja
dan aku berharap, kamu adalah salah satunya

Dari kata-kata itu, kemudian bisa menginspirasi saya terjun serius ke dunia ide. Kata-kata itu memang singkat dan sederhana, tapi maknanya begitu dalam bagi saya. Bisa menjadi penyemangat untuk berkarya dan berkarya lagi.

Untuk itulah, berhati-hati dengan kata-kata itu perlu karena dia begitu ajaib, bisa menyenangkan dan menyakitkan. Kalau dihadapkan pada pilihan sadar, tentu kita akan menggunakan kata-kata itu untuk memberikan semangat orang, memberikan pencerahan bahkan bisa menjadikannya semakin dekat dengan Tuhan. Semoga saja begitu, pertanyaannya sekarang, sudahkah kita melakukannya...?

Delapan Mata Air Kecemerlangan



Oleh : M Anis Matta, LC

Islam datang dengan 2 pesona; pesona kebenaran yang abadi dan pesona manusia muslim yang temporal. Dan pada setiap momentum sejarah di mana kedua pesona itu bertemu, Islam selalu berada di puncak kekuatan dan kejayannya. Akan tetapi, itulah masalah Islam saat ini. Ia memang tidak akan pernah kehilangan pesona kebenarannya, karena kebenarannya bersifat abadi. Namun, ia kini masih kehilangan pesona manusianya.

Buku Delapan Mata Air Kecemerlangan ini merupakan upaya Anis Matta menjawab problematika itu. Untuk menjadikan muslim sebagai pesona Islam, maka kita harus mempertemukan manusia-manusia muslim itu dengan mata air kecemerlangannya.
Mata Air Pertama: Konsep Diri
Mata Air Kedua: Cahaya Pikiran
Mata Air Ketiga: kekuatan Tekad
Mata Air Keempat: Keluhuran Sifat
Mata Air Kelima: Manajemen Aset Fundamental
Mata Air Keenam: Integrasi Sosial
Mata Air Ketujuh: Kontribusi
Mata Air Kedelapan: Konsistensi

Mata Air Pertama: Konsep Diri

Konsep diri adalah suatu kesadaran pribadi yang utuh, kuat, jelas, dan mendalam tentang visi dan misi hidup; pilihan jalan hidup beserta prinsip dan nilai yang membentuknya; peta potensi; kapasitas dan kompetensi diri; peran yang menjadi wilayah aktualisasi dan kontribusi; serta rencana amal dan karya unggulan. Konsep Diri menciptakan perasaan terarah dalam struktur kesadaran pribadi kita. Keterarahan adalah salah satu mata air kecemerlangan.

Konsep Diri manusia Muslim adalah kesadaran yang mempertemukan antara kehendak-kehendaknya sebagai manusia; antara model manusia Muslim yang ideal dan universal dengan kapasitas dirinya yang nyata dan unik, antara nilai-nilai Islam yang komprehensif dan integral dengan keunikan-keunikan pribadinya sebagai individu; antara ruang aksi dan kreasi yang disediakan Islam dengan kemampuan pribadinya untuk beraksi dan berkreasi; dan antara idealisme Islam dengan realitas pribadinya.

Mata Air Kedua: Cahaya Pikiran

Perubahan, perbaikan, dan pengembangan kepribadian harus selalu dimulai dari pikiran kita. Sebab, tindakan, perilaku, sikap, dan kebiasaan kita sesungguhnya ditentukan oleh pikiran-pikiran yang memenuhi benak kita. Bukan hanya itu, semua emosi atau perasaan yang kita rasakan dalam jiwa kita seperti kegembiraan dan kesedihan, kemarahan dan ketenangan, juga ditentukan oleh pikiran-pikiran kita. Kita adalah apa yang kita pikirkan.

Maka, kekuatan kepribadian kita akan terbangun saat kita mulai memikirkan pikiran-pikiran kita sendiri, memikirkan cara kita berpikir, memikirkan kemampuan berpikir kita, dan memikirkan bagaimana seharusnya kita berpikir. Benih dari setiap karya-karya besar yang kita saksikan dalam sejarah, selalu terlahir pertama kali di sana: di alam pikiran kita. Itulah ruang pertama dari semua kenyataan hidup yang telah kita saksikan.

Mata Air Ketiga: kekuatan Tekad

Tekad adalah jembatan di mana pikiran-pikiran masuk dalam wilayah fisik dan menjelma menjadi tindakan. Tekad adalah energi jiwa yang memberikan kekuatan kepada pikiran untuk merubahnya menjadi tindakan.

Pikiran tidak akan pernah berujung dengan tindakan, jika ia tidak turun dalam wilayah hati, dan berubah menjadi keyakinan dan kemauan, serta kemudian membulat menjadi tekad. Begitu ia menjelma jadi tekad, maka ia memperoleh energi yang akan merangsang dan menggerakkan tubuh untuk melakukan perintah-perintah pikiran.

Bila tekad itu kuat dan membaja, maka tubuh tidak dapat, atau tidak sanggup menolak perintah-perintah pikiran tersebut. Akan tetapi, bila tekad itu tidak terlalu kuat, maka daya rangsang dan geraknya terhadap tubuh tidak akan terlalu kuat, sehingga perintah-perintah pikiran itu tidak terlalu berwibawa bagi tubuh kita.

Maka, kekuatan dan kelemahan kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh sebesar apa tekadnya, yang merupakan energi jiwa dalam dirinya. Tekad yang membaja akan meloloskan setiap pikiran di sleuruh prosedur kejiwaan, dan segera merubahnya menjadi tindakan.

Mata Air Keempat: Keluhuran Sifat

Pada akhirnya semua kekuatan internal –kosep diri, pikiran dan tekad- yang telah kita bangun dalam diri kita, haruslah bermuara pada munculnya sifat-sifat keluhuran. Kecemerlangan seseorang di dalam hidup sesungguhnya berasal –salah satunya- dari mata air keluhuran budi pekertinya. Dari mata air keluhuran itu, semua nilai-nilai kemanusiaan yang mulia terjalin menjadi satu kesatuan, dan menampakkan diri dalam bentuk sifat-sifat terpuji.

Sifat-sifat itulah yang akan tampak di permukaan kepribadian kita, mewakili keseluruhan pesona kekuatan kepribadian yang kita miliki, yang sebagiannya terpendam di kedalaman dasar kepribadian kita. Kekuatan pesona sifat-sifat keluhuran itu seperti sihir, yang akan menaklukkan akal dan hati orang-orang yang ada di sekitarnya, atau yang bersentuhan dengannya secara langsung.

Setiap sifat memiliki akar tersendiri yang terhunjam dalam di kedalaman pikiran dan emosi kita. Seperti juga pohon, sifat-sifat itu tersusun sedemikian rupa di mana sebagian mereka melahirkan sebagian yang lain. Ada sejumlah sifat-sifat tertentu yang berfungsi seperti akar pada pohon, yang kemudian tumbuh berkembang menjadi batang, dahan dan ranting, daun dan buah. Demikianlah kita tahu bahwa semua sifat keluhuran berakar pada lima sifat: cinta kebenaran, kesabaran, kasih sayang, kedermawanan, dan keberanian.

Mata Air Kelima: Manajemen Aset Fundamental

Obsesi-obsesi besar, pikiran-pikiran besar, dan kemauan-kemauan besar selalu membutuhkan daya dukung yang juga sarana besarnya. Salah satunya dalam bentuk pengelolaan dua aset fundamental secara baik, yaitu kesehatan dan waktu.

Fisik adalah kendaraan jiwa dan pikiran. Perintah-perintah pikiran dan kehendak-kehendak jiwa tidak akan terlaksana dengan baik, bila fisik tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima. Kadang-kadang, jumlah “penumpang” yang mengendarai fisik kita melebihi kapasitasnya dan membuatnya jadi oleng. Akan tetapi, perawatan yang baik akan menciptakan keseimbangan yang rasional antara muatan dan kapasitas kendaraan.

Waktu adalah kehidupan. Setiap manusia diberikan kehidupan sebagai batas masa kerja dalam jumlah yang berbeda-beda, yang kemudian kita sebut dengan umur yang terbentang dari kelahiran hingga kematian. Tidak ada manusia yang mengetahui akhir dari batas masa kerja itu, yang kemudian kita sebut ajal. Hal itu menciptakan suasana ketidakpastian, tetapi itulah aset paling berharga yang kita miliki.

Ibarat menempuh sebuah perjalanan yang panjang, fisik kita berfungsi sebagai kereta, dan waktu yang terbentang jauh atau dekat, seperti rel kereta. Seorang masinis boleh menentukan stasiun terakhir yang kita tuju, tetapi dia harus menjamin bahwa kereta yang dikemudikannya dan rel yang akan dilewatinya benar-benar berada dalam keadaan baik.

Kesehatan dan waktu adalah dua perangkat keras kehidupan yang sangat terbatas. Akan tetapi, manusia-manusia cemerlang selalu dapat meraih sesuatu secara maksimal dari semua keterbatasan yang melingkupinya.

Mata Air Keenam: Integrasi Sosial

Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan masyarakat di mana kita berada bukan saja merupakan ukuran kematangan pribadi seseorang, tetapi lebih dari itu. Sebab, lingkungan sosial kita harus dipandang sebagai wadah kita untuk menyemai semua kebaikan yang telah kita kembangkan dalam diri.

Dengan cara pandang ini, maka setiap diri kita akan membangun hubungan sosialnya dengan semangat partisipasi: menyebarkan bunga-bunga kebaikan di taman kehidupan masyarakat kita.

Dengan semangat ini, maka semua usaha kita untuk menciptakan keharmonisan sosial menjadi niscaya. Bukan saja karena dengannya kita dapat menyebarkan kebaikan yang tersimpan dalam diri kita, tetapi juga karena kita menciptakan landasan yang kokoh untuk meraih kesuksesan, berkah kehidupan, dan kebahagiaan dalam hidup.

Jika kematangan pribadi merupakan landasan bagi kesuksesan sosial, maka kesuksesan sosial merupakan landasan bagi kesuksesan lain dalam hidup, seperti kesuksesan profesi.

Mata Air Ketujuh: Kontribusi

Kehadiran sosial kita tidak boleh berhenti pada tahap partisipasi. Harus ada langkah yang lebih jauh dari sekadar itu. Harus ada karya besar yang kita kontribusikan kepada masyarakat, yang berguna bagi kehidupan mereka; sesuatu yang akan dicatat sebagai jejak sejarah kita, dan sebagai amal unggulan yang membuat kita cukup layak mendapatkan ridha Allah SAW dan sebuah tempat terhormat dalam surga-Nya.

Kontribusi itu dapat kita berikan pada wilayah pemikiran, atau wilayah profesionalisme, atau wilayah kepemimpinan, atau wilayah finansial, atau wilayah lainnya. Namun, kontribusi apa pun yang hendak kita berikan, sebaiknya memenuhi dua syarat: memenuhi kebutuhan masyarakat kita dan dibangun dari kompetensi inti kita. Masyarakat adalah pengguna karya-karya kita, maka yang terbaik yang kita berikan kepada mereka adalah apa yang paling mereka butuhkan, dan apa yang tidak dapat dipenuhi oleh orang lain. Akan tetapi, kita tidak dapat berkarya secara maksimal di luar dari kompetensi inti kita. Karena itu, kita harus mencari titik temu diantara keudanya.

Caranya adalah sebagai berikut: buatlah peta kebutuhan kondisional masyarakat kita, dan kemudian buatlah peta potensi kita, untuk menemukan kompetensi inti diri kita. Apabila titik temu itu telah kita temukan, maka masih ada satu lagi yang harus kita lakukan; menjemput momentum sejarah untuk meledakkan potensi kita menjadi karya-karya besar yang monumental. Ini semua mengharuskan kita memiliki kesadaran yang mendalam akan tugas sejarah kita sebagai pribadi, sekaligus firasat yang tajam tentang momentum-momentum sejarah kita.

Mata Air Kedelapan: Konsistensi

Sebagai manusia beriman, kita meyakini sebuah prinsip, bahwa bagian yang paling menentukan dari seseorang adalah akhir hidupnya. Maka, persoalan paling berat yang kita hadapi sesungguhnya bukanlah mendaki gunung, tetapi bagaimana bertahan di puncak gunung itu hingga akhir hayat.

Mengukir sebuah prestasi besar dalam hidup dan mempertahankannya hingga akhir hayat, adalah dua misi dan tugas hidup yang berbeda; berbeda pada kapasitas energi jiwa yang diperlukannya, berbeda pada proses-proses psikologisnya, berbeda pula pada ukuran kesuksesannya.

Untuk dapat bertahan di puncak, kita harus menghindari jebakan-jebakan kesuksesan, seperti rasa puas yang berlebihan atau perasaan menjadi besar dengan kesuksesab yang telah kita raih. kita harus mempertahankan obsesi pada kesempurnaan pribadi, melakukan perbaikan berkesinambungan, melakukan perbaikan berkesinambungan, melakukan pertumbuhan tanpa batas akhir, dan mempertahankan semangat kerja dengan menghadirkan kerinduan abadi kepada surga dan kecemasan abadi dari neraka, serta menyempurnakan semua usaha-usaha manusiawi kita dengan berdoa kepada Allah untuk mendapatkan husnul khatimah. Semua itu agar kita menjemput takdir sejarah kita yang terhormat di bawah naungan ridha Allah SWT, dan agar kita kelak menceritakan episode panjang kepahlawanan ini kepada saudara-saudara kita di surga



Senin, Juli 06, 2009

Karena Nurani


Senin, pukul 11.30. Seorang saleh tergopoh-gopoh menuju masjid, karena sebentar lagi adzan akan berkumandang. Sebenarnya lelaki itu biasa berjalan kaki dari rumahnya, kendati jarak pulang pergi 3 km. Namun saat itu dia harus berlari dan mengejar kendaraan umum yang bisa membawanya pergi ke mesjid raya.

Tiba-tiba di pinggir jalan ada seorang pengemis menghampirinya dan menadahkan tangan dengan begitu memelas. Orang saleh ini hanya diam sambil terus menunggu kendaraan. Akan tetapi si pengemis yang masih dalam keadaan memelas tetap gigih memohon. Rupanya si lelaki saleh itu tetap dengan sikap tak pedulinya sambil terus memandangi jam tangannya.

Mobil angkotpun datang. Namun tubuh lunglai pengemis tadi menghalanginya untuk naik. Akhirnya si saleh kehilangan kesabaran dan marahpun tumpah.

“ Heh..tahu gak sih, aku sudah terlambat sekarang. Kamu mengganggu saja. Minggir.." Hardik si lelaki dengan suara keras.

Singkat cerita, ia campakkan si pengemis begitu saja. Tanpa melakukan apapun. Sesampainya di depan masjid, ia begitu terkejut karena pengemis itu sudah ada di sana mendahului dirinya. Masih dalam keadaan terkesima atas kejadian ini, si pengemis menepuk bahunya sambil mengatakan sesuatu.
"Aku tidak membutuhkan kesalehanmu, aku hanya membutuhkan kasih sayangmu." Sebuah kata singkat darinya. Seketika pengemis itu menghilang dari pandangan.

Tentang kepedulian dan kasih sayang. Apa iya sih saat ini, kita masih memilikinya? Atau mungkin kita hanya peduli pada hal-hal yang sifatnya lebih sementara?

Coba bayangkan tiga atau empat tahun lagi dari sekarang....

Orang mungkin akan dengan mudah lupa. Lupa dengan IP yang pernah kita dapat, baik A+ atau C+. Lupa akan kata-kata ’hebat’ yang pernah kita lontarkan saat berada di atas mimbar, di lembar-lembar tulisan atau saat kita luapkan di pertemuan dengan teman-teman kita. Begitu juga dengan penampilan, apa saja barang-barang mewah yang pernah kita kenakan, mobil bagus, baju necis, emas berlian, mereka tidak akan mengingatnya.

Namun mereka akan sulit sekali melupakan pada setiap perhatian yang pernah kita berikan, ketika kita bersedia mengajari mereka. Setiap kata yang kita berikan untuk membangun dan menyemangati mereka. Setiap pemberian sederhana yang pernah mereka terima saat mereka butuhkan. Setiap detik yang kita luangkan untuk mereka yang membutuhkan kita.

Mungkin hanya hal sederhana, namun itu adalah sesuatu yang begitu berarti ketika kita memberikannya dengan tulus ikhlas. Ya..dengan ikhlas karena kita berbuatpun bukan untuk dikenang mereka, tapi untuk akhirat kita.

Namun sayang... Mungkin kita adalah orang yang dituntut untuk hidup serba cepat tanpa harus peduli satu sama lain. Mungkin kita adalah generasi yang dididik untuk menyelamatkan diri sendiri sebelum memberi perhatian kepada orang lain.

"Eh dia masuk rumah sakit, mau ikut pergi jenguk gak?" Seseorang mengingatkan temannya.
"Oh..titip salam aja ya. Aku masih banyak urusan lain nih." Jawab temannya

"Eh, aku boleh minta waktu kamu sedikit aja. Aku lagi dalam masalah berat nih!" pinta seorang teman suatu waktu.

"Waduh..entar aja ya! Sibuk kerja nih." Jawab teman yang lain.

Kita tidak pernah tahu seberapa banyak waktu yang tersita untuk segala macam kesibukan yang kita lakukan. Bahwa sebenarnya kita pasti masih punya banyak waktu asalkan kita cukup mau mempunyai rasa peduli pada orang lain. Bahwa kita pasti masih bisa punya perhatian, asalkan kita mau untuk meluangkannya. Itu lebih tergantung dari isi hati kita, dari apa yang ada di dalam kita.

Bukan tergantung dari apa yang ada di luar diri kita. Memilih untuk peduli atau tidak peduli ada di dalam kontrol kita. Bukan dalam kontrol situasi yang ada di sekeliling kita. Ada begitu banyak alasan untuk menjadi tidak peduli; karena kesibukan, karena gengsi, karena malas, karena capek, atau apapun itu. Namun hanya ada satu alasan untuk menjadi peduli yaitu karena NURANI....

Sabtu, Juli 04, 2009

8 Kado Untuk Sahabat



Bagi mereka yang kusayangi..belajarlah !

KEHADIRAN
Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir dihadapannya lewat surat, telepon, foto atau faks. Namun dengan berada disampingnya. Anda dan dia dapat berbagi perasaan, perhatian , dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagian.

MENDENGAR
Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini, sebab, kebanyakan orang Lebih suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Sudah lama diketehui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan. Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tak langsung kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan hati.
Untuk bisa mendengar dengan baik, pastikan Anda dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya. Tidak perlu menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia menuntaskannya. Ini memudahkan Anda memberi tanggapan yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi
atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan terdengar manis baginya.

D I A M
Seperti kata-kata, didalam diam juga ada kekuatan. Diam bisa dipakai untuk menghukum, mengusir, atau membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya. Diam juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya “ruang”. Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur, mengkritik bahkan mengomeli.

KEBEBASAN
Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu mengekangnya? Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan cinta. Makna kebebasan bukanlah, ” Kau bebas berbuat semaumu.” Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan.

KEINDAHAN
Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik ? Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado lho. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap hari ! Senin keindahan penampilan pribadi, Anda pun bisa menghadiahkan keindahan suasana dirumah. Vas dan bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan yang tertata indah, misalnya.

TANGGAPAN POSITIF
Tanpa, sadar, sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan tulus. Cobalah ingat,berapa kali dalam seminggu terakhir anda mengucapkan terima kasih atas segala hal yang dilakukannya demi Anda. Ingat-ingat pula, pernahkah Anda memujinya. Kedua hal itu, ucapan terima kasih dan pujian ( dan juga permintaan maaf ), adalah kado cinta yang sering terlupakan.

KESEDIAAN MENGALAH
Tidak semua masalah layak menjai bahan pertengkaran. Apalagi sampai Menjadi cekcok yang hebat. Semestinya Anda pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan cinta dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalan itu? Bila Anda memikirkan hal ini, berarti Anda siap memberikan kado ” kesediaan mengalah” Okelah, Anda mungkin kesal atau marah karena dia telat datang memenuhi janji. Tapi kalau kejadiannya baru sekali itu, kenapa mesti jadi pemicu pertengkaran yang berlarut-larut ? Kesediaan untuk mengalah juga dapat melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini

SENYUMAN
Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputus asaan. pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling kita. Kapan terakhir kali anda menghadiahkan senyuman manis pada orang yang dikasihi?




Tirai Nurani



buat seseorang yang pernah hinggap dihatiku
sekarang aku tlah terbebas walau tak terbias
makasih atas semuanya, jangan bingung dan jangan bosan.

Dibalik sebuah merah senja yang tlah berakhir
tersibak keindahan di ujung semua keraguan
membuka tabir atas khayalan-khayalan tak berangan
menorehkan sebuah titik diantara ribuan koma dan tanda tanya
ternyata awan dilangit tak seindah yang terbayang
namun ombak dilautan tak sekejam yang terangan

Hanya sora dan suara yang terdengar dibalik deringnya masa itu
dikala ayam mulai berkokok hingga kelelawar berterbangan
suara itu tak asing terbias diantara senyuman embun dipagi hari
sora itu tak aneh terhempas dibawa angin hujan musim kemarau
deringan itu melantunkan lagu diantara riuhnya keramaian
hingga aku terjaga kalau itu hanyalah sebuah fatamorgana

Malam yang semakin sepi terasa dingin meresap ke ari
jiwaku tertantang terluka cibiran goresan alien tak berkepala
ku melangkah hingga langkah terpijak ditengah jalan
ku tersendu dengan sosok khayalan yang itu
hingga akhirnya terhenyak tuk mengejar bayangan itu

Kini semua tabir itu telah tersibak
bayangan hitam diantara temaramnya lampu jalanan berdebu
menorehkan setitik noda diantara putihnya halaman
rasa seakan takpercaya terpercik dahsyatnya gelombang dilaut tenang
menghadirkan rasa damai yang selama ini kuimpikan

Walau terasa ringan namun bagai lava yang mengalir dari gunung berapi
walau terasa kaku diantara bekunya es yang mencair
walau terasa kurang namun kelebihan meluluhkan suasana
kuterpenjara dengan suasana itu
namun kuterbangkitkan dengan awal itu dan itu......

KUCIUM WANGI TANAH DALAM GERIMIS

air yang membasah tanah berdebu. bikin kenangan menderu-deru. memasuki
ruang-ruang kepurbaan dalam dada. kucium aroma tanah kucium wangi harum
kerinduan. kucium udara kucium kenangan.
aku menyukai aroma ini, entah mengapa aku begitu menyukainya. mungkin
kuingat dirimu di situ. berbisik bersama desau angin. bersama rintik-rintik
gerimis. ada wajahmu di situ. menjelma kenangan menari...
kucium wangi tanah dalam gerimis.


Jumat, Juni 12, 2009

Indahnya Ukhuwah




Ukhuwah...
ibarat satu janji yang dibuat dalam hati
tak dapat ditulis
tak dapat dibaca
namun,
takkan terpisah oleh jarak
takkan berubah oleh masa
takkan sirna oleh amarah
ia kan selamanya di dalam jiwa...

Ukhuwah itu...
degup penuh makna
yang mengalir indah
berawankan keTSIQOHan
yang menembus karang PRASANGKA dlm hati...

akhirnya...
tiada kata indah seindah kata UKHUWAH .


Kamis, Juni 11, 2009

Akhi, Aku Hanya Bisa Sampai di Sini..Maafkan !




Jika aku boleh mengulang waktu
Aku akan menghitung hari-hariku dengan bijaksana bersamanya
Jika aku boleh mengulang waktu
Aku akan selalu berada di sampingnya dan berdoa untuknya
Jika aku boleh mengulang waktu
Aku akan menghiburnya pada saat ia menjalani hari-hari yang berat
Jika aku boleh mengulang waktu
Aku akan menguatkannya dalam menjalani hidupnya yang pahit

Jika Tuhan hanya mengabulkan satu permintaan..
Aku ingin berdoa,
Bangunkan dia
Jangan panggil dia sekarang
Karena dia belum siap..

Jika saja aku tidak terlalu sibuk dengan duniaku sendiri
Jika saja aku ada saat dia membutuhkan aku..



Aku tahu hatinya menjerit
“Di mana dia saat aku kesusahan?
Di mana dia saat aku membutuhkannya?
Di mana dia, yang selalu menyebut dirinya sahabat sejati
Yang akan menguatkan dan mendoakan sahabatnya?”

Tapi dia hanya dapat tersenyum tanpa arti
Aku tahu hatinya galau
Hatinya geram
Hatinya marah
Mukanya panas
Dan ingin memakiku

Maafkan aku, sahabat..
Aku tidak sempat membantumu
Mendoakanmu
Menguatkanmu
Menghiburmu
Selama kau masih ada

Maafkan aku, sahabat
Kalau aku menyakiti hatimu
Kalau aku membuat hatimu kecewa
Maafkan aku karena aku tidak mengerti benar
Apa arti sebuah persahabatan

Aku hanya hadir
Saat kau bahagia
Saat kau mengembangkan senyummu
Saat kau senang

Pada saat kau jatuh, aku tidak membantumu berdiri
Pada saat kau lemah, aku tidak menguatkanmu
Pada saat kau susah, aku tidak ada untuk menolongmu
Pada saat kau menangis, aku tidak menyerahkan pundakku
Pada saat kau difitnah, aku tidak membelamu

Sesempit itukah arti persahabatan?

Semua tinggal masa lalu..
Waktu tidak akan mungkin berputar mundur
Dan kembali ke masa lalu

Semua hanya tinggal penyesalan
Dan pertanggungjawabanku kepadaNya

Yang kutahu, kau sedang melihatku dari atas
Dengan raut muka yang sedih dan kecewa

Sahabat, terima kasih..
Darimu aku belajar
Apa artinya sebuah penghargaan, cinta kasih dan persahabatan
Darimu pula aku mengetahui
Bagaimana rasanya ditolak dan tidak dihargai

Terima kasih telah menganggapku sebagai sahabat sejatimu
Dan maafkan aku..
Karena telah menyakiti hatimu dan membohongimu
Kalau aku sahabat sejatimu..

Selamat jalan, sahabat
Maaf, aku hanya dapat mengantarmu sampai di sini..

Selasa, Juni 09, 2009

Teman! Mari Menghisab Diri


Renungan atas usia, Persembahan untuk Masram temanku

Teman..berdirilah di depan cermin ketika malam berganti pagi
Di saat bulan akan kembali di peraduannya
Bintang mulai meredup cahayanya
Apa yang kau dapat?
Teman..menolehlah sejenak kebelakang
Lihatlah goresan cerita yang telah kau buat setahun ini
Hapuslah cerita yang membuat kau sakit dan menangis
Renungkanlah semuanya
Teman..kuncilah pintu kamarmu
Ambilah air wudhu
Mengadulah pada DIA yang telah menciptakanmu
Tumpahkanlah semuanya
Teman..di hari kelahiranmu
Peganglah tangan penjaga jiwa dan hatimu
Karena kutahu engkau sangat sayang padanya
Tersenyumlah menjalani hari baru
Teman..
Hanya ini yang dapat kuberikan padamu
Selain doa dan harapan bahwa kau akan bahagia
Dengan orang yang ada di sekitarmu

Salam Milad, Adikku!

Untuk Ahmad.............

tak cukuplah sejuta bunga
pun warna-warninya menyusun rupa
jari-jemarimu adalah doa
meruntuhkan ruang dan waktu
menuntunku ke batasan yang kukira sepanjang hidupku, ada
matamu suluh peluluh
jika tangis luruh sulihan embun
bintang lenyap bulan silap
tak apa
senyummu sihir selinap
jika tawa sirap surutkan bara
matahari padam bumi henti
tak apa
hadirmu di helai rahasia
menyelinap pekat
hujan logika
gerimis rasa
aroma ringkih dunia-kecilku
lantunan lirih di jelang mimpi
terhenyak aku ingin berjaga
pastikan nyaman jalan di ujung kakimu
slam milad, ukhai…..
amin


UNTUK SEORANG SAHABAT

PUISI YANG TETAP MEMBALUTNYA
KATA YANG BICARA PADA SEGALA
KENANGAN HARI LAHIR YANG TETAP MEMBUATNYA HIDUP

Sahabat,
Segala waktu yang melesat seperti anak panah
dan lepas bagai padang-padang sungai yang jernih
bergulir dan menghidupkan kita bait demi bait
seperti juga tentang segala gelak, perjalanan,
perjumpaan dan kaca-kaca bening yang pernah ternikmati

Aku tahu,
Puisi adalah jendela jiwa
Sekarang kau bicara tentang kekeringan, kegelisahan kata,
kengerian yang membalut disetiap tidurmu.
Padang-padang hatimu mulai membayangi tentang kesepian dalam
sendirimu,
mulai membayangi tentang segala puisi yang hambar jiwa,
dan segala kata yang mulai luntur maknanya.

percayalah,
puisi dan segala kata yang terbalut makna
akan terus hidup pada mereka yang teristimewa!
puisi akan terus mengalir
ia akan bergulir dengan manisnya

Perjalanan ini tidak hanya sepanjang cemara
Segala asa berdetak terus dalam pusaran waktu
(seperti juga semua kelampauan
untuk romansa-romansamu)






Sabtu, Juni 06, 2009

Ketika lisanku tak terjaga

Untukmu Wahai Orang Baik

Wahai orang baik

Potongan-potongan ayat suci Tuhan

Kau kirim dengan segenap rasa

Atas luka-lukamu yang berdarah

Untuk ku yang melukaimu



Wahai orang baik

Kumohon maafkanlah kesalahan lisanku

Jika itu telah melukai nafasmu

Mengendap dendam yang memburu

Berharap aku juga merasakan sakit itu



Wahai orang baik

Aku ingin kabarkan padamu

Beri maaf yang sempurna untukku

Maaf yang sempurna

Dengan segenap jiwa

Kemanusiaanku



Tapi kumohon …

Jangan kau kirim lagi

Ayat-ayat dan titah nabi

Yang melukaiku berkali-kali

Bukan menyadarkanku

Tapi membuatku mengutuk setiap kekuranganku

Bukan mengingatkanku

Tapi menohok kehidupanku



Kumohon…

Biar aku belajar sendiri

Makna kesucian yang hendak kau sampaikan

Lewat ayat-ayat Tuhan



Kumohon…

Berhentilah…

Asal kau tahu

Andai dapat memutar waktu

Maka aku berharap bisa melebur kataku

Menjadi debu yang mengendap

dan takkan terucap

Berharap dalam garis nasib yang telah kering

Akan kubasah dengan airmata

Mencoret sebaris namamu

Dalam setiap memori waktuku



Hatiku belum lembut, lisanku belum halus.

Allah SWT yang Maha Baik, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang itu tidak pernah tidak mengabulkan doa hambaNya. Termasuk doaku. Hanya saja aku belum pintar untuk memaknai dan menyikapi doa-doaku yang terkabul itu.

Kesalahanku bersikap, salah berucap, dan salah memikirkan sering menggagalkan dan menolak secara tidak sengaja terkabulnya doa. Secara tidak sengaja karena aku merasa belum mengerti dan masih sangat perlu pembelajaran tentang kesabaran dan keikhlasan akan ketetapan Allah SWT, akan terkabulnya doaku tadi.

Allah pasti telah menyediakan pijakan-pijakan untuku, agar aku dapat meraih impianku yang selalu aku gumamkan dalam doa-doaku. Namun mulai samar tersadar kini bahwa aku kurang terampil, kurang sabar dan kurang ikhlas menapaki pijakan yang sudah Belaiu sediakan untukku.

Aku mohonkan pada-Nya agar aku diberi rahmat hati yang lembut, tutur kata yang halus dalam keseharianku. Aku pun diketemukan dengan kondisi dimana seorang teman yang membutuhkan satu informasi yang kebetulan aku yang mengetahui informasi itu. Beliau menanyakannya padaku. Dan beberapa pertanyaannya aku simpulkan sebagai cerewet dan “ngeyel”, sehingga tanggapankupun kurang bersahabat pada temanku itu. Alasanku adalah, aku sibuk, kenapa temaku ini tidak mengerti?. Tidak ada kata-kata kasar yang keluar –menurutku-, tapi kurang bersahabat.

Aku tidak berbohong dengan alasanku itu, dan tidak salah juga sebenarnya kalau aku menyimpulkan temanku itu cerewet. Tetapi setelah percakapan itu selesai, aku ditegur oleh hati nuraniku “kenapa kamu bersikap seperti itu?”. Rasa menyesal menghinggap dan mengganggu ketenanganku hatiku, dan gangguannya lebih mengena daripada gangguan temanku tadi.


Aku tidak sabar, aku tidak peka dan tidak ikhlas dengan ujian yang Allah SWT beri.

Itu sebabnya hatiku belum lembut, lisanku belum halus.


KADO KECIL BUAT ISTRIKU

ISTRIKU......DENGARLAH... DEKAP...DEKAPLAH AKU
AKU SANGAT MENCINTAIMU...
MARI KITA BUANG DUKA... KITA KAN SALING MENYAYANGI...

MARI KITA BAGI SUKA
HENDAKNYA PERTENGKARAN KECIL SEGERA DAPAT DIATASI
BAHKAN JADI PENYEGAR CINTA KITA

HENDAKNYA PERKAWINAN INI BUKAN SEKADAR CINTA KASIH
TAPI JUGA SEBUAH TANGGUNG JAWAB

MARI TUNTAS KITA REGUK SATU GELAS BERSAMA
BAHAGIA... SUNGGUH BAHAGIA

ISTRIKU... MARI KITA RENUNGKAN
JALANAN TERJAL BERLIKU
KITA 'KAN MAMPU MELEWATINYA BERSAMA
MARI KITA BERGANDENG TANGAN

ISTRIKU... DUDUKLAH ISTIRAHAT SEJENAK
ATUR NAFASMU DAN TENANGLAH
KITA AKAN SEGERA BERANGKAT
BERLAYAR MENEMBUS PEKAT

HENDAKNYA KITA KAN BERLABUH
DI PANTAI YANG PENUH KEMBANG
HARUM WANGI SEMERBAK... ADALAH SURGA

KITA AKAN MEMBUANG SAUH
BERENANG KE PINGGIRAN
PELUK... PELUKLAH AKU
LEBURKAN JIWA RAGA KITA
KEMUDIAN KITA BERIKRAR
BAHAGIA... OH BAHAGIA


KUPERSEMBAHKAN UNTUK ISTRIKU TERCINTA



ANTARA PAGI DAN MALAM HARI

Tenanglah hatiku, karena langit tak pun mendengari
Tenanglah, karena bumi dibebani dengan ratapan kesedihan.
Dia takkan melahirkan melodi dan nyanyianmu.
Tenanglah, karena roh-roh malam tak menghiraukan bisikan rahasiamu, dan bayang-bayang tak berhenti dihadapan mimpi-mimpi.
Tenanglah, hatiku. Tenanglah hingga fajar tiba, kerana dia yang menanti pagi dengan sabar akan menyambut pagi dengan kekuatan. Dia yang mencintai cahaya, dicintai cahaya.
Tenanglah hatiku, dan dengarkan ucapanku.

DALAM mimpi aku melihat seekor murai menyanyi saat dia terbang di atas kawah gunung berapi yang meletus.
Kulihat sekuntum bunga Lili menyembulkan kelopaknya di balik salju.
Kulihat seorang bidadari telanjang menari-menari di antara batu-batu kubur.
Kulihat seorang anak tertawa sambil bermain dengan tengkorak-tengkorak.
Kulihat semua makhluk ini dalam sebuah mimpi. Ketika aku terjaga dan memandang sekelilingku, kulihat gunung berapi memuntahkan nyala api, tapi tak kudengar murai bernyanyi, juga tak kulihat dia terbang.
Kulihat langit menaburkan salju di atas padang dan lembah, dilapisi warna putih mayat dari bunga lili yang membeku.
Kulihat kuburan-kuburan, berderet-deret, tegak di hadapan zaman-zaman yang tenang. Tapi tak satu pun kulihat di sana yang bergoyang dalam tarian, juga tidak yang tertunduk dalam doa.
Saat terjaga, kulihat kesedihan dan kepedihan; ke manakah perginya kegembiraan dan kesenangan impian?
Mengapa keindahan mimpi lenyap, dan bagaimana gambaran-gambarannya menghilang? Bagaimana mungkin jiwa tertahan sampai sang tidur membawa kembali roh-roh dari hasrat dan harapannya?

Kamis, Mei 07, 2009

Hebatnya cinta..




hebatnya cinta...
tersenyum kala terluka..
menangis kala bahagia...
bersedih kala bersama...
tertawa kala berpisah...

Aku pernah...
aku pernah tersenyum meski ku terluka
karena... ku yakin Tuhan tak menjadikannya untukku

aku pernah menangis kala bahagia
karena...ku takut kebahagiaan cinta ini kan sirna begitu saja

aku pernah bersedih kala bersamanya
karena....ku takut kan kehilangan dia suatu saat nanti


dan....

aku juga pernah tertawa...
saat berpisah dengannya
karena...sekali lagi cinta tak harus memiliki
Tuhan pasti telah menyiapkan cinta yang lain
untukku.....

aku tetap bisa mencintainya
meski ia tak dapat ku rengkuh dalam pelukanku
karena.....memang cinta ada dalam jiwa bukan dalam raga

smua orang pasti pernah merasakan cinta
orang tua...
sahabat....
kekasih...
dan akhirnya pasangan hidup.....



buat temanku yang sedang jatuh cinta
ku ucapkan selamat...
karena cinta itu sangat indah
semoga kalian slalu bahagia...
menikahlah!!

buat temanku yang sedang terluka karena cinta...
hidup itu bagaikan roda yang terus berputar
satu saat aka berada di bawah
dan hidup terasa begitu sulit
bertahanlah..!
karena…
keadaan itu tidak untuk slamanya
bersabarlah dan berdoalah
karena cinta yang lain
akan datang dan menghampirimu
buat temanku yang tidak percaya akan cinta
buka hatimu...
jangan menutup mata akan keindahan dunia
maka cinta akan membuat hidupmu
menjadi bahagia...
buat temanku yang mendambakan cinta..
bersabarlah...
karna cinta yang indah..
tak terjadi dalam sekejab...
Tuhan sedang mempersiapkan sgala yang terbaik
bagimu...
buat temanku yang mempermainkan cinta...
sesuatu yang begitu murni dan tulus
bukanlah untuk di permainkan
cinta bukan suatu kehampaan
semoga kalian berhenti m'permainkan cinta

dan mulai merasakan kebahagiaan yang seutuhnya....


JIKA CINTA TAK BISA BERSATU

Izinkan aku mencintaimu dengan caraku
walau kutau kita mungkin tidak saling memiliki
karena aku hanya rembulan dan engkau matahari
yang cahayaku sesungguhnya berasal darimu
Aku mengagumimu walau kau bilang jangan,
mendambakanmu walau kau bilang kau tak pantas
Izinkanlah aku tetap mencintaimu
walau hanya lewat rindu dan doa untukmu

Sabtu, April 25, 2009

Dalam Lelapmu Kutatap wajah Tulusmu



energi cinta perlahan mengalir saat menatap wajah lugu yang terlelap itu.
getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah dilakukannya untuk kebahagiaanku.Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalahpahaman kecil yang entah kenapa selau saja nampak besar.Secara ajaib Allah mengatur pengorbanan itu tampak lagi melalui wajah-wajah jujurnya yang sedang tidur.
Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan.
Dan ekspresi wajahnya lelapnya mengungkap segalanya.
Tanpa kata, tanpa suara dia berkata... "betapa lelahnya aku hari ini".
Dan penyebab lelah itu? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tak lain adalah untukku.
kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajahnya.
betapa kebahagiaan dan keharuan seketika membuncah jika mengingat itu semua.
Ya Allah....apa yang akan terjadi jika esok hari dia yang kucinta itu tak lagi membuka matanya, selamanya ...

Kau tetap saja sahabatku.................


Kulihat mendung membayangi pancaran wajahmu

Tak terbiasa ku dapati terdiam mendura

Apa gerangan bergemuruh di ruang benakmu

Sekilas galau mata ingin berbagi cerita

Kudatang sahabat bagi jiwa

Saat batin merintih

Usah kau lara sendiri

Masih ada asa tersisa

Letakkanlah tanganmu di atas bahuku

Biar terbagi beban itu dan tegar dirimu

Di depan sana cahya kecil tuk memandu

Tak hilang arah kita berjalan menghadapinya

Saudaraku ….

Begitu indah dan menyentuh hati untaian kata yang terangkai dalam bait lagu di atas. Terbersit keharuan dalam dada ini, ketika aku menghayatinya sebagai sebuah kisah persahabatan sejati antara dua anak manusia. Karena di sana kutemukan pancaran keikhlasan. Kudapatkan seberkas sinar ketulusan. Dan ada keindahan dari sebuah jalinan persahabatan yang sangat mendalam. Sebuah hubungan yang didasari bukan karena ada kepentingan yang tersembunyi di baliknya. Sebuah hubungan yang … kurasa semua orang mendambakannya.

Saudaraku ….

Sungguh, kehadiran seseorang yang lain dalam hari-hari kita menempuhi jalan di medan kehidupan ini adalah suatu kemestian. Semua orang tidak bisa menyangkal dan menolaknya. Adalah mustahil manusia akan bisa bertahan hidup tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain di sisinya. Dan inilah sunnatullah. Namun, yang kita hadapi di sini bukanlah permasalahan butuh dan tidaknya manusia kepada manusia yang lain, karena hal ini sudah jelas adanya. Bahwa manusia memerlukan orang lain, dan tidak bisa hidup tanpanya. Persoalannya lebih pada siapa saja atau orang macam apa yang sekiranya pantas untuk kita jadikan sebagai teman atau sahabat kita.

Saudaraku …..

Bahwasanya tujuan yang ingin kita capai dalam dunia ini sudah jelas dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Keridhaan Allah menjadi satu cita-cita yang tidak boleh terhapuskan oleh tujuan yang lain. Dalam mencapai tujuan tersebut, ada banyak rintangan, ujian dan fitnah yang bisa menyimpangkan kita dari tujuan semula manakala kita tidak waspada dan memperhatikan rambu-rambu yang telah dibuat oleh Allah. Perjalanan kita menapaki jalan ke tempat tujuan yang hendak kita capai, yang terkadang penuh liku dan duri serta panjang membentang, akan terasa lebih mudah manakala kita berjalan beriringan dengan sahabat-sahabat kita. Sebagai teman bercerita, sebagai penunjuk jalan, sebagai pengingat rambu-rambu yang kita lupakan.

Saudaraku …..

Seorang sahabat, akan bisa memudahkan langkah kita dalam menggapai cita-cita kita. Seorang sahabat juga bisa menyeret kita menjauhi dan menggagalkan kita dari Al Ghayah. Untuk itulah, kemampuan kita dalam mencari dan menyeleksi orang-orang yang bisa dijadikan sebagai sahabat menjadi salah satu penentu keberhasilan kita mencapai tujuan hidup. Orang yang selalu hidup bersama kita, menghabiskan hari-harinya untuk menemani kesendirian kita, bukanlah jaminan bahwa ia bisa menjadi sahabat sejati, karena bisa jadi di balik itu semua ada sesuatu yang ingin didapatnya dari kita. Bukan berarti kita harus selalu curiga kepada orang-orang di sekitar kita, yang nanti malah akan menimbulkan benih-benih kebencian. Hanya saja, kita harus mengingat firman Allah dalam Qs. Az Zukhruf ayat 67 " Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa." Lalu, bagaimana kita bisa melihat seseorang itu bisa kita jadikan sebagai sahabat dekat kita?

Saudaraku ……

Rasulullah telah memerintahkan kita untuk bersikap selektif dalam memilih teman. Beliau mengibaratkan teman yang baik sebagaimana seorang penjual minyak wangi. Kita akan membeli minyak wangi darinya, atau dia akan memberikan kita minyak wangi itu, atau paling tidak kita akan ikut mencium dan mendapatkan aromanya. Dan Rasulullah mengibaratkan teman yang jelek itu bagaikan kita berkawan dengan seorang pandai besi. Kita akan terkena bau dan asapnya, atau terpercik apinya. Jadi, orang yang bisa dijadikan sebagai teman seperjuangan kita adalah orang yang selalu menebarkan kebaikan dan keshalihan yang dimilikinya, sehingga kita akan ikut terwarnai oleh keindahan akhlaknya. Sedangkan orang yang tidak layak untuk kita jadikan teman adalah orang yang berakhlak buruk, yang bisa menularkan keburukannya kepada kita.

Imam Ali Ra memberikan nasihat yang sangat berharga kepada putranya Al Hasan menjelang ajalnya, yang bisa kita jadikan pedoman dalam memilih teman.

"..janganlah engkau bersahabat dengan orang bodoh, karena ia akan memanfaatkan dirimu demi bahayamu. Janganlah engkau bersahabat dengan seorang pendusta, karena ia akan mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat kepadamu. Janganlah engkau bersahabat dengan orang yang bakhil, karena ia akan mengabaikan kamu saat kau membutuhkannya. Dan janganlah engkau bergaul dengan orang yang suka melakukan dosa, karena ia akan menjual dirimu dengan harga yang murah."

Saudaraku ……

Seorang sahabat yang baik, bukan orang yang membiarkan kita melakukan apa saja yang kita sukai. Atau memberikan segala yang kita inginkan. Bukan pula orang yang diam saja ketika kita melakukan sebuah kesalahan dan dosa, dengan alasan cinta dan kasihnya kepada kita. Rasulullah saw pernah bersabda "sebaik-baik sahabat adalah orang yang apabila engkau melihatnya, menjadikanmu mengingat Allah …"

Duhai ….Adakah engkau orangnya saudaraku, sebaik-baiknya sahabat yang kumiliki ?

Dan juga, apakah aku telah menjadi sebaik-baiknya sahabat bagimu, wahai saudaraku ?

Saudaraku yang selalu dalam naungan-Nya insya Allah …..

Betapa indahnya persahabatan yang dijalin dengan sepenuh hati, dengan ketulusan jiwa. Betapa bahagianya bila orang-orang di sekitar kita bisa menjadi sahabat yang terbaik. Yang mendengar jeritan batin kita. Yang mendekat manakala yang lain menjauh. Yang memberi semangat di saat kita hampir putus harapan. Yang menyediakan bahunya untuk berbagi beban. Yang selalu mengingatkan segala kealpaan yang kita lakukan. Yang senantiasa mengajak kita mengerjakan kebaikan dan menjauhi segala kemungkaran.

Ya Rabbi ….

Kokohkan dan kekalkan jalinan persaudaraan ini. Kuatkan simpul kebersamaan, dan tautkanlah hati-hati kami. Datangkanlah kepada kami manusia-manusia terbaik yang bisa kami jadikan sebagai sahabat dan saudara kami. Yang selalu mengingatkan kami untuk tetap istiqamah meniti jalan-Mu, mengusung panji al Islam dan menyuarakan kebenaran.

Sahabatku …..engkaulah yang terbaik bagiku.

Ruang Tamu


Tinggalkan Pesan Terbaikmu

Puncak Selera Jiwa

Pojok Hikmah

mimpi dapat diperpanjang. tidak peduli berapa usia kita atau apa kondisi kita, karena masih ada kemungkinan belum tersentuh di dalam diri kita dan keindahan baru menunggu untuk dilahirkan. Karena Bermimpilah ! untuk esok yang indah