Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Kategori

Artikel (4) Dakwah (7) Motivasi (3) Muhasabah (11) Munajah (7) Prosa (5) Puisi (18) Tarbiyah (2)

Sabtu, Maret 14, 2009

Karena Cinta, Aku Marah


masih tersimpan endapan rasa yang mengganjal di kalbu, ketika suara hati terdengar lirih di keheningan malam tak berbintang ingin rasanya kuteriak dengan sora yang memecah gelombang samudera, biar langit tahu akan kekesalan yang meresap di atma, biar gunung yakin bahwa badai akan selalu datang berkunjung setiap saat serta menghancurkan eloknya pepohonan

jangan tanya kenapa udara tak bisa terlihat ?
jangan tanya kenapa awan putih berganti hitam?
jangan tanya kenapa air mata berasa asin?
jangan tanya kenapa darah itu merah?
jangan tanya kenapa marah?
jangan tanya kenapa!!

kau ingat ketika mata tertutup derunya debu yang beterbangan, sgalanya menjadi kelabu diantara lelahnya bayangan kesesakan yang terasa berat dipelupuk, hingga tak terasa butiran-butiran air mata mengalir diantara alur-alur wajah menggenangi keindahan semu yang selama ini menipu kalbu, andai darah itu putih mungkin kedamaian akan selalu melambai dengan kelembutan salju, namun sayang darah rupa nya merah hingga dekat detak marah selalu memompa setiap saat

ku telah lelah..
ku merasakan letih..
ku terhempas pilu yang medalam..
kuingin bersandar walau hanya pada satu tiang..
uuuuuugggggggghhhhhhhhh.....

Anak-anakku ...
kupinta maaf

...........mmmmm, Lucu..........
kutulis ini karena masih terbayang, malam itu aku marah..hanya karena kalian telat datang halaqah, hanya 30 menit memang, hingga aku melemah karena kecewa menanti. tapi itu DISIPLIN penting ikhwah!
Maafku memarahimu
Bahkan Iqab yang kalian pinta tak kupeduli
aku hanya ingin samapikan bahwa, Marahku Karena Cintaku
andai kalian paham !!!

Akhi..... Kau Misteri


Akhy… kau sedang apa?
Bercanda dengan pena dan untaian kata-kata
Tak banyak bicara tak banyak berucap
Kau hanya diam, sambil bermain dengan deretan huruf dan kata
Kadang tertawa, kadang tersenyum, kadang hanya meringis
Tapi aku tak pernah melihatmu cemberut
Kenapa kau tak dapat kutebak?

Akhy… dimana kau belajar?
Untaian kata dan barisan bait-bait rasa kau padukan dalam figura
Kau melukiskannya hingga dapat terasa benar maknanya
Masuk melewati pori-pori dan bersarang di hati yang menikmatinya
Pesan-pesanmu itu, ungkapan-ungkapan itu
Kadang membuat senyum mengembang, tak urung membuat hati tergugah

Dimana kau belajar?
Tentang baris-baris kehidupan yang tak banyak orang tahu
Tentang bait-bait rasa yang tak banyak orang paham
Dimana kau cari gurunya?

Akhy…
Aku tak tahu bagaimana hendak melukismu
Kau begitu diam, sediam lautan
Tapi apa kau juga akan bisa ganas seperti ombak
bila kiranya hatimu tertusuk duri?
Tidak… pasti tidak
Karena kau jadikan ikhlas sebagai tameng dalam kehidupan

Akhy…
Bolehkah kupanggil kau misteri?
Karena kau memang misteri
Tak dapat kutarik arti dari namamu
Tak dapat kubaca arti dari tiap sikapmu
Tak dapat kumengerti arti dari tiap lakumu
Yang kupaham kau sedang mengembara
Mencari jalan pulang dan teman setia
benarkan demikian, ataukah aku salah?

Aku tak tahu bagaimana rupamu
Maka itu tak dapat kulukiskan siluetmu
Aku hanya pernah mendengar suaramu, itupun hanya dibalik
musik cantik yang kau racik dibalik tabir malam
yang kau kata kau balut dengan suara karena keisengan
Kusangka kau lembut, penuh canda dan selalu membuat tertawa
Tapi tak tahulah… aku hanya menebak,
Karena aku tak tahu bagiamana kau sebenar

Yah… Khalik sang pemegang kehidupan memang pandai mencipta
Dia telah mencipta makhluk misteri sepertimu

Ya akhy…
Senang berkenalan denganmu, senang berteman denganmu
Kudoakan bidadarimu secantik bidadari surga
Senyumnya lebih bercahanya dibanding rembulan,
Sorot matanya lebih meneduhkan dibanding malam,
Suaranya semerdu alunan dzikir yang tak henti menemanimu
Keteguhannya lebih dari kerasnya batu karang
Cintanya lebih dari cinta pada dunia
Jihadnya… ada dalam bimbinganmu

Semoga tak terlalu berlebihan
Semoga tak terlalu berlebihan

Ijinkan ku basuh hatimu yang lelah


Doa bertalu dari lubuk hati
Menyebut sang pencipta roh
Meminta sedikit cahaya yang telah redup
Menjaga hati tuk tak tertutup

Roh tlah berjalan melambai
Mengagumi indahnya mata itu
Binarnya telah memasuki hati
Yang tak sengaja mengetuk rasa

Baru kusadari itu cinta
Tlah memasuki kepingan jiwa
Gunung es telah merasuki nurani
Apakah dia sultan yang ku cari?

Memang ku tak lihai membaca hati
Selalu berlari menjadi seorang pemimpi kecil
Ijinkan sekali lagi ku basuh hatimu yang lelah
Untuk berlari menunju cahaya bintang

Dia yang tak bisa kusebut namanya

Dia yang tak bisa kusebut namanya.....
Bila kutatap matanya teduh rasanya hati ini
Bila kulihat wajahnya tak kuat rasanya
Karana cahayanya mengalahkan rembulan dimalam hari

Dia yang tak bisa kusebut namanya.......
Bila kudekat dengannya ia harum bak kesturi
dan senyumnya hangat sehangat sinar mentari
Suaranya bagai burung mouray kecil
yang langka yang tak bosan untuk didengar

andai kubisa bersamamu selalu
pasti hati ini akan seperti taman bunga yang indah
tapi bila tidak pasti akan seperti gurun sahara
yang gersang dan hanya ada satu oase yang selalu menjadi harapan
para pengembala………

Sahabatku Pergi.....

Pagi ceria...
berlari pagi ada pilihan hidupku awal hari itu..
berlari dari perpisahan
perpisahan 2 sahabat.
mereka pergi. meninggalkanku sepi
tanpa pesan memang...
tapi kuyakin untuk sebuah tujuan mulia

sebuah syair menghibur jiwa yang tak ingin kehilangan :

keindahan dan kekuatan itu milikmu, dan tak kumiliki
mungkin hanya ketulusan yang ingin kupunya, namun mungkin belum juga kujelang
cinta ini kupendam dalam danau persahabatan
rindu ini tenggelam dalam laut cintamu
aku terdampar di pulau penantian, berpantai ketakutan
ketakutan kehilangan dua orang sahabat
yang kukasihi, juga kucintai
aku tak ingin kehilangan keindahan, walau dalam angan'
"inilah cintaku, dalam bentangan benang waktu"

kesadaran menggelinjang
ada yang menggenang di sudut mata, air mata haru
sebuah balon hati meletus pecah, dalam dadaku
membuat sesak dadaku terpenuhi udara rindu

sahabatku jangan pergi!
kekasih hatiku jangan lari!
apa daya, teriakanku tak berarti, seperti tak berartinya diriku

akupun memendam kerinduan yang dalam, untukmu
kita sama-sama menyimpan cinta dalam indah jalinan suka duka
namun kita sama-sama menanggalkan jauh di kalbu
akupun dirasuki ketakutan tak mampu mencapai tempat berpijakmu
musim penantian telah tiba
sementara musim pertemuan rasanya jauh di ujung senja
meski kutau mungkin hanya 3 hari

mungkinkah,
kau menungguku di ujung cakrawala jingga, dan
aku akan menjadi mentari yang menciumnya saat senja
mungkin hanya mimpi...


Senin, Maret 02, 2009

Kucoba Menghibur ; Menanti Pertemuan dengan Kekasih

Apa kabar istriku? Hope u well and do take care... Allah selalu bersama kita.

Istriku...
kusetia menunggu...hmm... menunggu.. kata orang, ini membosankan. Benarkah?!... ya, hanya sedikit orang yang menganggapnya sebagai hal yang 'istimewa'. Dan bagiku, menunggu adalah hal istimewa. Karena banyak manfaat yang bisa dikerjakan dan yang diperoleh dari menunggu. Membaca, menulis, diskusi ringan, atau hal lain yang bermanfaat.

Ternyata, Menunggu bisa juga dimanfaatkan untuk mengagungkan-Nya, melihat fenomena kehidupan di sekitar tempat menunggu, atau sekadar merenungi kembali hal yang telah terlewati. Banyak hal yang dapat kulakukan saat menunggu. Percayalah, tak selamanya sendiri itu perih. “Bujang lokal” itu nikmat, jenderal!
____________________

Bahwa di masa penantian, kita sebenarnya bisa lebih produktif. Mumpung waktu kita masih banyak luang. Belum tersita dengan kehidupan rumah tangga. Jadi waktu kita untuk mencerahkan ummat lebih banyak. Karena permasalahan ummat saat ini pun makin banyak.

Karenanya wahai bidadari dunia...
Maklumilah bila sampai saat ini kita belum juga bersatu. Bukan ku tak ingin, bukan ku tak mau, bukan ku menunda. Namun seperti seorang ustadz pernah mengatakan bahwa hidup untuk orang lain adalah sebuah kemuliaan. Memberi di saat kita sedang sangat kesusahan adalah pemberian terbaik. Bahwa kita belumlah hidup jika kita hanya hidup untuk diri sendiri.

Istriku...
Di mana pun engkau sekarang, janganlah gundah, janganlah gelisah. Telah kudengar resahmu dan aku mengerti. Betapa merindunya dirimu akan hadirnya diriku di dalam hari-harimu.

Percayalah padaku aku pun rindu akan hadirmu. Kita akan bersatu, tapi mungkin belum detik ini. Jalan ini masih panjang. Banyak hal yang menghadang. Hatiku pun melagu dalam nada angan. Seolah sedetik tiada tersisakan. Resah hati tak mampu kuhindarkan. Tentang sekelebat bayang, tentang sepenggal masa depan. Karang asaku tiada 'kan terkikis dari panjang jalan perjuangan hanya karena sebuah kegelisahan. Lebih baik mempersiapkan diri sebelum mengambil keputusan. Keputusan besar untuk datang kepadamu.
Istriku...
Berhentilah menangis, jangan bersedih, hapus keraguan di dalam hatimu. Percayalah padaNYA, Yang Maha Pemberi Cinta, bahwa ini hanya likuan hidup yang pasti berakhir. Yakinlah saat itu pasti 'kan tiba.

Tak usah kau risau karena makin memudarnya kecantikanmu. Karena kecantikan hati dan iman yang dicari. Tak usah kau resah karena makin hilangnya aura keindahan luarmu. Karena aura keimananlah yang utama. Itulah auramu yang memancarkan cahaya syurga. Merasuk dan menembus relung jiwa.

Wahai perhiasan terindah...
Hidupmu jangan kau pertaruhkan. Hanya karena kau lelah menunggu. Apalagi hanya demi sebuah pertemuan. Karena pertemuan tak dibangun dalam sesaat, tapi ia bisa hancur dalam sedetik. Seperti Kota Iraq yang dibangun berpuluh tahun, tapi bisa hancur dalam waktu sekian hari.

Jangan pernah merasa, hidup ini tak adil. Kita tak akan pernah bisa mendapatkan semua yang kita inginkan dalam hidup. Pasrahkan inginmu sedalam kalbu pada tahajjud malammu. Bariskan harapmu sepenuh rindumu pada istikharah di shalat malammu. Pulanglah padaNYA, ke dalam pelukanNYA. Jika memang kau tak sempat bertemu diriku, sungguh itu karena dirimu begitu mulia, begitu suci. Dan kau terpilih menjadi ainul mardhiyah di jannahNYA.

Istriku...
Skenario Allah adalah skenario terbaik. Dan itu pula yang telah Ia skenariokan untuk kita. Karena Ia sedang mempersiapkan kita untuk lebih matang merenda hari esok seperti yang kita harapkan nantinya. Untuk membangun kembali peradaban ideal seperti cita kita.

Istriku...
Ku tahu kau merinduiku, bersabarlah saat indah 'kan menjelang jua. Saat kita akan disatukan dalam rumah yamg indah.
Apa kabarkah kau disana? Lelahkah kau menunggu pertemuan, masih bisa bertahankah kau disana, tetap bertahanlah kau disana. Kita sebentar lagi bertemu, sambutlah dengan senyum manismu.

Istriku...
Malam ini terasa panjang dengan air mata yang mengalir. Hatiku terasa kelu dengan derita yang mendera, kutahan derita malam ini sambil menghitung bintang. Cinta membuat hati terasa terpotong-potong. Jika di sana ada bintang yang menghilang, mataku berpendar mencari bintang yang datang. Bila memang kau pilihkan aku tunggu sampai aku datang.

Lanjut’’’’
Ku awali hariku dengan tasbih, tahmid dan shalawat. Dan mendo'akanmu agar kau selalu sehat, bahagia, dan mendapat yang terbaik dari-Nya. Aku tak pernah berharap kau 'kan merindukan keberadaanku yang menyedihkan ini. Hanya dengan rasa rinduku padamu, kupertahankan hidup. Maka hanya dengan mengikuti jejak-jejak hatimu, ada arti kutelusuri hidup ini. Mungkin kau tak pernah sadar betapa mudahnya kau 'tuk dikagumi. Akulah orang yang 'kan selalu mengagumi, mengawasimu, menjagamu dan mencintaimu.

Istriku...
Saat ini ku hanya bisa mengagumimu, hanya bisa merindukanmu. Dan tetaplah berharap, terus berharap. Berharap aku 'kan segera datang. Jangan pernah berhenti berharap. Karena harapan-harapanlah yang membuat kita tetap hidup.

Istriku, jangan pernah berhenti memilikiku dan mencintaiku hingga ujung waktu. Tunjukkan padaku kau 'kan selalu mencintaiku. Hanya engkau yang aku harap. Telah lama kuharap hadirmu di sini. Meski sulit harus kudapatkan. Jika tidak kudapat di dunia, 'kan kukejar sang ainul mardhiyah yang menanti di syurga.

Ku akui cintaku tak hanya hinggap di satu tempat, aku takut mungkin diriku terlalu liar bagimu. Namun sejujurnya, semua itu hanyalah persinggahan egoku, pelarian perasaanku dan sikapmu telah meluluhkan jiwaku. Waktu pun terus berlalu dan aku kian mengerti apa yang akan ku hadapi dan apa yang harus kucari dalam hidup.

Kurangkai sebuah tulisan sederhana ini untuk dirimu yang selalu bijaksana. Aku goreskan syair sederhana ini, untuk dirimu yang selalu mempesona. Memahamiku dan mencintaiku apa adanya. Semoga Allah kekalkan nikmat ini bagiku. Semoga...

_______________________
Ya Allah... ringankanlah, kerinduan yang mendera. Kupanjatkan sepotong doa setiap waktu, karena keinginan yang menyeruak di dalam diriku.
Ya Allah... ampuni segala kesilafan hamba yang hina ini ringankan langkah kami. Beri kami kekuatan dan kemampuan tuk melengkapkan setengah dien ini, mengikuti sunnah RasulMu jangan biarkan hati-hati kami terus berkelana tak perpenghujung yang hanya sia-sia dengan waktu dan kesempatan yang telah Engkau berikan.

Penuh Cinta Selalu Untuk Selamanya, Fillah...



Ruang Tamu


Tinggalkan Pesan Terbaikmu

Puncak Selera Jiwa

Pojok Hikmah

mimpi dapat diperpanjang. tidak peduli berapa usia kita atau apa kondisi kita, karena masih ada kemungkinan belum tersentuh di dalam diri kita dan keindahan baru menunggu untuk dilahirkan. Karena Bermimpilah ! untuk esok yang indah