Daftar Isi
-
▼
2010
(38)
-
▼
Februari
(14)
- Karena Kita Tak Boleh Berpisah
- Kubiarkan kau pergi
- Ini apa namanya ?
- Pergilah Sahabat
- Rinaldi Suhbatii.......
- Cintamu Tak Pernah Terucap
- Karena Kita Melangkah Bersama
- Suka Duka Bersahabat
- Ya Rasulullah, Rindunya aku padamu ...
- Kepada Istri dan Anakku Yang Kusayang
- Cintaku Karena Allah, Aku Tak Peduli Bencimu
- friends, do not leave me again
- Aku Sahabat bagi Diriku
- Sahabatku, mengapa kau begitu ?
-
▼
Februari
(14)
Kategori
Jumat, Februari 12, 2010
Ya Rasulullah, Rindunya aku padamu ...
Aku tak pernah mengenalmu ya Rasul, aku belum pernah bertemu denganmu. Namun
rasa rindu yang kupunya jauh melebihi rasa rinduku pada orang – orang
tercintaku.
Aku hanya mengenalmu melalui tulisan, kisah hidupmu dan apa yang di ceritakan
ALLAH melalui Firman Nya. Namun entah mengapa, rasanya sosokmu begitu kukenal
dengan baik. Aku mencintaimu ya Rasulullah, aku merindukanmu...
Andai aku bisa hidup di jamanmu, bahagianya aku wahai kekasih ALLAH
Terbayang betapa bahagianya bisa menatap wajahmu, mendengar suaramu dan selalu
mendapat bimbinganmu, ahhhh .... siapalah aku ini ....
Seperti punguk merindukan bulan, mendambakan sesuatu yang begitu besar,
sementara aku tak pantas mendapatkan itu ...
Ya Rasulullah ...
Berkali – kali kupanggil namamu, berkali – kali ku lantunkan shalawat dan salam
untukmu ..
Aku rindu padamu, sangat - sangat rindu ...
Ketika ku lihat kaumku di lecehkan karna pakaian dan sikapnya sendiri, aku
teringat padamu ya Rasul, saat kau menceritakan pada Fatimah putrimu tentang
apa yang kau lihat di neraka sana, bagaimana perempuan – perempuan yang tak
pandai menjaga aurat dan kehormatan dirinya mendapat siksa perih yang membuatmu
menangis mengingatnya. Bila kau saja menangis, lalu mengapa kami tak peduli ?
Mengapa kami mengabaikan saja rasa takutmu akan siksa yang akan menimpa kami
yang tak pandai menjaga amanah ALLAH ini ?
Jika engkau ada disini, kau pasti akan senantiasa mengingatkan kami akan hal
itu. Dengan kelemah lembutanmu, dengan kesabaranmu itu ....
Bagaimana mungkin kami bisa menganggap remeh tutur katamu ?
Bagaimana mungkin kami bisa tak peduli pada neraka ?
Sementara engkau tak sadarkan diri saat mengingat apa yang kau lihat di sana
...
Aku rindu padamu ya Rasul,
Hampir tak bisa ku tahan lagi rasa rindu ini,
Diantara tiang – tiang kokoh masjidmu yang agung, tak putus – putus air mataku
tertumpah. Menangis penuh rindu padamu.
Ya Rasul,
Pilu hatiku bila melihat bagaimana saudara – saudara Muslim ku mulai saling
bertikai satu sama lain, menganggap dirinya paling benar dan menyalahkan
saudaranya yang lain.. Padahal kau berpesan bahwa sesama muslim kami bagai satu
tubuh, yang bila salah satu bagian tubuh itu di lukai, bagian tubuh yang lain
ikut merasakan sakitnya. Bila kami saling bertikai bagaimana mungkin kami mampu
saling merasakan sakitnya ?
Andai saja engkau ada disini, aku yakin kau pasti akan mendamaikan kami dengan
bijak dan penuh kasih. Membuat kami saling menyadari kesalahan masing – masing
dan tak segan tuk saling memaafkan. Mengajak kami untuk kembali meluruskan
barisan, merapatkan shaff yang mulai terserak tak terurus. Engkau pasti membuat
kami kembali saling mencintai, bahkan melebihi saudara sedarah.
Di luar sana, banyak saudara – saudara seimanku yang kelaparan, kedinginan dan
bodoh. Bagaimana mungkin kami bisa tak peduli sementara kami ikut berkontribusi
pada keadaan itu ? Kami sering tak peduli tetangga kami masih ada yang tak
mampu, jangankan untuk sekolah, bahkan makanpun mereka sering tak bisa. Pakaian
seadanya dan rumah yang beratapkan langit. Kemana mata hati ini berlari ya
Rasul, saat diri ini tak peduli pada penderitaan sesama kami. Padahal pesanmu
pada kami yang mampu ini untuk senantiasa memelihara mereka yang yatim, papa
dan fakir. Kami hanya bisa mencaci, mengutuk dan marah saat akhirnya mereka
terpaksa melakukan hal tak terpuji karna keadaan yang memaksa.
Seandainya engkau ada disini, engkau pasti ada bersama mereka. Seperti doamu
yang selalu senantiasa ingin berada diantara mereka yang fakir, menguatkan
mereka, menyuapi mereka, merawat mereka yang sakit dan memberi minum mereka
yang dahaga. Dengan penuh cinta, kau pasti akan memeluk mereka yang kedinginan.
Engkau pasti ada untuk mereka yang yatim, papa dan fakir.
Di masjidmu yang suci, aku tersedu sedan menahan tangis. Perih rasa hati
menahan rindu ini...
Lantunan salam dan shalawatku terus memenuhi rongga jiwa. Aku hanya bisa
terisak di depan pusaramu dengan hati penuh luka melihat semua yang terjadi di
depan mata. Salamku terlantun penuh rasa perih, merasakan duka kehilangan
dirimu. Musibah terbesar yang harus di tanggung umatmu ini. Setelah
kepergianmu, satu persatu musibah datang silih berganti tiada henti menimpa
kami.
Ya ALLAH, di Raudhah aku memohon padaMu,
semoga Kau berkenan mendengarku yang dhaif ini,
Ampuni kami ya ALLAH, ampuni kami semua ...
Jangan biarkan kami terdzalimi dan saling mendzalimi, jangan biarkan permusuhan
menghancurkan kami yang saling bersaudara ...
Kuatkan kami ya ALLAH, kuatkan kami di jalanMu
Kuatkan kaki para Mujahid tuk berjuang menegakan agamaMu ya ALLAH
Jauhkan kami kaum muda dari fitnah dunia yang menyesatkan,
Yang hanya melengahkan dan melenakan kami dari mengingatMu
Membuat kami jauh dari sikap hidup Islami yang Kau tuntun dalam firmanMu
Jangan biarkan kami saling menghujat ya ALLAH
Jangan biarkan kami di lecehkan dan di rendahkan ...
Ya Rasulullah,
Salam serta shalawat terlantun untukmu,
Semoga ALLAH senantiasa melimpahkan kemuliaan untukmu wahai kekasih ALLAH
Kekasih semua makhlukNya yang kami rindukan ...
Sampaikan rindu ini padanya ya ALLAH, rindu kami pada rasulMu
Rindu tak terperi bila mengingat bagaimana cintanya beliau pada kami
Kami ingin membalas cintanya ya ALLAH dengan lantunan salam dan shalawat
untuknya
Menjalankan perintahMu seperti yang telah beliau contohkan ...
Kuatkan kami ya ALLAH
Kuatkan kami
Ya Rasulullah ...
Semoga kelak kami pantas menerima syafa’atmu
Dan pantas berdiri di belakangmu
Saat waktu itu tiba ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ruang Tamu
Puncak Selera Jiwa
Pojok Hikmah
mimpi dapat diperpanjang. tidak peduli berapa usia kita atau apa kondisi kita, karena masih ada kemungkinan belum tersentuh di dalam diri kita dan keindahan baru menunggu untuk dilahirkan. Karena Bermimpilah ! untuk esok yang indah
0 komentar:
Posting Komentar