Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Kategori

Artikel (4) Dakwah (7) Motivasi (3) Muhasabah (11) Munajah (7) Prosa (5) Puisi (18) Tarbiyah (2)

Sabtu, Agustus 07, 2010

Biar Engkau saja yang tahu

tegar ini adalah topeng
tuk tutupi rapuhku
senyum ini adalah tirai
tuk sembunyikan tangisku
kata-kata bijak ku paksa jadi selimut
tuk bungkus culasku

tapi sampai kapan ku mampu bertahan?
entah sampai kapan ku mampu pertahankan?

pandang kasihan orang sekitar
membuatku jijik tuk ungkap kenyataan
kata aku mengerti yang diberikan
memaksaku tuk terus sembunyi di balik tirai dan topeng

mereka kira aku begitu rapuh
hingga mesti patut mendapat kasihan
mereka anggap aku begitu goncang
hingga tak mengerti kenyataan

aku akui kebenaran suara di telinga kiri kanan
tak ku ingkari rapuh dan goyang sendi kehidupan
tapi,
ku berpikir tiap orang punya masing-masing jalan kehidupan
tidak ada yang lebih berat
pun yang lebih ringan

tak patut mereka menaruh kasihan
tak layak pula mereka mencoba memberi pengertian
hanya pada-Mu ku coba kembalikan segala
hanya pada-Mu ku ingin sandarkan semua
hanya pada-Mu ku harap tempatku bergantung satu-satunya

biarlah dalam pandang dunia segala tegar jiwa
biarlah dalam mata manusia senyum dan tawa
biarlah kaca mata sesama tampak kebijakan kata

ku ingin hanya mengeluh,
mengadu pada-Mu
hanya pada-Mu
Pemilik semestaku
raga dan jiwaku

Dosa......................


Sebuah perumpamaan...
Perumpamaan tentang dosa...

Seperti getah.., semakin disentuh...
Semakin mengotori...
...
Hitam kelam melebihi malam..., sedikit cahaya menerangi tapi tak lagi diacuhkan...
Karena dalam gelapnya memberi khayalan kenikmatan...

Ibarat candu..., memberikan bahagia sementara.... Lalu menjadi nestapa yang menyiksa...

Terlihat menyegarkan untuk kau arungi..., dan saat tlah berada didalamya... Tak ubahnya seperti pasir hidup tak berdasar...

Pahamilah...
Sebelum terlanjur masuk terlalu dalam...

Menangislah

Tadinya aku mengira bahwa selarut ini, tak mungkin aku temukan kalimat yang ramah menyapa hatiku yang sedang piatu.

Bibirku bergetar menahan teriak hatiku yang menggelegar dengan kerinduan untuk menangis.

Menangislah … dengan setulus-tulusnya air mata
...
Bagi hati dan bibir yang tak lagi mampu mengeluh, air mata adalah doa yang paling jujur dan yang paling membebaskan.

karena kita jiwa kecintaan Tuhan

MTGW

Selasa, Juni 01, 2010

Dalam Sunyi

Jalan Sepi...
Aku tertatih dalam duka
Hari sunyi...
Aku letih memendam rasa

Kucoba sentuh dunia yang indah itu
Namun yang dapat kugenggam hanya sekepal hayal
Kucoba terenyum dan yakin kiranya hari penuh cahaya itu tiba
Mengusir selubung sunyi dihati

Sabtu, Mei 29, 2010

Untuk Sebuah Hati

Perhatikanlah!
Nafas-nafas yang tiada ujung pangkal
mengapa kau jadikan tumpuan
Rindu itu bertaut, bukan dengan bayangan

Pikirkanlah !
Kepada siapa berlabuhnya sebuah hati
Berapa lama lagi engkau akan bermimpi
Raga semakin ringkih membawa diri
Raga kian tak sabar menunggu mati

Hai Hati,
Kegersangan merindu siraman
Kehausan jangan membawamu mereguk lautan
Sesuatu tengah dicari, belum lagi kau temui
Akankah disini engkau dapati…
Kian maya saat dirasa nyata

Jangan bersandar pada nyanyian indah
Jangan berkaca pada cermin yang pecah
Bersandarlah di tepi malam
Ketika selimut membuai tiap hati insan
Percayalah pada kekuatan ikhlas
Karena Dia Maha Menenangkan

Teman, untukmu puisi ini...engkau yang mencari tenang...

Kalau Begitu, Aku Tidak Mencintaimu


Dihadapan orang yang kau cintai,
Musim dingin berubah menjadi musim semi yang indah
Dihadapan orang yang kau sukai,
Musim dingin tetaplah dingin, hanya suasana yang lebih indah mewarnainya

Dihadapan orang yang kau cintai,
Jantungmu tiba-tiba berdebar lebih cepat
Dihadapan orang yang kau sukai,
Kau hanya merasa senang dan gembira saja

Apabila engkau melihat kepada mata orang yang kau cintai,
Matamu berkaca-kaca
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang kau sukai,
Engkau hanya tersenyum saja

Dihadapan orang yang kau cintai,
Kata-kata yang keluar berasal dari perasaan yang terdalam
Dihadapan orang yang kau sukai,
Kata-kata hanya keluar dari pikiran saja

Jika orang yang kau cintai menangis,
Engkau pun akan ikut menangis di sisinya
Jika orang yang kau sukai menangis,
Memang hatimu menangis namun kau hanya menghibur saja

Perasaan cinta dimulai dari mata,
Sedangkan rasa suka lebih dimulai dari telinga
Jadi jika kau mau berhenti menyukai seseorang,
Cukup dengan menutup telingamu
Tapi bila kau mencoba menutup matamu dari orang yang kau cintai,
Cinta itu berubah menjadi tetesan air mata
Dan terus bersemayam di hatimu dalam waktu yang tak singkat

Tetapi selain rasa suka dan cinta,
Ada perasaan yang jauh lebih dalam,
Yaitu rasa sayang.

Sayang yang tidak hilang secepat cinta pergi,
Sayang yang tidak mudah berubah,
Perasaan yang dapat membuatmu berkorban
Untuk orang yang kau sayangi
Mau menderita demi kebahagiaan orang yang kau sayangi

Cinta ingin memiliki, tetapi sayang hanya ingin melihat
Orang yang disayanginya bahagia…walaupun harus kehilangan

Sadar : "Allah Tidak Pernah Tidur "



Malam telah larut saat saya meninggalkan kantor. Telah lewat pukul 11 malam. Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya harus pulang selarut ini. Ah, hari yang menjemukan saat itu. Terlebih, setelah beberapa saat berjalan, warna langit tampak memerah. Rintik hujan mulai turun. Lengkap sudah, badan yang lelah ditambah dengan "acara" kehujanan.

Setengah berlari saya mencari tempat berlindung. Untunglah, penjual nasi goreng yang mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda sederhana. Lumayan, pikir saya. Segera saya berteduh, menjumpai bapak penjual yang sendirian ditemani rokok dan lampu petromak yang masih menyala.

Dia menyilahkan saya duduk. "Disini saja dek, daripada kehujanan...," begitu katanya saat saya meminta ijin berteduh.

Benar saja, hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yang pekat. Karena merasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya, saya berkata, "minta tolong bikin mie goreng ya pak, di makan disini saja.

Sang Bapak tersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia tampak sibuk. Bumbu dan penggorengan pun telah siap untuk di racik. Tampaklah pertunjukkan sebuah pengalaman yang tak dapat diraih dalam waktu sebentar.

Tangannya cekatan sekali meraih botol kecap dan segenap bumbu. Segera saja, mie goreng yang mengepul telah terhidang. Keadaan yang semula canggung mulai hilang. Basa-basi saya bertanya, "Wah hujannya tambah deras nih, orang-orang makin jarang yang keluar ya Pak?" Bapak itu menoleh kearah saya, dan berkata, "Iya dek, jadi sepi nih dagangan saya.." katanya sambil menghisap rokok dalam-dalam.

"Kalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak?" kata saya, "Wah, rezekinya jadi berkurang dong ya?" Duh. Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja tak banyak yang membeli kalau hujan begini. Tentu, pertanyaan itu hanya akan membuat Bapak itu tambah sedih. Namun, agaknya saya keliru...

"Allah itu, tyidak tidu dek", begitu katanya. "Rezeki saya ada dimana-mana. Saya malah senang kalau hujan begini. Istri sama anak saya di kampung pasti dapat air buat sawah. Yah, walaupun tidak lebar, tapi lumayan lah tanahnya." Bapak itu melanjutkan, "Anak saya yang disini pasti bisa ojek payung kalau besok masih hujan.....".

Degh. Dduh, hati saya tergetar. Bapak itu benar, "Allah tidak tidur". Allah Memang Maha Kuasa, yang tak pernah istirahat buat hamba-hamba-Nya. Saya rupanya telah keliru memaknai hidup. Filsafat hidup yang saya punya, tampak tak ada artinya di depan perkataan sederhana itu. Makna nya terlampau dalam, membuat saya banyak berpikir dan menyadari kekerdilan saya di hadapan Tuhan.

Saya tadi berpikir,bahwa hujan adalah bencana, adalah petaka bagi banyak hal. Saya berpendapat, bahwa rezeki itu selalu berupa materi, dan hal nyata yang bisa digenggam dan dirasakan. Dan saya juga berpendapat, bahwa saat ada ujian yang menimpa, maka itu artinya saya cuma harus bersabar. Namun saya keliru. Hujan, memang bisa menjadi bencana, namun rintiknya bisa menjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga adalah berkah bagi sawah-sawah yang perlu diairi. Derai hujan mungkin bisa menjadi petaka, namun derai itu pula yang menjadi harapan bagi sebagian orang yang mengojek payung, atau mendorong mobil yang mogok.

Hmm...saya makin bergegas untuk menyelesaikan mie goreng itu. Beribu pikiran tampak seperti lintasan-lintasan cahaya yang bergerak di benak saya. "Ya Allah, Engkau Memang Tak Pernah Beristirahat" Untunglah, hujan telah reda, dan sayapun telah selesai makan.

Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yang teringat, Allah tidak pernah tidur....
Allah tidak pernah tidur.... yah, itu pasti... tapi kali, kalimat ini istimewa

Begitulah, kali ini saya takjub pada hal-hal kecil yang ada di depan saya. Allah memang selalu punya banyak rahasia, dan mengingatkan kita dengan cara yang tak terduga. Selalu saja, Dia memberikan Cinta kepada saya lewat hal-hal yang sederhana. Dan hal-hal itu, kerap membuat saya menjadi semakin banyak belajar.

Dulu, saya berharap, bisa melewati tahun ini dengan hal-hal besar, dengan sesuatu yang istimewa. Saya sering berharap, saat saya bertambah usia, harus ada hal besar yang saya lampaui. Seperti tahun sebelumnya, saya ingin ada hal yang menakjubkan saya lakukan. Namun, rupanya tahun ini Allah punya rencana lain buat saya. Dalam setiap doa saya, sering terucap agar saya selalu dapat belajar dan memaknai hikmah kehidupan. Dan kali ini Allah pun tetap memberikan saya yang terbaik. Saya tetap belajar, dan terus belajar, walaupun bukan dengan hal-hal besar dan istimewa. sadar!

Minggu, April 25, 2010

Engkau Dalam Ingatku

E ngkau memberi arti walau tanpa tangan yg terjabat
D isaat jauh selalu lekat disudut hati yang penat
I ngin kulantunkan selarik sajak untukmu sahabat

S egenggam bunga mekar bersemi saat berganti hari
U ntuk dinikmati indahnya yang berlenggang menari
P uaskan jiwa yang membutuhkan sentuhan jemari

R asa damai saat senyum sapa dalam jiwa kita terikat kuat
A kankah tangan kita akan erat terjalin suatu saat?
T etap saja, waktu yang akan menjawab kemana hati harus merapat

M eski jauh, engkau memberi kesejukan walau tanpa kata yg kudengar terucap
A sa dan doa kulantunkan untukmu tuk dapat meraih harap
N uraniku berkata kaulah mentari yg selalu membagi kehangatan yang tertancap

Jangan Hentikan Senyummu


Kuraih semangatku dengan senyummu…
Kudapatkan anganku dengan senyummu…
Kujalani apa yang pantas aku jalani juga karena senyummu…

Entah mengapa senyummu begitu nyata.
Hingga kurasa ada nyawa disetiap lantunnya…
Jangan kau bersedih…
dan tetaplah tersenyum bahagia…Jangan hentikan senyummu

Mungkin hatiku hanya sebesar dua telapak tanganku…
Atau mungkin hanya sebesar satu buah telapak tangan…
Namun apa yang kurasakan karena senyum itu
jauh lebih besar…
Dibandingkan besarnya lautan yang ada dibumi…
karenanya, Jangan Hentikan Senyummu
untukku.........

Sabtu, April 24, 2010

Surat Ibu yang Tergolek Tak Berdaya....


Anakku….
Ibu menulis surat ini di tengah keletihan yang teramat sangat. Air mata bercucuran deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Engkau memang lelaki yang gagah lagi matang, ibu yakin engkau akan sanggup membaca surat ini. Bacalah! Dan bila tidak suka, engkau dapat merobek setelah membacanya.

Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan ibu mengandungmu. Seluruh aktivitas ibu jalani dengan susah payah karena mengandungmu. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaan ibu. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat didepan mataku saat ibu melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami.

Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatan ibu demi kesehatanmu. Kegelisahan ibu demi kebaikanmu. Harapan ibu hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu.

Masa remaja pun engkau masuki. Kedewasaanmu semakin tampak, ibu pun berikhtiar atan iniuntuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.

Seiring perjalanan waktu, ibu merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak ibu telah terlupakan. Sudah sekian lama ibu tidak bersua, meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk sekedar melihat anakku.

Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah. Ibu semakin susah melakukan gerakan.

Anakku..
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Haruskah ibumu memelas hanya untuk bertemu dirimu. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan! Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya,

Anakku…
Walau bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku…
Perjalanan tahun demi tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.

Anakku..
Terserah kepadamu jika engkau anggap ibu rewel, cerewet dan bawel. Bila ingin merobek-robek surat ini. Lakukan saja karena itu pilihanmu. Ibu tidak akan mengungkit-ungkit jerih payah dan jasa yang telah dapat menghadirkanmu seperti keberadaanmu sekarang ini. Karena itu hanya akan mengurangi ketulusan ibu di hadapan Allah saja.

Anakku…
Ketahuilah bahwa ibu tidak akan menggunakan senjata pamungkas ibu untuk menghukummu. Cukup cerita Malin Kundang menjadi pelajaran yang tak tak terlupakan. Engkau tetap buah hatiku yang akan ibu bela sekuat tenaga.

Ya..Allah luluhkanlah hati anakku, ringankanlah urusannya...
Ya..Allah jadikanlah aku hambaMu yang bersabar...

http://www.facebook.com/notes/aidil-heryana/teruntuk-anakkubuah-hatiku/384941334869

Minggu, April 04, 2010

Kesendirian yang Bermakna


Kesendirian, suatu waktu di mana kita tak bisa menghindarinya. Banyak momen di mana kita harus tinggal seorang diri; saat di kamar mandi; saat di rumah tak ada orang kecuali kita; saat berada di sebuah ruangan warnet. Saat kesendirian itu muncul, saat di mana setan dengan gencarnya menggoda kita. Karena biasanya, kita akan jauh lebih semangat beribadah ketika ada orang di sekitar kita. Apalagi jika orang yang di dekat kita adalah orang yang shalih, yang senantiasa “menularkan” kebaikan pada diri kita. Ketika penghalang itu tak ada, setan pun dengan leluasa menerobos masuk dalam hati dan pikiran kita.
Karena iman yang lemah, kita pun kerap terjebak pada bujuk rayu setan. Kita menuruti apa mau setan. Tadinya kita rajin shalat, membaca al-Quran, tiba-tiba menjadi makhluk jalang yang bersuka cita pada kemaksiatan. “Ah... tidak ada yang melihat saya melakukannya,” bisiknya dalam hati.
Saat kesendirian itulah keimanan kita sedang diuji, apakah kita benar-benar mencintai Allah dengan setulus hati, apakah kita hanya takut kepada-Nya ataukah ibadah yang kita lakukan selama ini hanya sandiwara dan ingin dipuji oleh orang yang sedang bersama kita?
Saat sendiri, berarti kita hanya berdua-duaan dengan Allah. Alangkah baiknya kita gunakan kesempatan itu untuk bermunajat dan mendekatkan diri kepada Allah. Ketika dalam keramaian kita berdzikir seratus kali. Maka saat sendirian, kita harus lebih dari itu. Uwais al-Qarny Ra. pernah berkata, “Aku tidak pernah melihat seseorang bisa mengenal Tuhannya, sementara dia lebih banyak bersama selain-Nya.”
Suatu ketika, di malam yang dingin dan sunyi, Imam Abu Hanifah bermunajat di sebuah masjid. Di sana beliau menghabiskan waktunya dengan shalat, dzikir, dan berdoa hingga shubuh. Tak disangka, ada orang yang melihat ibadahnya itu. Setelah mengetahui ada yang memperhatikannya, beliau lalu berkata kepada orang tersebut agar merahasiakan perihal apa yang dilihatnya.
Diriwayatkan bahwa Imam Malik tidak terlalu banyak melaksanakan puasa dan shalat sunnah. Akan tetapi, kesendiriannya dipenuh dengan hal-hal yang berguna dan bermakna.
Seorang ulama bernama Umar Tilmisani pernah menceritakan pengalamannya. Di suatu malam, Imam Hasan al-Banna – gurunya – memanggil namanya, “Ya Umar, apakah engkau sudah tidur?” Lantas Umar menjawab, “Belum ya syaikh.” Kemudian Imam Hasan al-Banna kembali masuk ke kamarnya. Beberapa saat kemudian Imam Hasan al-Banna kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. Tapi kali ini Umar sengaja tidak menjawabnya, karena pasti nanti akan bertanya lagi hal yang sama. Umar pura-pura tidur.
Setelah tidak ada jawaban dari Umar, Imam al-Banna masuk kembali ke kamarnya. Beberapa saat lamanya pertanyaan yang sama tidak segera muncul, Umar pun melihat apa yang dilakukan gurunya itu di dalam kamarnya. Demi melihatnya, Imam Hasan al-Banna sedang bermunajat dengan tangisan menyayat hati. Akhirnya tahulah Umar, jika gurunya itu menginginkan kesendirian dalam bermunajat kepada-Nya, sehingga amalan hanya semata-mata karena Allah.
Sungguh asyik berdua-duaan bersama Allah sehingga Allah akan menganugerahi cahaya pada wajah kita. Imam Hasan al-Bashri pernah ditanya, “Kenapa orang yang rajin shalat malam wajahnya tampak bercahaya?” Imam Hasan menjawab, “Karena dia berdua-duaan dengan Allah sehingga Allah menghadiahinya sebagian dari cahaya-Nya.”
Seorang yang taat di kala ramai maupun sepi akan mereguk manisnya iman. Dia akan mendapatkan peningkatan kualitas iman dalam dirinya. Sesungguhnya semua ibadah yang kita lakukan untuk diri kita sendiri, bukan untuk orang lain. Kita berlaku demikian laksana melemparkan kayu Hindi (bahan minyak wangi) ke tengah bara api, kemudian wanginya tercium oleh manusia, namun mereka tak tahu dari mana sumber wewangian itu.
Ada orang yang jika kita mendekatinya terasa damai. Ketika menatap wajahnya, semakin mendorong kita untuk banyak mengingat Allah. Semakin bergaul akrab dengannya, terasa kebaikan-kebaikannya. Cintanya kepada kita bukan kamuflase sesaat, tetapi merupakan cinta murni yang datang dari-Nya. Terasa di sekeliling kita “harum mewangi” ketika kita bersamanya.
Namun, ada orang yang jika kita semakin dekat dengannya, hati kita semakin hampa, keras membatu, dan kotor oleh maksiat. Mungkin pada mulanya, kita menganggapnya orang baik. Namun lama kelamaan ketahuan belangnya, hatinya lebih busuk dari bangkai dan lebih kejam dari binatang liar. Merekalah orang-orang yang hanya taat di kala ramai, namun berbuat maksiat di saat sendiri.
Barangsiapa yang kesendiriannya baik dan penuh makna, akan menyebarlah aroma keutamaannya dan hati pun akan senantiasa mencium wewangiannya. Jagalah perilaku Anda dalam kesendirian, karena hal itu sangat bermanfaat.



Minggu, Maret 21, 2010

Aku Tahu Kau Hanya Cemburu




Aku sadar
Saat Amarahmu terbakar kala ku sulut
Dengan lantunkan indah kisah lalu
Ku berkeras untuk menuturkannya
Dan menyingkirkan perasaanmu

Aku sadar
Saat kau salahkan diriku
Atas perihmu dengan segala keegoisanku
Yang tak pernah peduli
Hanya ada satu namaku dihatimu

Aku sadar
Saat kau sangkakan aku dengan tebakanmu
Ku tau kau tak benar-benar menduga
Karena kau tau kaulah labuhan hatiku
Dan kaulah tempatku kembali

Aku sadar
Kau hanya cemburu,..Ku coba mengerti,..
You just want to tell me how much You Love Me…


Sabtu, Maret 20, 2010

Berdiamnya Bibir Bukan Berarti Benci


Diam....Bibirku terdiam
tapi bukan berarti aku marah..
Aku memang terlihat diam...
Dan hanya bisa menatapmu dari Jauh
Karena hanya itu Yang bisa dilakukan
Sejenak ku terdiam
Apa yang ku pikirkan?!
ah....Masih jauh di ujung Sana
BiarLah ku tetap begini
Dengan ku terdiam
Mungkin akan menetramkan hatimu juga hatiku
semoga kau mengerti
diam kita merenung...
suatu saat suara itu akan ada.....

Selalu Ada Cinta Untukmu


Perjalanan cinta memang sungguh indah namun tetap saja selalu ada lika-liku serta kerikil tajam dan juga kebekuan yang terus saja mencoba untuk mengganggu. Sulit bila dibuat menjadi sulit. Mudah bila memang kekuatan cinta itu dijadikan sebagai inti dan sumber utama.

Kehidupan dunia nyata sekarang ini sungguh sangat berat. Politik, ekonomi, hukum, sosial, semuanya sudah sangat tak menentu. Kepastian sangat sulit untuk dipastikan. Kini pun sangat tidak bisa menjadi pasti. Biarpun mimpi, angan, dan cita-cita tidak pernah bisa dihentikan, namun semuanya menjadi seperti duri yang terus saja menancap di dalam hati dan pikiran. Membelenggu diri dengan menjadi tidak tahu.

Kekasih tercinta yang sangat saya cintai sedang menangis. Air matanya mengalir karena kesedihan atas semua yang terjadi dan atas semua yang harus dihadapi. Gemas dan juga geram karena tak kuasa untuk melakukan. Menunggu kepastian adalah harapan terbesarnya. Mewujudkan segala mimpi, angan, dan cita-cita adalah hidupnya.

“Sedang apa, cinta?”
“Saya sedang dalam perjalanan. Bagaimana denganmu, sayang?”
“Saya sedang menanti mereka yang telah berjanji. Sedih karena mereka tak juga datang.”
“Janganlah bersedih, sayang. Kita sama-sama usahakan yang terbaik.”
“Mata saya hampir meneteskan air mata.”
“Saya cinta kamu. Cinta saya selalu untukmu. Semua yang terbaik untuk cinta kita, ya.”
“Air mata saya benar-benar menetes.”
“Sabar, ya, sayang. Selalu ada sejuta ciuman untukmu.”

Pilu rasanya hati ini merasakan segala rasa yang ada di dalam dirinya. Kesedihannya adalah kesedihan saya juga. Kegundahannya adalah kegundahan saya juga. Segala rasa yang ada di dalam dirinya adalah segala rasa yang ada di dalam diri saya. Dalam diam di antara keramaian saya pun menangis. Tetesan air matanya adalah air mata saya juga. Tidak bisa untuk tidak. Tidak kuasa untuk memungkirinya.

Saya ingin sekali memeluknya dan mendekapnya dalam-dalam. Membiarkannya masuk ke dalam lubuk terdalam hati saya. Membiarkannya menangis di sana sampai tetesan air mata itu habis dengan sendirinya. Memberikan ketenangan dan kedamaian sehingga apa yang dia rasakan bisa kemudian berubah menjadi sebuah semangat yang baru. Saya ingin semua yang menjadi mimpi, angan, dan cita-citanya menjadi nyata. Sebuah kehidupan yang bisa memberikannya sejumlah kepastian. Saya sangat mencintai dia. Amat teramat sangat.

Segala daya dan upaya saya perjuangkan untuknya. Saya ingin selalu memberikan segala yang terbaik yang bisa saya lakukan untuk diberikan kepadanya semua. Semuanya untuk dia. Hanya untuk dia. Dia cinta saya. Saya cinta dia.

Menjadi pasangan cinta dalam perjalanan cinta sangatlah membutuhkan kesabaran dan juga pengertian. Emosi selalu saja ada. Senang ataupun susah. Suka ataupun duka. Tatkala semua itu terjadi, jadikanlah cinta sebagai sumber kekuatan. Cinta bisa memberikan segalanya. Cinta bisa menjadikan segalanya. Cinta jugalah yang mengalahkan segalanya. Kamu juga, kan, yang mengajarkannya kepada saya untuk selalu memenuhi diri dengan cinta agar cinta itu selalu ada?! Biarkan cinta menjadi semakin besar dan besar lagi sehingga semuanya menjadi terwujud.

Janganlah melemahkan rasa cinta di dalam diri hanya karena apa yang dikatakan sebagai kebutuhan nyata di dalam kehidupan. Berikanlah juga cinta selalu kepada diri sendiri. Yakinlah bahwa semua bisa diselesaikan dan digapai. Semua pasti bisa. Seperti juga yang pernah kamu ucapkan kepada saya, “Semua tergantung bagaimana cara berpikirnya saja. Rumit bisa menjadi rumit dan mudah bisa menjadi mudah“. Ingatkah itu, sayang?!

Sabar, ya, sayang. Kita berdua masih memiliki perjalanan cinta yang panjang. Saya ingin semuanya tidak menjadi sebuah perjalanan yang sia-sia tetapi menjadi sebuah perjalanan cinta yang tidak pernah terputus dan juga tidak memiliki tepi. Cinta kita untuk kita. Cinta kita juga untuk semua. Harapan adalah sebuah asa yang selalu ada. Masa depan kita adalah sebuah kepastian walaupun kini tidak bisa dikatakan pasti. Semua membutuhkan cinta kita. Demikian juga kita. Kita membutuhkan cinta semua. Cinta harus selalu ada, ya, sayang.

Perlahan-lahan kita akan terus berjalan bersama. Beriringan dan berdampingan kita menggapai semuanya. Menghadapi segala cobaan yang datang dengan segala cinta yang kita miliki. Dari cinta, oleh cinta, dan untuk cinta.

Ibu pertiwi kekasih tercinta. Sabar, ya, sayang. Berhentilah menangis. Saya sangat mencintaimu dan saya pun tahu dirimu sangat mencintai saya. Mari kita sama-sama terus bercinta sepanjang perjalanan cinta kita. Cinta kita adalah sepanjang masa yang ada di dalam ruang tanpa batas dan waktu.

Semoga cinta itu selalu ada.
Kompasiana

Belajar dari Kupu-Kupu


Kupu2 dalam sangkar
Kita bisa bertengkar saat tak sabar

Istriku…
Sebelum kamu membenciku
Maukah engkau membuka diri
Ungkapkan derai mata hati

Keluhmu
Resahmu

Iringi dengan kata
Gerak yang nyata
bantu aku saat belum tahu
Ingatkan aku atas kelalaianku

Kupu2, sangkar terbuka
Kita bisa tertawa disaat yang sama

Istriku
sebelum kamu mencintaiku
maukah kau rentangkan semua rasa
Kelompokkan tiap kata

Tiap gerak hati
Tiap aksi

Yang matamu menjadi saksi
yang telingamu menjadi saksi
Baikkah aku untukmu
Dengan ilmu Sang maha Tahu?

Kupu2 bersayap dua
Sabar dari Alloh, sabar hati bersua

Saatnya telah tiba
Untuk mempertemukan hati kita
Untuk itu
Maukah kamu berbagi denganku
Ilmu dan rasa hati
Yang kita miliki
Yang kita pelajari
Sampai akhir kita nanti

Kupu2 pasti terbang
Aku bisa mati dan kamupun berpeluang

Sekarang atau nanti
Aku pasti mati
Maata’buduuna mim ba’dii?!
Saat ini sampai nanti

Tinggalkan sangkar jauh
Sabar hati lawan keluh

Saat aku mati
Selalu ada alloh yang menemani
Saat aku mati
Tidak cuma suami yang menjadi jalan rizki

Sangkar hampa-kupu2 riang
Alloh maha kuasa memberi tenang

Dan hanya janji-nya yang pantas dipegang

-semoga Alloh memberkahi keluarga kita-



Penghormatan untuk Istriku



Lima menit berlalu, kami masih terdiam. Aku tahu pasti jika Ummi, istriku sedang marah. Dia memang tidak mengucapkan kata-kata dengan nada yang keras. Namun, dari intonasi dan gaya bicaranya yang tidak biasa, aku bisa memahami kalau hatinya sedang tidak berkenan dengan perbuatanku. Setahun lebih menikah telah membuatku paham dengan kebiasaannya. Ummi menghela nafas, tanda amarahnya telah berkurang. Kuberanikan diri untuk bicara,
”Sudah selesai, ummi?” tanyaku pelan. Dia menjawab dengan anggukan.
”Abi minta maaf, Abi tidak sengaja. Tadi malam Abi lembur mengerjakan tugas dari Kampus sehingga tadi sehabis shalat dluha Abi tertidur dan Biun ketika hujan sudah lebat, jadi tidak sempat menyelamatkan jemuran yang telah kamu cuci. Sekali lagi Abi minta maaf, biar nanti jemurannya Abi cuci kembali”. Mendengar penjelasanku amarah Ummi menjadi reda. Dia kemudian duduk mengambil posisi di hadapanku. Ini hari minggu, kami libur mengajar. Tadi setelah selesai mencuci pakaian, Ummi pergi belanja ke pasar.
Sejak menikah hingga saat ini, kami hidup dalam kesederhanaan. Rumah kami masih mengontrak, namun kami tetap bersyukur masih punya tempat untuk berteduh dari panas dan hujan. Kami memutuskan untuk menikah setelah lulus kuliah tanpa melalui proses pacaran. Persamaan kami adalah kami anti pacaran. Waktu itu kami belum mendapat pekerjaan, hanya kepercayaan atas rezeki dari Allah lah yang membuat kami berani untuk menikah. Alhamdulillah, saat ini kami telah menjadi guru meski cuma guru swasta; aku di SMP sedang dia di Madrasah Aliyah. Kami sepakat untuk selalu bersama dalam berjuang menggapai cita-cita dalam segala keadaan. Aku mencintainya dan dia pun mencintaiku.
”Bi, Ummi boleh tanya?” suaranya memecah keheningan yang kembali terjadi sesaat.
”Ada apa Mi?” sahutku.
”Kenapa sih Abi tidak pernah marah sama Ummi? Ummi sendiri merasa kalau selama ini Ummi belum bisa menjadi istri yang baik, sering membuat Abi kecewa, sering marah-marah; tapi kenapa Abi selalu sabar dengan sikap Ummi yang seperti ini?”. Mendengar pertanyaan Ummi, aku terdiam. Aku jadi teringat sebuah kisah yang terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khottob ra. Saat itu ada seorang sahabat yang hendak melaporkan kelakuan istrinya yang kasar terhadapnya kepada Khalifah Umar. Dia ingin mendapatkan saran dari beliau dalam menghadapi istrinya. Lalu pergilah sahabat tersebut menuju rumah (benar rumah, bukan istana) Khalifah Umar. Ketika sampai di depan rumah Khalifah Umar dia berhenti. Sahabat itu mendengar dari luar jika Khalifah Umar sedang dimarahi oleh istri beliau, sedangkan beliau hanya diam. Sahabat itu lalu berfikir, ”Kalau Khalifah Umar saja diam saat dimarahi istri beliau, apa yang bisa disarankan beliau untukku?”. Akhirnya dia berniat pulang dan tidak jadi meminta pendapat beliau. Selang beberapa langkah, dia dipanggil oleh Khalifah Umar,
”Wahai Fulan, engkau telah sampai di depan rumahku, mengapa engkau hendak kembali lagi?”. Mendengar pangilan Khalifah Umar, sahabat tersebut menghampiri beliau dan berkata,
”Maafkan wahai ’Amirul Mukminin, tadi aku hendak melaporkan kelakuan istriku yang kasar terhadapku. Tapi ternyata kulihat engkau diam saja ketika dimarahi istrimu, jadi kufikir apa saran yang bisa kudapat darimu?” jawab sahabat.
”Kenapa aku diam saja ketika istriku marah padaku, itu karena aku menghormatinya. Aku mengalah dan membiarkannya memarahiku karena dia telah banyak membantuku. Dia yang mengurus aku dan rumahku, mencucikan baju untukku, membuatkan roti untukku, memasak untukku, dan pekerjaan lain; sementara semua itu tidak pernah kuperintahkan padanya. Jadi sudah sepantasnya aku memuliakannya.”. jelas Khalifah Umar. Sahabat itu akhirnya mengerti dan kembali kepada istrinya dengan hati yang tenang.
”Bi, kok diam?” suara Ummi membuyarkan ingatanku. Lama dia menunggu jawabanku.
”Oh iya, maaf. Bagi Abi, kamu adalah istri yang terbaik. Abi selama ini sabar dan akan selalu berusaha bersikap sabar atas sikapmu, karena Abi ingin memuliakanmu selama di dunia. Sebab jika kita berhasil mati dalam keadaan Islam, di akhirat Abi akan mendapatkan hadiah bidadari, itu artinya Abi akan memadumu meski kamu tetap jadi istriku yang utama dan menjadi ratu dari bidadariku. Maka dari itu selama masih di dunia, Abi ingin membuatmu merasa sempurna dengan semua cintaku. Dan, Abi tidak akan menduakanmu dengan menikahi wanita lain.” Mendengar penjelasanku, Ummi tertunduk. Pelan kudengar dia terisak, setelah itu dia menghambur ke arahku. Dia berlutut dihadapanku sambil mencium tanganku. Tangisnya meledak,
”Maafkan aku, Bi….. maafkan aku.” pintanya dalam isakan.
Tanpa terasa air matakupun meleleh. Aku hanya bisa mengangguk sambil membelai rambutnya yang halus.
”Aku ingin kamu jadi bidadariku, selamanya………”

TW ( edit istilah )

Jumat, Maret 19, 2010

Sudah Kukatakan.............


sudah pernah kukatakan
hatiku tak seputih pualam
sudah pernah kukatakan
aku tak seindah bayangan
sudah kukatakan
kau akan bosan....
dan sudah pernah kukatakan
bukan aku yang menjebakmu
dalam bias pesonaku
dan bukan aku yang telah mengikatmu
dalam tali kekangku
biarkan kukatakan sekali lagi
bukan aku yang memberi jawaban
bukan pula kau yang akan memberi jawaban
tapi sang waktu, duhai pujaan!!

Masya Allah, Doamu Tak Putus Untukku



Kusemat bening doamu
untuk mengiringi langkah
menemukan Tuhanku yang "hilang"
untuk mendapatkan kembali Tuhanku
yang telah lama menunggu taubatku

terima kasihku,
kuhaturkan hanya pada Rabbku
karena DIAlah yang akhirnya
menggerakan indah sebentuk hatimu
untuk mengaminkan doa untukku
agar sebentuk hatiku yang 'menghitam'
lambat laun menjadi merah...putih...
lalu kembali bening...

Semoga Alloh menjagaku
dalam setiap helaan nafasku
memberikan rahmat-Nya kepadaku
sebanyak bilangan dalam pengetahuan-Nya

dan senantiasa para Malaikat memegangi aku dikala aku hendak terjatuh
dan Para Wali Alloh senantiasa mengamini doa2ku
dan biarkan aku kumpulkan rasa rindu
untuk bertemu kembali dengan Rosulullah
untuk mengharap teduh kasihnya
untuk mengharap sentuh lembutnya
untuk mengharap syafaatnya. AMIN.

terim kasih, telah mendoa untukku
semoga Rabbku Ridho
atas kebaikan doamu untukku
dan pastilah malaikat yang ganti
mendoa untukmu.

terima kasih.

Kamis, Maret 18, 2010

Hanya Bisa Menangis



Hari-hari ini kita mengetahui betapa Palestina sangat berduka. Masjid suci Al-Aqsha dihinakan. Sinagog didirikan di atas tanah kompleks masjid itu. Rumah-rumah muslim diratakan dengan tanah sebelum dibangun permukiman Yahudi di sana. Kehormatan umat dirampas, dan kemuliaan kaum muslimin dinistakan.
_______________
Dulu, Tujuh orang itu sesenggukan menangis. Mereka hanya bisa menatap satu persatu mujahid Islam yang pergi meninggalkan Madinah. Kepergian mulia yang tak bisa dipastikan kedatangannya kembali ke kota nabi ini. Tapi itulah yang menjadi keinginan semua orang, termasuk tujuh orang yang kini bercucuran air mata.

Ibnu Katsir di dalam tafsirnya mencatat nama-nama mereka: Salim bin Umair, Harami bin Amr, Abdurrahman bin Ka'ab, Salman bin Shakhr, Abdurrahman bin Yazid, Amr bin Anamah, Abdullah bin Amr Al-Muzni. Mereka sebenarnya juga memiliki niat dan kesungguhan yang sama dengan para sahabat lainnya; ber-jihad fi sabilillah. Berangkat ke Tabuk untuk meraih syahadah, atau kembali dengan kemenangan dan izzah.

Namun Tabuk bukanlah tempat yang dekat. Dibutuhkan lima belas hari perjalanan dengan kuda. Karenanya Rasulullah jauh-jauh hari telah men-"taklimat"-kan agar para sahabat siap. Siap secara fisik dan mental, siap secara finansial. Salah satu bentuk persiapan finansial itu adalah kendaraan perang; kuda. Satu kuda untuk dua orang. Itulah masalahnya.

Sampai sesaat menjelang berangkat, Rasulullah tidak juga mendapatkan kuda tambahan untuk membawa mereka. Kesedihan pun mendera mereka. Memenuhi semua relung hati dan mewujud dalam tangis dan air mata. Tangisan mereka bukan karena jatuh gengsi, tetapi karena kehilangan peluang berjihad di jalan-Nya. Tangis ini semakin menjadi, ketika mereka tahu bahwa peristiwa ini diabadikan oleh Allah SWT:

وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا مَا يُنْفِقُونَ

dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu." lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan. (QS. At-Taubah : 92)

Hari-hari ini kita mengetahui betapa Palestina sangat berduka. Masjid suci Al-Aqsha dihinakan. Sinagog didirikan di atas tanah kompleks masjid itu. Rumah-rumah muslim diratakan dengan tanah sebelum dibangun permukiman Yahudi di sana. Kehormatan umat dirampas, dan kemuliaan kaum muslimin dinistakan.

Bukankah kita juga patut menangis karena kita tidak bisa menyambut seruan perjuangan Islam ini? Bukankah kita 'wajib' menangis karena kita "tidak mendapatkan kendaraan" padahal serangan bertubi-tubi itu telah ,mengakibatkan banyak jatuh korban?

Tangis itu bukan berarti untuk dipersaksikan kepada khalayak yang tidak mengerti maknanya dan tidak membawa dampak apa-apa. Cukuplah tangis itu dalam kesendirian kita, disertai kekhusyukan doa-doa kita. Biarlah tangis-tangis muslim hanya didengar Allah, namun kekhusyukan dalam tangis dan doa itulah yang akan menggetarkan Arsy-Nya. Lalu terbukalah jalan perjuangan atau datang pembelaan-Nya dengan cara yang tidak pernah kita duga. Namun jika tidak satu pun air mata yang jatuh atau membasahi pelupuknya, jangan-jangan hati ini telah mengeras dan membatu.

Kamis, Maret 11, 2010

Salam Malam Istriku......Jaga Jundi Kita



istriku,
Setelah lelah kau seharian mengurus “Tentara Muhammad” tentu kau lelah
Moga saat ini kau sedang tertidur nyenyak beristirahat lepas lelah

Istriku
Sebentar lagi kita bersama
Istriku aku sudah menunggumu pulang
Seperti yang kau inginkan
Bahkan kau sudah membayangkan
Aku dan Jaisy main di depan dan kau masak di belakang. He…
Kau bahkan sudah membayangkan kita jalan-jalan bertiga naik motor bertiga. Shopping atau bahkan sholat bertiga,

Istriku, cintamu pada anak kita begitu besar
Sampai kau tidak rela anak kita kubilang bau waktu belum mandi

istriku,
namun ada yang mengganggu pikiranku
kau juga pasti tahu
iya benar “dana bulanan”
karena kita pasti butuh itu
istriku moga kita dapat rezeki ya buat semua itu

istriku,
kau biasanya doanya mustajab
barangkali doamu yang dikabulkan
berdoalah agar kita dapat rezeki yang barakah

istriku,
aku kangen ama anakku
aku pingin gendong
pingin aku ajak jalan-jalan lagi

lucu ya anak kita
pipinya montok
nggemesin
apalagi kalau lagi dongeng seneng rasanya


istriku,
aku membayangkan jika kau kesini betapa repotnya dirimu
kau harus melayani suami dan mengurus anak
mencuci baju, memasak, mencuci piring, mengurus anak
belum lagi belanja
repotnya jadi istri sekaligus ibu ya

kau minta bagi tugas ya bagi shift
nanti mi kita atur
moga aja aku ngga keluar malasnya
moga aja aku dapat membantumu
dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga

istriku
sudah jam setengah 12 malem
aku belum tidur
rada laper sebetulnya sih nanti ah makannya

"kau membuatku merasakan jatuh cinta
Indahnya dicintai saat kau jadi milikku
Ku takkan lepaskan dirimu oh cintaku
Teruslah kau bersemi di dalam lubuk hatiku"

Istriku,
Malam semakin larut
Merambat naik mungkin kau sedang lelap lelapnya tidur
jika aku di sisimu akan kucium keningmu sebagai tanda sayangku
kutatap wajahmu kubelai rambutmu
ingin kutunjukkan betapa sayangku padamu

istriku,
aku ingin kita duduk berdua bersama
menikmati indahnya malam dengan gemerlapan bintang di langit
menikmati ciptaan Ilahi yang sangat indah
kau bersandar pundakku
di bawah bulan purnama
alangkah indahnya istriku

istriku,
tolong jaga baik2 anakku di sana
aku titipkan padamu
jangan pernah dimarahi
kasihan
aku sayang padanya
dia calon generasi penerusku

istriku aku menyayangimu

dan kau anakku,
aku sayang kamu
jadilah anak baik
yang nurut ama ibumu
jangan bikin susah kasihan beliau
capek mengurus dirimu seharian

gimana perkembangan belajarnya anakku?
Aku senang kalau lihat kau sedang belajar
Belajar merangkak
Kau mirip seperti ibumu
Pantang menyerah
Kau belum bisa
Namun kau pantang menyerah berusaha maju merangkak
Aku bangga padamu
Kudengar katanya kau kemarin keceklik?
Kasihan kau anakku
Belajar tengkurap pantang menyerah
Sampai kau keceklik lehernya
Aku kasihan dengernya
Tapi akhirnya kau bisa juga di usiamu yang ke 7 bulan
Begitulah anakku
Laki-laki harus pantang menyerah

Anakku,
Aku mengharapkan kau kelak lebih baik dari aku
Aku ingin kau hafal Al-Qur'an cita-cita ayahmu yang belum kesampaian
Aku ingin kita dapat berkumpul lagi kelak di akhirat

Anakku
Aku ingin kau jadi anak yang berbakti
Dan pandai membahagiakan hati orang tua
Terutama pada ibumu
Dia wanita mulia anakku
Tidak salah aku memilihnya

Anakku doakan aku agar
Aku dapat wisuda tahun ini
Kau bangga bukan punya seorang ayah S2

Anakku aku sayang kamu
Sudah malam
Sudah jam 12 lebih 3 menit
Aku mau makan laper

Selamat tidur istriku dan anakku
Aku menyayangi kalian
Kalianlah hartaku yang paling berharga


Jundiku, Berperanglah! dengan itu engkau hidup


aku tidak bisa memberi apa apa
hanyalah bunyi genderang perang pertarungan
kabar dari ayahmu





saat ini aku berada di persimpangan jalan
apakah aku harus memilih
berjalan di atas kebenaran
ataukah kedamaian
ternyata aku memiiih kebenaran
biarpun kebenaran itu penuh darah dan nanah
apalah arti kedamaian
kalau hanya menjadi budak

tidak anakku
kau tidak boleh menjadi budak di negeri sendiri
mereka sengaja memberikan mimpi tentang kedamaian
sementara kebenaran tetah di robek robek
jiwa dan raga kitta telah tercabik cabik
terbuang dalam lautan debu yang sangat hitam
anakku
biarpun aku rindu
rindu untuk memelukmu
rindu untuk membelaimu
rindu untuk menumpahkan kasih sayang
namun aku relakan kerinduan ini untuk tetap berjuang
apabila ditengah padang
terdengar suara genderang
disanalah ayahmu mengangkat pedang
anakku
apabila aku harus mati nanti
dengarlah kata kataku ini
kebenaran Tidak akan pernah terwujud
kecuali dengan pertarungan

Surat Untuk Anakku...............



“Jundi pulanglah, Abuya sangat merindukanmu, Abuya ingin melihat wajah gagahmu pulas tertidur di pangkuan Abuya, Abuya rindukan rengekanmu minta digendong jika Abuya ingin keluar. ingin lagi Abuya melihatmu.
Anakku Jundi…. lihat halamn rumah kita nak!, ada ayam-ayam kecil mencarimu. Kini ada taman2 hijau yang sejuk mencarimu. Menunggu senyum manismu agar mereka tak lagi sedih.
“Apa kabar anakku, prajurit kecilku yang kurindukan?”, “Abuya berharap surat ini bisa sampai ke hatimu, Abuya berharap kamu bisa dengar suara hati ini. Jundi kecilku Abuya ingin menggandeng tanganmu dan kamu memeluk lehar Abuya.
Pulanglah nak datanglah dipangkuan Abuya …..

Aku ingin tenang...


aku ingin hidup yang tenang,
tidak ada prasangka macam macam..
tidak ada beban pikiran yang mengganggu..

menjalani kehidupan yang damai..
dengan orang yang aku cintai...
dan mencintai aku..

masih bisakah aku mendapatkan ketenangan..
masih bisakah aku mendapatkan kedamaian..
disaat semuanya tak jelas..
dimana semuanya hanya fatamorgana...

refleksi keinginanku
untuk bisa hidup tenang..

dan menemukan kebahagiaan....

Rabu, Maret 03, 2010

Dalam Lelah Kumenanti Kasih Mu


Astagfirullah....Maafkan Aku Tuhan

Tuhan, Aku lelah. Terkadang aku menjadi begitu lelah, terutama dalam menata hati. Ada banyak bagian yang begitu susah kumengerti, ntah bagaimana Tuhan menjadikannya hingga begitu rumit untuk kupahami.

Bukan hanya perasaan cinta yang harus kutahan agar tak menggebu, atau perasaan sedih yang harus ku urai agar tak menyepi aku dalam lubang hitam pekat tak bermassa. Banyak hal yang masih tak kumengerti tentang rasa, tentang emosi, dan tentang jiwa. Waktu dua puluh tahun belum cukup bagiku memetakan sifat-sifat dasar manusia.

Lelah, aku begitu lelah. Ingin berbaring sejenak untuk melepas penat, namun rasanya akan sangat sulit. Berbaring hibernasi puluhan abad pun tetap tak akan mampu mengangkat rasa letih ini. Rasa yang begitu membuatku menghela nafas panjang. Aku capek!

Tuhan, aku lelah. Aku merasa Engkau mengerti, namun mengapa terus menunda mencabut akar jiwa ini? Tugas apalagi yang belum tuntas?

Aku bukan nabi-Mu, aku juga bukan rasul-Mu, dan aku bukan pula iblis-Mu yang kau tugaskan menggoda manusia. Tak ada tugasku untuk menggiring manusia kepada kehendak-Mu, dan engkau juga tak pula menjadikan aku iblis agar menyesatkan manusia. Jika memang demikian, mengapa terlalu lama engkau memberi aku tempat di dunia?

Apa statusku? Tuhan, sungguh aku kelelahan.

Engkau tahu kan, kadang sikapku seperti malaikat. Namun tak jarang aku menunjukkan wajah iblis dan setan-setan yang Kau kutuk itu. Aku berikan efek dualisme kepada manusia agar mereka mengerti, apapun wajahku adalah tetap aku. Agar mereka mengerti bahwa pemilik segala kegelapan dan cahaya terang benderang adalah Engkau. Agar mereka mengerti, butuh cahaya untuk berjalan dalam jalan gelap menuju-Mu.

Tuhan, aku merasa Engkau terlalu banyak diam terutama terhadapku. Marahkah Engkau? Tidak inginkah Engkau menjadikan aku seperti dahulu, kita saling tertawa saling curhat-curhatan.

Aku curhat tentang masalahku dan Engkau tentang tugas-Mu. Kau selalu membimbingku selaku layaknya guru, hingga hidup pun terdiam tak memiliki ruang untuk cemburu. Aku menyebut nama-Mu seribu kali dan Engkau pun bernyanyi dengan namaku sejuta kali. Sungguh indah, namun itu dulu.

Aku tak mengerti, sejak kapan Engkau mulai diam terhadapku.

Tuhan, sumpah aku teramat lelah.

Berbicaralah, jangan terus diam. Berikan aku petunjuk atau hatiku telah terlalu hitam hingga suara-Mu yang keras mengguntur sama sekali tak kudengarkan?! Atau sudah terlalu tulikah aku?

Tak Engkau gubris air mataku yang terus mengucur dimalam-malamku? Namun terhadap manusia aku tetap tertawa, tersenyum seolah tak ada yang terluka. Padahal sejatinya aku sedang sekarat dan jiwaku yang kehausan amat begitu letih. Menunggu mati.

Tuhan, Engkau tahu apa yang paling kutakutkan? Jika aku bertemu dengan-Mu tanpa perasaan cinta. Aku takut jika aku bertemu dengan-Mu kelak yang ada hanyalah perasaan takut. Sungguh jangan seperti itu. Berikan aku rasa cinta kepada-Mu lebih luas dari dunia dan segala isinya. Agar tak letih aku menunggu kapan Engkau cabut akar jiwa ini.

Tuhan, aku ingin mencium-Mu untuk yang kesekian kali. Sungguh rindu ini memuncak, memberi rasa letih dan harapan cemas, kapan kita akan saling bercinta.

Tuhan, aku menunggu… dalam letih.

Tuhan, jangan terlalu lama. Sungguh aku teramat lelah.
(baiquni)

Sabtu, Februari 20, 2010

Karena Kita Tak Boleh Berpisah


Dalam perjalan bahtera rumah tangga itu...

akan selalu ada
pelangi dan mendung
di langit hati kita,........

Disinilah
kita laki-laki
suami.....
harus menempatkan akal
di atas perasaan kita....

Jika perasaan yang mendominasi jiwa kita
maka jika mendung itu datang
yang akan terjadi adalah hujan....
hujan air mata....

Inilah mengapa
banyak perceraian terjadi
karena ego yang merupakan bagian perasaan itu
mendominasi jiwamu....
dan akalmu pun tertutup

Jika istrimu marah
dengarlah.....
demi Alloh dengarlah.....

jangan coba-coba
dirimu ikut marah
bahkan lebih marah dari dia......

karena saat itu
istrimu ingin menumpahkan
semua isi jiwanya
dan ia ingin engkau dengar.......
iya...
dengar

seperti ketika Umar bin Khattab
di marahi istrinya
ia hanya diam
mendengarkan
padahal saat itu
Umarlah satu-satunya
Manusia yang setan pun takut padanya
karena ketegasan sikapnya.

Tapi ia hanya diam
diam
menyimak semua keluh kesah istrinya....

"Karena ia telah melahirkan anakku, menjaganya, mendidiknya.....maka marahnya itu, tak sebesar pengorbanan yang ia lakukan untuk keluargaku..."!!

Itulah jawaban
Umar
yang menyetak
kesadaran kita sebagai suami
bahwa menghargai Istri
dengan mendengarnya
adalah kebaikan........

Pada Umar kita belajar
mengendalikan ego kita......

Karena pada celah itu
Setan akan masuk lewat pembuluh darah kita
mengendalikan perasaan kita.....

dan ujung semua itu
masalah itu menjadi rumit
jika perasaan mu itu mengendalikan jiwamu
maka ucapan
kata "Cerai" dari mulutmu
bisa saja terucapkan
dan jatuhlah Talak itu.....
maka bertepuk tanganlah para setan disana...

karena secara syariat
engkau sudah tak sah lagi
sebagai suami
untuk dirinya....

semuanya karena akal tertutup
oleh perasaan kita
oleh ego kita.......

sahabat
di ujung catatan ini
ketahuilah jiwamu
jiwamu laki-laki
di dominasi akal

jangan biarkan perasaan mu
dikendalikan oleh Iblis dan bala tentaranya....

Karena Kita tak boleh berpisah.....
tak boleh bercerai........

Kubiarkan kau pergi


Aku tak akan memaksamu untuk selalu mencintaiku
Aku tak akan memintamu untuk memberikan apapun untukku
Aku tak akan memintamu untuk mencintaiku sepenuh hati
Aku tak akan memohonmu untuk tetap disisiku selamanya
Mungkin aku akan membiarkanmu pergi
Mungkin aku akan membiarkanmu untuk mencintai yang lain
Tapi bukan berarti aku tak mencintaimu
Aku hanya tak ingin menggenggammu terlalu erat

Karena jika itu terjadi
Aku tahu
Perlahan kamu akan meninggalkanku
Aku terlalu mencintaimu
Hingga aku tak dapat melakukan apapun
Jika kau ingin meninggalkanku
kubiarkan kau pergi tapi Aku tetap mencintaimu
Dan itu takkan berubah sampai kapanpun

Ini apa namanya ?


Entah apa yang sebenarnya ku rasa
Saat kau tak ada aku merasa kehilanganmu
Tapi ............
Saat aku melihatmu, aku merasa membencimu

Ingin sekali ku rengkuh dirimu
Jika ku ingat masa yang pernah kita lalui
Tapi tak jarang juga ku tak ingin bertemu denganmu
Jika ku ingat pengkhianatanmu

Hati ini terlalu sakit tuk memaafkanmu
Tapi terlalu sayang untuk membencimu
biar saja waktu berlalu
Membawa kenangan tentangmu

Jumat, Februari 19, 2010

Pergilah Sahabat


aku biarkan seorang sahabat pergi
mungkin pergi tanpa kembali
kini hilang tempat bercerita
untuk semua kisah cinta

berharap dia akan bertahan
tidak berpikir tentang kepergian
tapi tak ada daya untuk melarang
hanya bisa melepasnya pulang

Pergilah sahabat
engkau akan tetap lekat
meski terhalang sekat
untuk kita beradu nikmat

pergilah sahabatku....Kutunggu datangmu



Rabu, Februari 17, 2010

Rinaldi Suhbatii.......



Sahabat..Kau hadir mengisi hari ku
Slalu setia hadir bila aku membutuhkanmu, baik dikala suka maupun dikala duka
Seberat apapun jalan yang harus kita tempuh..seberat apapun rintangan yang harus kita hadapi, kau tetap tak bergeming untuk slalu menemaniku, bahkan dengan segala kebaikan dan kenurukanku, Kau habiskan waktumu untuk bersama ku, kau jalani hari-harimu disampingku dan sampai kapanpun mungkin kau akan selalu begitu

Sahabat..meskipun aku tahu terkadang kehidupanmu sendiri sudah cukup melelahkan, meskipun aku tahu terkadang masalahmu sendiri cukup pelik, namun itu gak menyurutkan langkah mu untuk selalu membantuku bila aku kesusahan dan tetap menjadi sahabatku.
Kau laksana pelita bagiku
Yang selalu menerangi jalanku yang berliku
Kau yang mengajariku tentang arti sebuah persahabatan yang sejati
Kau yang membuatku lebih mengerti tentang kehidupan ini.
Kau sadarkan aku dan kau membuka mata hatiku bahwa pasti ada jalan keluar disetiap persoalan hidupku

Sahabat..Sikapmu yang lembut, tutur katamu yang santun itu semakin membuatku tambah menyayangimu.
Semua kebaikanmu seperti membawaku ke alam mimpi yang indah dan rasanya aku gak mau terjaga dari tidurku.
Begitu indah memiliki sahabat sepertimu

Sahabat..dan akhirnya aku hanya bisa mengucapkan beribu-ribu terimakasih.
Terimakasih sudah mau menjadi sahabatku..Terimakasih sudah mau menemaniku..Terimakasih atas saran-sarannya selama ini..Terimakasih untuk semua yang telah kamu berikan untuk aku dan Terimakasih atas semua pengorbanan yang telah kamu lakukan selama ini.

Sahabat..aku hanya minta satu hal pada mu, Tetaplah menjadi sahabat sejatiku sampai kapanpun, bahkan sampai ajal yang memisahkan raga kita..

Renaldi, Nama sahabat itu. Setialah selamanya................

Cintamu Tak Pernah Terucap


Ku tak sangsikan cinta. ia tulus. tak pernah usang. tak pernah berdebu. tercipta sejak dulu. ku tak sangsikan rindu. ku telah menempatkanmu di balik hati yang biru.

kuterjemahkan saja isyarat cintamu. yang belum sempat terucap. mungkin batal karena malu.

kunilai saja bahasa tubuhmu. yang tiap lekuknya adalah simbol rasa. tentang cinta yang terkemas rapi. dan belum sempat kau persembahkan untukku.

curahkan semua rasamu. akan ku tumpahkan semua rindu. agar tidak hanya aku. tapi dunia juga tahu. kau mencintaiku. tapi cinta tetap tak terucap. hari ini kita bertemu dan hari-hari setelah ini. dimanakah kau…???

biarlah, biar saja kata cinta tak terucap. bahasa tubuhmu dan perbuatanmu adalah saksi cintamu.

itu cukup bagiku............

Minggu, Februari 14, 2010

Karena Kita Melangkah Bersama


Ku lihat ketenangan dan kedamaian pada wajahmu yang ramah,
ku rasakan kesejukan pada tatapmu yang teduh penuh kelembutan,
ku dengar irama terindah saat engkau berucap tuk sampaikan kata-katamu,
ku nikmati itu semua,
karena aku ada bersamamu,
karena kita melangkah bersama…
**


Ku lihat langkah-langkah yang engkau ayunkan semakin tegap,
tunjukkan kepercayaan dirimu yang kokoh!
semoga langkah-langkah itu bukan langkah terakhirmu,
semoga langkah-langkah itu adalah langkahmu yang pertama untuk meniti setiap rute perjalanan yang akan engkau tempuh,

ku lihat engkau semakin bersemangat,
ku nikmati itu semua,
karena aku ada bersamamu,
karena kita melangkah bersama…


“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

(Al Quran Surat At Taubah: 71)
http://engkaudanaku.wordpress.com

Suka Duka Bersahabat


Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan
mempunyai nilai yang indah. Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya…

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan
diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah. Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia beriinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis. Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.


Jumat, Februari 12, 2010

Ya Rasulullah, Rindunya aku padamu ...


Aku tak pernah mengenalmu ya Rasul, aku belum pernah bertemu denganmu. Namun
rasa rindu yang kupunya jauh melebihi rasa rinduku pada orang – orang
tercintaku.

Aku hanya mengenalmu melalui tulisan, kisah hidupmu dan apa yang di ceritakan
ALLAH melalui Firman Nya. Namun entah mengapa, rasanya sosokmu begitu kukenal
dengan baik. Aku mencintaimu ya Rasulullah, aku merindukanmu...

Andai aku bisa hidup di jamanmu, bahagianya aku wahai kekasih ALLAH

Terbayang betapa bahagianya bisa menatap wajahmu, mendengar suaramu dan selalu
mendapat bimbinganmu, ahhhh .... siapalah aku ini ....

Seperti punguk merindukan bulan, mendambakan sesuatu yang begitu besar,
sementara aku tak pantas mendapatkan itu ...

Ya Rasulullah ...
Berkali – kali kupanggil namamu, berkali – kali ku lantunkan shalawat dan salam
untukmu ..
Aku rindu padamu, sangat - sangat rindu ...

Ketika ku lihat kaumku di lecehkan karna pakaian dan sikapnya sendiri, aku
teringat padamu ya Rasul, saat kau menceritakan pada Fatimah putrimu tentang
apa yang kau lihat di neraka sana, bagaimana perempuan – perempuan yang tak
pandai menjaga aurat dan kehormatan dirinya mendapat siksa perih yang membuatmu
menangis mengingatnya. Bila kau saja menangis, lalu mengapa kami tak peduli ?
Mengapa kami mengabaikan saja rasa takutmu akan siksa yang akan menimpa kami
yang tak pandai menjaga amanah ALLAH ini ?

Jika engkau ada disini, kau pasti akan senantiasa mengingatkan kami akan hal
itu. Dengan kelemah lembutanmu, dengan kesabaranmu itu ....

Bagaimana mungkin kami bisa menganggap remeh tutur katamu ?
Bagaimana mungkin kami bisa tak peduli pada neraka ?
Sementara engkau tak sadarkan diri saat mengingat apa yang kau lihat di sana
...

Aku rindu padamu ya Rasul,
Hampir tak bisa ku tahan lagi rasa rindu ini,
Diantara tiang – tiang kokoh masjidmu yang agung, tak putus – putus air mataku
tertumpah. Menangis penuh rindu padamu.

Ya Rasul,
Pilu hatiku bila melihat bagaimana saudara – saudara Muslim ku mulai saling
bertikai satu sama lain, menganggap dirinya paling benar dan menyalahkan
saudaranya yang lain.. Padahal kau berpesan bahwa sesama muslim kami bagai satu
tubuh, yang bila salah satu bagian tubuh itu di lukai, bagian tubuh yang lain
ikut merasakan sakitnya. Bila kami saling bertikai bagaimana mungkin kami mampu
saling merasakan sakitnya ?

Andai saja engkau ada disini, aku yakin kau pasti akan mendamaikan kami dengan
bijak dan penuh kasih. Membuat kami saling menyadari kesalahan masing – masing
dan tak segan tuk saling memaafkan. Mengajak kami untuk kembali meluruskan
barisan, merapatkan shaff yang mulai terserak tak terurus. Engkau pasti membuat
kami kembali saling mencintai, bahkan melebihi saudara sedarah.

Di luar sana, banyak saudara – saudara seimanku yang kelaparan, kedinginan dan
bodoh. Bagaimana mungkin kami bisa tak peduli sementara kami ikut berkontribusi
pada keadaan itu ? Kami sering tak peduli tetangga kami masih ada yang tak
mampu, jangankan untuk sekolah, bahkan makanpun mereka sering tak bisa. Pakaian
seadanya dan rumah yang beratapkan langit. Kemana mata hati ini berlari ya
Rasul, saat diri ini tak peduli pada penderitaan sesama kami. Padahal pesanmu
pada kami yang mampu ini untuk senantiasa memelihara mereka yang yatim, papa
dan fakir. Kami hanya bisa mencaci, mengutuk dan marah saat akhirnya mereka
terpaksa melakukan hal tak terpuji karna keadaan yang memaksa.

Seandainya engkau ada disini, engkau pasti ada bersama mereka. Seperti doamu
yang selalu senantiasa ingin berada diantara mereka yang fakir, menguatkan
mereka, menyuapi mereka, merawat mereka yang sakit dan memberi minum mereka
yang dahaga. Dengan penuh cinta, kau pasti akan memeluk mereka yang kedinginan.
Engkau pasti ada untuk mereka yang yatim, papa dan fakir.

Di masjidmu yang suci, aku tersedu sedan menahan tangis. Perih rasa hati
menahan rindu ini...
Lantunan salam dan shalawatku terus memenuhi rongga jiwa. Aku hanya bisa
terisak di depan pusaramu dengan hati penuh luka melihat semua yang terjadi di
depan mata. Salamku terlantun penuh rasa perih, merasakan duka kehilangan
dirimu. Musibah terbesar yang harus di tanggung umatmu ini. Setelah
kepergianmu, satu persatu musibah datang silih berganti tiada henti menimpa
kami.

Ya ALLAH, di Raudhah aku memohon padaMu,
semoga Kau berkenan mendengarku yang dhaif ini,
Ampuni kami ya ALLAH, ampuni kami semua ...
Jangan biarkan kami terdzalimi dan saling mendzalimi, jangan biarkan permusuhan
menghancurkan kami yang saling bersaudara ...
Kuatkan kami ya ALLAH, kuatkan kami di jalanMu
Kuatkan kaki para Mujahid tuk berjuang menegakan agamaMu ya ALLAH
Jauhkan kami kaum muda dari fitnah dunia yang menyesatkan,
Yang hanya melengahkan dan melenakan kami dari mengingatMu
Membuat kami jauh dari sikap hidup Islami yang Kau tuntun dalam firmanMu
Jangan biarkan kami saling menghujat ya ALLAH
Jangan biarkan kami di lecehkan dan di rendahkan ...

Ya Rasulullah,
Salam serta shalawat terlantun untukmu,
Semoga ALLAH senantiasa melimpahkan kemuliaan untukmu wahai kekasih ALLAH
Kekasih semua makhlukNya yang kami rindukan ...
Sampaikan rindu ini padanya ya ALLAH, rindu kami pada rasulMu
Rindu tak terperi bila mengingat bagaimana cintanya beliau pada kami
Kami ingin membalas cintanya ya ALLAH dengan lantunan salam dan shalawat
untuknya
Menjalankan perintahMu seperti yang telah beliau contohkan ...

Kuatkan kami ya ALLAH
Kuatkan kami

Ya Rasulullah ...
Semoga kelak kami pantas menerima syafa’atmu
Dan pantas berdiri di belakangmu
Saat waktu itu tiba ...



Kepada Istri dan Anakku Yang Kusayang



Istriku sayang.. Kutitipkan amanah kepadamu.
Semoga engkau dapat melaksanakannya dengan baik dan penuh keikhlasan

Istriku..
Didiklah anak kita dengan kasih sayang.
Didiklah dia agar dapat mengenal Allah dengan baik.
Didik dia berakhlaq seperti Rasulullah. Akhlaq Nur Karimah.
Didiklah dia mengenal agamanya sebaik mungkin
Didiklah dia agar menjadi orang yang Istiqomah

Istriku. Jikalau anak kita besar nanti.
Ku Ingin dia tetap menjalankan apa yang telah kita ajarkan sejak kecil.
Ku ingin ia berguna bagi agamanya, bangsanya dan keluarganya.

Wahai Istriku dan Anak-anakku yang kusayangi.
Sembahlah Allah. Jangan kalian remehkan Dia.
Bersyukurlah di atas segala nikmatNya
Bersabarlah dalam menghadapi cobaan.
Waspadalah terhadap bujuk rayu syaithan.
Hindarilah segala macam fitnah dunia.
Berbuat baiklah kepada ibu bapak
Berbuat baik dengan tetangga.
Beramal shaleh, berinfaq dan bersadaqohlah.


Istriku...
Jikalau suatu hari nanti kita semua memenuhi panggilanNya
Kuingin kita kembali dalam keadaan penuh dengan keridhoanNya.
Kuingin kita ikhlas menuju RahmatNya.

Semoga Allah menyatukan kita semua didalam kebahagiaan..
Di dunia dan Akhirat. Amin

Cintaku Karena Allah, Aku Tak Peduli Bencimu


engkau tetap sahabatku, meski kau benci dan memusuhuki, kutelah berjanji mencintaimu karena Tuhanku, hanya Tuhanlah yang bisa menghalangiku. sedang kau...maaf, tak bisa menghalangiku.

Tahukah kau sobat???
Bahwa segala luka yang menyobek hatimu
Dapat juga ku rasakan dan menusuk jiwaku
Bahwa darah yang menetes dari luka itu
Seiring air mata yang mengalir di pipiku

Sadarkah kau sobat???
Bahwa kepedihan yang selalu tampak di wajahmu
Adalah mmpi terburuk yang membebaniku
Bahwa sikap dinginmu untukku
Adalah pedang yang terus menghujam dadaku

Dulu secercah tawamu yang indah
Selalu menggelitik jiwaku untuk tersenyum
Tapi kini semua tlah berubah
Dan bukan lagi kebahagiaan
yang mamapu kau berikan padaku

Karena sahabat...
kau cemari ikatan kita
Kau dengan mudah melepas jemariku
Padahal kau melihat aku
Rapuh tanpa kau di sampingku

Aku ingin kau jadi sahabat seumur hidupku
Tapi sebuah sungutan yg selalu ku dapat
Bila ku salah...
Sebuah nasehat yang selalu membimbingku bila ku marah
Takkan pernah jadi milikku
Kemana aku harus mencari semua???

Kau meninggalkan ku dengan alasan yang mengada-ada
Kau menarik dirimu
Di saat aku masih bertahan menyelamatkan semua
Kini apa yang bisa ku raih lagi???
Hanya tatapan dingin
juga Kebungkaman

Kenapa aku yang kau sakiti???
Kenapa kita bisa mengenal???
Dan kenapa aku terlalu percaya padamu???

Jawaban itu takkan pernah ada sahabat
Yang ada hanyalah kerianganmu terbebas dariku
Dan kesakitanku yang sangat menyiksa

Terus ku bertanya padamu
Apakah ada kata sahabat di hidupmu??
seperti apa sahabat yang sempurna untukmu???
Dan kenapa kau mau tinggalkan aku??

Tapi kau takkan mau menjawab
Cuma penggalan kalimat
yang bisa kau utarakan
"Aku tak mau membahasnya"

Sudahlah sobat
sekarang cuma beribu maaf untukmu dariku
Maaf bila ku yang bersalah
Hingga persahabatan ini berakhir
Maaaf bila terus mengusik
kehidupanmu sekarang yang begitu indah
MAAF SEKALI LAGI MAAF...
Bila samapai kapanpun
ku takkan pernah bisa menghapus
Semua bayanganmu dan kenanganmu

Meski kau telah pergi dan takkan kembali
Meski kauingin menuntaskaku
Dan menghapus aku dari hidupmu
Dan meski kau hanya sahabat yang membawa luka bagiku

Bagiku...
Kau selalu jadi sahabatku
Selalu dalam hidupku
Karena kau adalah sahabat
Yang memiliki arti
Dari dulu sampai sekarang
dan karena Allah aku mencitaimu
maka, cukup bagiku pahala dariNya.

Rabu, Februari 10, 2010

friends, do not leave me again



Alhamdulillah…Oh Allah..Hambamu ini kembali bermuhasabah diri..menghitung diri yang terlalu banyak melakukan kesalahan dan kelalaian…dalam bersaudara, .. betapa sedikitnya aku melakukan kebaikan pada saudaraku...kuatkan aku ya Allah.

Detik ini, fitrah hatiku merindui sahabatku, ia dulu seakan pergi, meski tetap ada disekitarku. Tuhan, Engkau lebih mengenalinya dari diriku…Namun aku bersyukur karena Engkau meminjamkan aku walaupun sekejap cuma…aku merinduinya. ya...gelak tawanya, tangisannya..bimbingannya..Ya Allah, aku pohon padaMU…Tempatkanlah dirinya didalam RahmatMU..ketika waktu yang Engkau janjikan..temukan kami bersama Rasulullah saw disurgaMU..

Hari ini, ia kembali bersamaku...jangan lepaskan ia lagi dariku, bahkan sekedar untuk merinduinya.

sahabat, sudahlah... jangan pergi lagi dariku.

Aku Sahabat bagi Diriku


Aku kehilangan sahabatku hari ini
Ia begitu lain dari biasanya
Ah, entah apa yang mengubahnya
Aku hanya rindu ia yang dulu..

Tapi sudahlah..
engkau adalah engkau
dan aku...
Aku menemukan sahabat sejati
Dia tempatku mencurahkan isi hati
Dia tempatku bertukar pikiran
Dia tempatku bercermin

Aku....
Menemukan sahabat baru

Dia....
adalah diriku sendiri

Sahabatku, mengapa kau begitu ?


Kau sahabatku. sebulan sudah tak bertemu. Tapi kenapa aku kecewa? Tahukah kau, aku mencarimu di tengah malam, berharap bisa kutemukan kembali seseorang yang aku sebut sahabatku bertahun-tahun yang lalu. Aku mencarimu, dan berharap sahabatku itu masih ada, di sana, seperti dulu. Dan aku rasa kau juga berharap aku masih sahabatmu yang dulu saat kau menerimaku.

Di tengah sepi ku, aku ingin tertawa bersamamu, seperti yang biasa kita lakukan dulu, aku ingin terhibur oleh keberadaanmu, seperti kau dulu selalu membuatku tersenyum. Maka inilah aku, mengetuk pintu rumahmu, dengan senyum selebar mungkin dan tawa setulus mungkin, bahagia karena kau mau membuka pintumu dan menerima aku lagi.

Dan di sanalah kamu, di balik pintu, membukakan pintu tapi tidak membiarkan aku masuk. Senyum dan tawaku yang kulemparkan untukmu, kau hempaskan mereka ke tanah. Canda ku, kau tepis mereka jauh jauh. Katamu aku berubah. Katamu, aku tidak menganggapmu serius. Kau pikir candaku mencemoohmu, kau pikir tawaku karena mentertawakanmu.

Kau bilang “kamu berubah”, lalu menutup pintu di depan mukaku. Kau membiarkanku berdiri semalaman di pintumu, bingung, akan sikapmu yang tidak bersahabat, padahal kupikir kau sahabatku. Semalaman aku di sana, di pintu luarmu, berdiri sendiri, meminta maaf padamu, akan salah yang tidak ku mengerti. Aku minta maaf, jika ternyata kau pikir aku mencemoohmu, mentertawakanmu.

Percayalah, aku hanya ingin tertawa malam itu bersamamu. Bukan mentertawakanmu.

Beberapa hari kemudian, kau bersikap seolah tak ada apa-apa. Seolah tidak terjadi apa-apa. Seolah-olah aku tidak pernah datang ke rumahmu, menunggumu untuk membukakan pintumu untukku. Dan ketika aku kembali minta maaf, kau bilang kau hanya bercanda.

Kau bercanda, membuatku menunggu semalaman, menunggu agar diterima permintaan maafku atas salah yang aku tidak tahu. Sampai pagi aku masih sedih, berpikir betapa aku begitu berubah bagimu hingga tak kau bukakan lagi pintumu untukku. Dan parahnya, siang dan malam aku kecewa, bukan padamu, tapi pada diriku sendiri, ternyata sahabatku tidak menerimaku lagi, tidak menerima aku yang sudah berubah. Apa aku berubah sebegitu buruknya?

Kau bilang kau bercanda, dan kau minta maaf karenanya.

Huff. Tahukah kau, candamu itu sama sekali tidak lucu. Kau sahabatku, dank au tidak tau beratnya hariku kemarin, dank arena itu aku datang mencarimu, kemudian “canda” mu itu malah membuat hariku semakin terpuruk.

Aku sudah bilang, tawaku bukan mentertawakanmu, tapi aku tertawa agar kau tertawa bersamaku.
Mengapa tidak kau katakan baik-baik jika saatnya tidak tepat? Mengapa tidak kau utarakan dengan kata-kata jika tawaku mengganggumu? Mengapa tidak kau bicarakan apa salahku yang mengganggumu sehingga kau ber”canda” seperti itu? Mengapa kau menutupkan ku pintu, dan bukannya berbicara padaku?

Jika saja kau tidak begitu berprasangka, bahwa aku tidak serius, mentertawakanmu, mencemoohmu, mungkin aku tidak perlu sampai kecewa pada diriku sendiri. Jika saja kau tidak begitu berprasangka dan mau berhenti sejenak untuk bertanya “ada apa?” saat melihat perubahanku, mungkin kau akan tahu mengapa aku berubah. Mungkin saja kau akan tahu bahwa aku sedang sepi dan ingin kau menghiburku, tertawa denganku, hingga mungkin malam itu bisa kita habiskan bercanda tawa bersama, tanpa menggoreskan luka di hati masing-masing.

Sahabatku, waktu tlah membuat kita berubah, benar. Tapi orang seperti apa yang meninggalkan sahabatnya ketika bertemu kembali setelah sekian lama terpisahkan dan ia justru menolak orang yang dulu disebutnya sahabat,karena ia berubah tidak seperti yang diharapkan. Dan tanpa bertanya apa yang terjadi, tanpa mencoba mengejar waktu yang hilang di antara mereka, orang itu justru memalingkan muka dari sahabatnya. Tidak pernahkah terpikir olehnya jika sahabatnya itu telah mengalami banyak luka selama waktu yang hilang itu, dan kini ia kembali pada sahabat tersayangnya dengan harapan sahabatnya itu dapat membantu menyembuhkan lukanya?

Sahabatku, katakan bagaimana perasaanmu jika kau ada di posisiku ?

Ruang Tamu


Tinggalkan Pesan Terbaikmu

Puncak Selera Jiwa

Pojok Hikmah

mimpi dapat diperpanjang. tidak peduli berapa usia kita atau apa kondisi kita, karena masih ada kemungkinan belum tersentuh di dalam diri kita dan keindahan baru menunggu untuk dilahirkan. Karena Bermimpilah ! untuk esok yang indah