Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Kategori

Artikel (4) Dakwah (7) Motivasi (3) Muhasabah (11) Munajah (7) Prosa (5) Puisi (18) Tarbiyah (2)

Minggu, Maret 21, 2010

Aku Tahu Kau Hanya Cemburu




Aku sadar
Saat Amarahmu terbakar kala ku sulut
Dengan lantunkan indah kisah lalu
Ku berkeras untuk menuturkannya
Dan menyingkirkan perasaanmu

Aku sadar
Saat kau salahkan diriku
Atas perihmu dengan segala keegoisanku
Yang tak pernah peduli
Hanya ada satu namaku dihatimu

Aku sadar
Saat kau sangkakan aku dengan tebakanmu
Ku tau kau tak benar-benar menduga
Karena kau tau kaulah labuhan hatiku
Dan kaulah tempatku kembali

Aku sadar
Kau hanya cemburu,..Ku coba mengerti,..
You just want to tell me how much You Love Me…


Sabtu, Maret 20, 2010

Berdiamnya Bibir Bukan Berarti Benci


Diam....Bibirku terdiam
tapi bukan berarti aku marah..
Aku memang terlihat diam...
Dan hanya bisa menatapmu dari Jauh
Karena hanya itu Yang bisa dilakukan
Sejenak ku terdiam
Apa yang ku pikirkan?!
ah....Masih jauh di ujung Sana
BiarLah ku tetap begini
Dengan ku terdiam
Mungkin akan menetramkan hatimu juga hatiku
semoga kau mengerti
diam kita merenung...
suatu saat suara itu akan ada.....

Selalu Ada Cinta Untukmu


Perjalanan cinta memang sungguh indah namun tetap saja selalu ada lika-liku serta kerikil tajam dan juga kebekuan yang terus saja mencoba untuk mengganggu. Sulit bila dibuat menjadi sulit. Mudah bila memang kekuatan cinta itu dijadikan sebagai inti dan sumber utama.

Kehidupan dunia nyata sekarang ini sungguh sangat berat. Politik, ekonomi, hukum, sosial, semuanya sudah sangat tak menentu. Kepastian sangat sulit untuk dipastikan. Kini pun sangat tidak bisa menjadi pasti. Biarpun mimpi, angan, dan cita-cita tidak pernah bisa dihentikan, namun semuanya menjadi seperti duri yang terus saja menancap di dalam hati dan pikiran. Membelenggu diri dengan menjadi tidak tahu.

Kekasih tercinta yang sangat saya cintai sedang menangis. Air matanya mengalir karena kesedihan atas semua yang terjadi dan atas semua yang harus dihadapi. Gemas dan juga geram karena tak kuasa untuk melakukan. Menunggu kepastian adalah harapan terbesarnya. Mewujudkan segala mimpi, angan, dan cita-cita adalah hidupnya.

“Sedang apa, cinta?”
“Saya sedang dalam perjalanan. Bagaimana denganmu, sayang?”
“Saya sedang menanti mereka yang telah berjanji. Sedih karena mereka tak juga datang.”
“Janganlah bersedih, sayang. Kita sama-sama usahakan yang terbaik.”
“Mata saya hampir meneteskan air mata.”
“Saya cinta kamu. Cinta saya selalu untukmu. Semua yang terbaik untuk cinta kita, ya.”
“Air mata saya benar-benar menetes.”
“Sabar, ya, sayang. Selalu ada sejuta ciuman untukmu.”

Pilu rasanya hati ini merasakan segala rasa yang ada di dalam dirinya. Kesedihannya adalah kesedihan saya juga. Kegundahannya adalah kegundahan saya juga. Segala rasa yang ada di dalam dirinya adalah segala rasa yang ada di dalam diri saya. Dalam diam di antara keramaian saya pun menangis. Tetesan air matanya adalah air mata saya juga. Tidak bisa untuk tidak. Tidak kuasa untuk memungkirinya.

Saya ingin sekali memeluknya dan mendekapnya dalam-dalam. Membiarkannya masuk ke dalam lubuk terdalam hati saya. Membiarkannya menangis di sana sampai tetesan air mata itu habis dengan sendirinya. Memberikan ketenangan dan kedamaian sehingga apa yang dia rasakan bisa kemudian berubah menjadi sebuah semangat yang baru. Saya ingin semua yang menjadi mimpi, angan, dan cita-citanya menjadi nyata. Sebuah kehidupan yang bisa memberikannya sejumlah kepastian. Saya sangat mencintai dia. Amat teramat sangat.

Segala daya dan upaya saya perjuangkan untuknya. Saya ingin selalu memberikan segala yang terbaik yang bisa saya lakukan untuk diberikan kepadanya semua. Semuanya untuk dia. Hanya untuk dia. Dia cinta saya. Saya cinta dia.

Menjadi pasangan cinta dalam perjalanan cinta sangatlah membutuhkan kesabaran dan juga pengertian. Emosi selalu saja ada. Senang ataupun susah. Suka ataupun duka. Tatkala semua itu terjadi, jadikanlah cinta sebagai sumber kekuatan. Cinta bisa memberikan segalanya. Cinta bisa menjadikan segalanya. Cinta jugalah yang mengalahkan segalanya. Kamu juga, kan, yang mengajarkannya kepada saya untuk selalu memenuhi diri dengan cinta agar cinta itu selalu ada?! Biarkan cinta menjadi semakin besar dan besar lagi sehingga semuanya menjadi terwujud.

Janganlah melemahkan rasa cinta di dalam diri hanya karena apa yang dikatakan sebagai kebutuhan nyata di dalam kehidupan. Berikanlah juga cinta selalu kepada diri sendiri. Yakinlah bahwa semua bisa diselesaikan dan digapai. Semua pasti bisa. Seperti juga yang pernah kamu ucapkan kepada saya, “Semua tergantung bagaimana cara berpikirnya saja. Rumit bisa menjadi rumit dan mudah bisa menjadi mudah“. Ingatkah itu, sayang?!

Sabar, ya, sayang. Kita berdua masih memiliki perjalanan cinta yang panjang. Saya ingin semuanya tidak menjadi sebuah perjalanan yang sia-sia tetapi menjadi sebuah perjalanan cinta yang tidak pernah terputus dan juga tidak memiliki tepi. Cinta kita untuk kita. Cinta kita juga untuk semua. Harapan adalah sebuah asa yang selalu ada. Masa depan kita adalah sebuah kepastian walaupun kini tidak bisa dikatakan pasti. Semua membutuhkan cinta kita. Demikian juga kita. Kita membutuhkan cinta semua. Cinta harus selalu ada, ya, sayang.

Perlahan-lahan kita akan terus berjalan bersama. Beriringan dan berdampingan kita menggapai semuanya. Menghadapi segala cobaan yang datang dengan segala cinta yang kita miliki. Dari cinta, oleh cinta, dan untuk cinta.

Ibu pertiwi kekasih tercinta. Sabar, ya, sayang. Berhentilah menangis. Saya sangat mencintaimu dan saya pun tahu dirimu sangat mencintai saya. Mari kita sama-sama terus bercinta sepanjang perjalanan cinta kita. Cinta kita adalah sepanjang masa yang ada di dalam ruang tanpa batas dan waktu.

Semoga cinta itu selalu ada.
Kompasiana

Belajar dari Kupu-Kupu


Kupu2 dalam sangkar
Kita bisa bertengkar saat tak sabar

Istriku…
Sebelum kamu membenciku
Maukah engkau membuka diri
Ungkapkan derai mata hati

Keluhmu
Resahmu

Iringi dengan kata
Gerak yang nyata
bantu aku saat belum tahu
Ingatkan aku atas kelalaianku

Kupu2, sangkar terbuka
Kita bisa tertawa disaat yang sama

Istriku
sebelum kamu mencintaiku
maukah kau rentangkan semua rasa
Kelompokkan tiap kata

Tiap gerak hati
Tiap aksi

Yang matamu menjadi saksi
yang telingamu menjadi saksi
Baikkah aku untukmu
Dengan ilmu Sang maha Tahu?

Kupu2 bersayap dua
Sabar dari Alloh, sabar hati bersua

Saatnya telah tiba
Untuk mempertemukan hati kita
Untuk itu
Maukah kamu berbagi denganku
Ilmu dan rasa hati
Yang kita miliki
Yang kita pelajari
Sampai akhir kita nanti

Kupu2 pasti terbang
Aku bisa mati dan kamupun berpeluang

Sekarang atau nanti
Aku pasti mati
Maata’buduuna mim ba’dii?!
Saat ini sampai nanti

Tinggalkan sangkar jauh
Sabar hati lawan keluh

Saat aku mati
Selalu ada alloh yang menemani
Saat aku mati
Tidak cuma suami yang menjadi jalan rizki

Sangkar hampa-kupu2 riang
Alloh maha kuasa memberi tenang

Dan hanya janji-nya yang pantas dipegang

-semoga Alloh memberkahi keluarga kita-



Penghormatan untuk Istriku



Lima menit berlalu, kami masih terdiam. Aku tahu pasti jika Ummi, istriku sedang marah. Dia memang tidak mengucapkan kata-kata dengan nada yang keras. Namun, dari intonasi dan gaya bicaranya yang tidak biasa, aku bisa memahami kalau hatinya sedang tidak berkenan dengan perbuatanku. Setahun lebih menikah telah membuatku paham dengan kebiasaannya. Ummi menghela nafas, tanda amarahnya telah berkurang. Kuberanikan diri untuk bicara,
”Sudah selesai, ummi?” tanyaku pelan. Dia menjawab dengan anggukan.
”Abi minta maaf, Abi tidak sengaja. Tadi malam Abi lembur mengerjakan tugas dari Kampus sehingga tadi sehabis shalat dluha Abi tertidur dan Biun ketika hujan sudah lebat, jadi tidak sempat menyelamatkan jemuran yang telah kamu cuci. Sekali lagi Abi minta maaf, biar nanti jemurannya Abi cuci kembali”. Mendengar penjelasanku amarah Ummi menjadi reda. Dia kemudian duduk mengambil posisi di hadapanku. Ini hari minggu, kami libur mengajar. Tadi setelah selesai mencuci pakaian, Ummi pergi belanja ke pasar.
Sejak menikah hingga saat ini, kami hidup dalam kesederhanaan. Rumah kami masih mengontrak, namun kami tetap bersyukur masih punya tempat untuk berteduh dari panas dan hujan. Kami memutuskan untuk menikah setelah lulus kuliah tanpa melalui proses pacaran. Persamaan kami adalah kami anti pacaran. Waktu itu kami belum mendapat pekerjaan, hanya kepercayaan atas rezeki dari Allah lah yang membuat kami berani untuk menikah. Alhamdulillah, saat ini kami telah menjadi guru meski cuma guru swasta; aku di SMP sedang dia di Madrasah Aliyah. Kami sepakat untuk selalu bersama dalam berjuang menggapai cita-cita dalam segala keadaan. Aku mencintainya dan dia pun mencintaiku.
”Bi, Ummi boleh tanya?” suaranya memecah keheningan yang kembali terjadi sesaat.
”Ada apa Mi?” sahutku.
”Kenapa sih Abi tidak pernah marah sama Ummi? Ummi sendiri merasa kalau selama ini Ummi belum bisa menjadi istri yang baik, sering membuat Abi kecewa, sering marah-marah; tapi kenapa Abi selalu sabar dengan sikap Ummi yang seperti ini?”. Mendengar pertanyaan Ummi, aku terdiam. Aku jadi teringat sebuah kisah yang terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khottob ra. Saat itu ada seorang sahabat yang hendak melaporkan kelakuan istrinya yang kasar terhadapnya kepada Khalifah Umar. Dia ingin mendapatkan saran dari beliau dalam menghadapi istrinya. Lalu pergilah sahabat tersebut menuju rumah (benar rumah, bukan istana) Khalifah Umar. Ketika sampai di depan rumah Khalifah Umar dia berhenti. Sahabat itu mendengar dari luar jika Khalifah Umar sedang dimarahi oleh istri beliau, sedangkan beliau hanya diam. Sahabat itu lalu berfikir, ”Kalau Khalifah Umar saja diam saat dimarahi istri beliau, apa yang bisa disarankan beliau untukku?”. Akhirnya dia berniat pulang dan tidak jadi meminta pendapat beliau. Selang beberapa langkah, dia dipanggil oleh Khalifah Umar,
”Wahai Fulan, engkau telah sampai di depan rumahku, mengapa engkau hendak kembali lagi?”. Mendengar pangilan Khalifah Umar, sahabat tersebut menghampiri beliau dan berkata,
”Maafkan wahai ’Amirul Mukminin, tadi aku hendak melaporkan kelakuan istriku yang kasar terhadapku. Tapi ternyata kulihat engkau diam saja ketika dimarahi istrimu, jadi kufikir apa saran yang bisa kudapat darimu?” jawab sahabat.
”Kenapa aku diam saja ketika istriku marah padaku, itu karena aku menghormatinya. Aku mengalah dan membiarkannya memarahiku karena dia telah banyak membantuku. Dia yang mengurus aku dan rumahku, mencucikan baju untukku, membuatkan roti untukku, memasak untukku, dan pekerjaan lain; sementara semua itu tidak pernah kuperintahkan padanya. Jadi sudah sepantasnya aku memuliakannya.”. jelas Khalifah Umar. Sahabat itu akhirnya mengerti dan kembali kepada istrinya dengan hati yang tenang.
”Bi, kok diam?” suara Ummi membuyarkan ingatanku. Lama dia menunggu jawabanku.
”Oh iya, maaf. Bagi Abi, kamu adalah istri yang terbaik. Abi selama ini sabar dan akan selalu berusaha bersikap sabar atas sikapmu, karena Abi ingin memuliakanmu selama di dunia. Sebab jika kita berhasil mati dalam keadaan Islam, di akhirat Abi akan mendapatkan hadiah bidadari, itu artinya Abi akan memadumu meski kamu tetap jadi istriku yang utama dan menjadi ratu dari bidadariku. Maka dari itu selama masih di dunia, Abi ingin membuatmu merasa sempurna dengan semua cintaku. Dan, Abi tidak akan menduakanmu dengan menikahi wanita lain.” Mendengar penjelasanku, Ummi tertunduk. Pelan kudengar dia terisak, setelah itu dia menghambur ke arahku. Dia berlutut dihadapanku sambil mencium tanganku. Tangisnya meledak,
”Maafkan aku, Bi….. maafkan aku.” pintanya dalam isakan.
Tanpa terasa air matakupun meleleh. Aku hanya bisa mengangguk sambil membelai rambutnya yang halus.
”Aku ingin kamu jadi bidadariku, selamanya………”

TW ( edit istilah )

Jumat, Maret 19, 2010

Sudah Kukatakan.............


sudah pernah kukatakan
hatiku tak seputih pualam
sudah pernah kukatakan
aku tak seindah bayangan
sudah kukatakan
kau akan bosan....
dan sudah pernah kukatakan
bukan aku yang menjebakmu
dalam bias pesonaku
dan bukan aku yang telah mengikatmu
dalam tali kekangku
biarkan kukatakan sekali lagi
bukan aku yang memberi jawaban
bukan pula kau yang akan memberi jawaban
tapi sang waktu, duhai pujaan!!

Masya Allah, Doamu Tak Putus Untukku



Kusemat bening doamu
untuk mengiringi langkah
menemukan Tuhanku yang "hilang"
untuk mendapatkan kembali Tuhanku
yang telah lama menunggu taubatku

terima kasihku,
kuhaturkan hanya pada Rabbku
karena DIAlah yang akhirnya
menggerakan indah sebentuk hatimu
untuk mengaminkan doa untukku
agar sebentuk hatiku yang 'menghitam'
lambat laun menjadi merah...putih...
lalu kembali bening...

Semoga Alloh menjagaku
dalam setiap helaan nafasku
memberikan rahmat-Nya kepadaku
sebanyak bilangan dalam pengetahuan-Nya

dan senantiasa para Malaikat memegangi aku dikala aku hendak terjatuh
dan Para Wali Alloh senantiasa mengamini doa2ku
dan biarkan aku kumpulkan rasa rindu
untuk bertemu kembali dengan Rosulullah
untuk mengharap teduh kasihnya
untuk mengharap sentuh lembutnya
untuk mengharap syafaatnya. AMIN.

terim kasih, telah mendoa untukku
semoga Rabbku Ridho
atas kebaikan doamu untukku
dan pastilah malaikat yang ganti
mendoa untukmu.

terima kasih.

Kamis, Maret 18, 2010

Hanya Bisa Menangis



Hari-hari ini kita mengetahui betapa Palestina sangat berduka. Masjid suci Al-Aqsha dihinakan. Sinagog didirikan di atas tanah kompleks masjid itu. Rumah-rumah muslim diratakan dengan tanah sebelum dibangun permukiman Yahudi di sana. Kehormatan umat dirampas, dan kemuliaan kaum muslimin dinistakan.
_______________
Dulu, Tujuh orang itu sesenggukan menangis. Mereka hanya bisa menatap satu persatu mujahid Islam yang pergi meninggalkan Madinah. Kepergian mulia yang tak bisa dipastikan kedatangannya kembali ke kota nabi ini. Tapi itulah yang menjadi keinginan semua orang, termasuk tujuh orang yang kini bercucuran air mata.

Ibnu Katsir di dalam tafsirnya mencatat nama-nama mereka: Salim bin Umair, Harami bin Amr, Abdurrahman bin Ka'ab, Salman bin Shakhr, Abdurrahman bin Yazid, Amr bin Anamah, Abdullah bin Amr Al-Muzni. Mereka sebenarnya juga memiliki niat dan kesungguhan yang sama dengan para sahabat lainnya; ber-jihad fi sabilillah. Berangkat ke Tabuk untuk meraih syahadah, atau kembali dengan kemenangan dan izzah.

Namun Tabuk bukanlah tempat yang dekat. Dibutuhkan lima belas hari perjalanan dengan kuda. Karenanya Rasulullah jauh-jauh hari telah men-"taklimat"-kan agar para sahabat siap. Siap secara fisik dan mental, siap secara finansial. Salah satu bentuk persiapan finansial itu adalah kendaraan perang; kuda. Satu kuda untuk dua orang. Itulah masalahnya.

Sampai sesaat menjelang berangkat, Rasulullah tidak juga mendapatkan kuda tambahan untuk membawa mereka. Kesedihan pun mendera mereka. Memenuhi semua relung hati dan mewujud dalam tangis dan air mata. Tangisan mereka bukan karena jatuh gengsi, tetapi karena kehilangan peluang berjihad di jalan-Nya. Tangis ini semakin menjadi, ketika mereka tahu bahwa peristiwa ini diabadikan oleh Allah SWT:

وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا مَا يُنْفِقُونَ

dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu." lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan. (QS. At-Taubah : 92)

Hari-hari ini kita mengetahui betapa Palestina sangat berduka. Masjid suci Al-Aqsha dihinakan. Sinagog didirikan di atas tanah kompleks masjid itu. Rumah-rumah muslim diratakan dengan tanah sebelum dibangun permukiman Yahudi di sana. Kehormatan umat dirampas, dan kemuliaan kaum muslimin dinistakan.

Bukankah kita juga patut menangis karena kita tidak bisa menyambut seruan perjuangan Islam ini? Bukankah kita 'wajib' menangis karena kita "tidak mendapatkan kendaraan" padahal serangan bertubi-tubi itu telah ,mengakibatkan banyak jatuh korban?

Tangis itu bukan berarti untuk dipersaksikan kepada khalayak yang tidak mengerti maknanya dan tidak membawa dampak apa-apa. Cukuplah tangis itu dalam kesendirian kita, disertai kekhusyukan doa-doa kita. Biarlah tangis-tangis muslim hanya didengar Allah, namun kekhusyukan dalam tangis dan doa itulah yang akan menggetarkan Arsy-Nya. Lalu terbukalah jalan perjuangan atau datang pembelaan-Nya dengan cara yang tidak pernah kita duga. Namun jika tidak satu pun air mata yang jatuh atau membasahi pelupuknya, jangan-jangan hati ini telah mengeras dan membatu.

Kamis, Maret 11, 2010

Salam Malam Istriku......Jaga Jundi Kita



istriku,
Setelah lelah kau seharian mengurus “Tentara Muhammad” tentu kau lelah
Moga saat ini kau sedang tertidur nyenyak beristirahat lepas lelah

Istriku
Sebentar lagi kita bersama
Istriku aku sudah menunggumu pulang
Seperti yang kau inginkan
Bahkan kau sudah membayangkan
Aku dan Jaisy main di depan dan kau masak di belakang. He…
Kau bahkan sudah membayangkan kita jalan-jalan bertiga naik motor bertiga. Shopping atau bahkan sholat bertiga,

Istriku, cintamu pada anak kita begitu besar
Sampai kau tidak rela anak kita kubilang bau waktu belum mandi

istriku,
namun ada yang mengganggu pikiranku
kau juga pasti tahu
iya benar “dana bulanan”
karena kita pasti butuh itu
istriku moga kita dapat rezeki ya buat semua itu

istriku,
kau biasanya doanya mustajab
barangkali doamu yang dikabulkan
berdoalah agar kita dapat rezeki yang barakah

istriku,
aku kangen ama anakku
aku pingin gendong
pingin aku ajak jalan-jalan lagi

lucu ya anak kita
pipinya montok
nggemesin
apalagi kalau lagi dongeng seneng rasanya


istriku,
aku membayangkan jika kau kesini betapa repotnya dirimu
kau harus melayani suami dan mengurus anak
mencuci baju, memasak, mencuci piring, mengurus anak
belum lagi belanja
repotnya jadi istri sekaligus ibu ya

kau minta bagi tugas ya bagi shift
nanti mi kita atur
moga aja aku ngga keluar malasnya
moga aja aku dapat membantumu
dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga

istriku
sudah jam setengah 12 malem
aku belum tidur
rada laper sebetulnya sih nanti ah makannya

"kau membuatku merasakan jatuh cinta
Indahnya dicintai saat kau jadi milikku
Ku takkan lepaskan dirimu oh cintaku
Teruslah kau bersemi di dalam lubuk hatiku"

Istriku,
Malam semakin larut
Merambat naik mungkin kau sedang lelap lelapnya tidur
jika aku di sisimu akan kucium keningmu sebagai tanda sayangku
kutatap wajahmu kubelai rambutmu
ingin kutunjukkan betapa sayangku padamu

istriku,
aku ingin kita duduk berdua bersama
menikmati indahnya malam dengan gemerlapan bintang di langit
menikmati ciptaan Ilahi yang sangat indah
kau bersandar pundakku
di bawah bulan purnama
alangkah indahnya istriku

istriku,
tolong jaga baik2 anakku di sana
aku titipkan padamu
jangan pernah dimarahi
kasihan
aku sayang padanya
dia calon generasi penerusku

istriku aku menyayangimu

dan kau anakku,
aku sayang kamu
jadilah anak baik
yang nurut ama ibumu
jangan bikin susah kasihan beliau
capek mengurus dirimu seharian

gimana perkembangan belajarnya anakku?
Aku senang kalau lihat kau sedang belajar
Belajar merangkak
Kau mirip seperti ibumu
Pantang menyerah
Kau belum bisa
Namun kau pantang menyerah berusaha maju merangkak
Aku bangga padamu
Kudengar katanya kau kemarin keceklik?
Kasihan kau anakku
Belajar tengkurap pantang menyerah
Sampai kau keceklik lehernya
Aku kasihan dengernya
Tapi akhirnya kau bisa juga di usiamu yang ke 7 bulan
Begitulah anakku
Laki-laki harus pantang menyerah

Anakku,
Aku mengharapkan kau kelak lebih baik dari aku
Aku ingin kau hafal Al-Qur'an cita-cita ayahmu yang belum kesampaian
Aku ingin kita dapat berkumpul lagi kelak di akhirat

Anakku
Aku ingin kau jadi anak yang berbakti
Dan pandai membahagiakan hati orang tua
Terutama pada ibumu
Dia wanita mulia anakku
Tidak salah aku memilihnya

Anakku doakan aku agar
Aku dapat wisuda tahun ini
Kau bangga bukan punya seorang ayah S2

Anakku aku sayang kamu
Sudah malam
Sudah jam 12 lebih 3 menit
Aku mau makan laper

Selamat tidur istriku dan anakku
Aku menyayangi kalian
Kalianlah hartaku yang paling berharga


Jundiku, Berperanglah! dengan itu engkau hidup


aku tidak bisa memberi apa apa
hanyalah bunyi genderang perang pertarungan
kabar dari ayahmu





saat ini aku berada di persimpangan jalan
apakah aku harus memilih
berjalan di atas kebenaran
ataukah kedamaian
ternyata aku memiiih kebenaran
biarpun kebenaran itu penuh darah dan nanah
apalah arti kedamaian
kalau hanya menjadi budak

tidak anakku
kau tidak boleh menjadi budak di negeri sendiri
mereka sengaja memberikan mimpi tentang kedamaian
sementara kebenaran tetah di robek robek
jiwa dan raga kitta telah tercabik cabik
terbuang dalam lautan debu yang sangat hitam
anakku
biarpun aku rindu
rindu untuk memelukmu
rindu untuk membelaimu
rindu untuk menumpahkan kasih sayang
namun aku relakan kerinduan ini untuk tetap berjuang
apabila ditengah padang
terdengar suara genderang
disanalah ayahmu mengangkat pedang
anakku
apabila aku harus mati nanti
dengarlah kata kataku ini
kebenaran Tidak akan pernah terwujud
kecuali dengan pertarungan

Surat Untuk Anakku...............



“Jundi pulanglah, Abuya sangat merindukanmu, Abuya ingin melihat wajah gagahmu pulas tertidur di pangkuan Abuya, Abuya rindukan rengekanmu minta digendong jika Abuya ingin keluar. ingin lagi Abuya melihatmu.
Anakku Jundi…. lihat halamn rumah kita nak!, ada ayam-ayam kecil mencarimu. Kini ada taman2 hijau yang sejuk mencarimu. Menunggu senyum manismu agar mereka tak lagi sedih.
“Apa kabar anakku, prajurit kecilku yang kurindukan?”, “Abuya berharap surat ini bisa sampai ke hatimu, Abuya berharap kamu bisa dengar suara hati ini. Jundi kecilku Abuya ingin menggandeng tanganmu dan kamu memeluk lehar Abuya.
Pulanglah nak datanglah dipangkuan Abuya …..

Aku ingin tenang...


aku ingin hidup yang tenang,
tidak ada prasangka macam macam..
tidak ada beban pikiran yang mengganggu..

menjalani kehidupan yang damai..
dengan orang yang aku cintai...
dan mencintai aku..

masih bisakah aku mendapatkan ketenangan..
masih bisakah aku mendapatkan kedamaian..
disaat semuanya tak jelas..
dimana semuanya hanya fatamorgana...

refleksi keinginanku
untuk bisa hidup tenang..

dan menemukan kebahagiaan....

Rabu, Maret 03, 2010

Dalam Lelah Kumenanti Kasih Mu


Astagfirullah....Maafkan Aku Tuhan

Tuhan, Aku lelah. Terkadang aku menjadi begitu lelah, terutama dalam menata hati. Ada banyak bagian yang begitu susah kumengerti, ntah bagaimana Tuhan menjadikannya hingga begitu rumit untuk kupahami.

Bukan hanya perasaan cinta yang harus kutahan agar tak menggebu, atau perasaan sedih yang harus ku urai agar tak menyepi aku dalam lubang hitam pekat tak bermassa. Banyak hal yang masih tak kumengerti tentang rasa, tentang emosi, dan tentang jiwa. Waktu dua puluh tahun belum cukup bagiku memetakan sifat-sifat dasar manusia.

Lelah, aku begitu lelah. Ingin berbaring sejenak untuk melepas penat, namun rasanya akan sangat sulit. Berbaring hibernasi puluhan abad pun tetap tak akan mampu mengangkat rasa letih ini. Rasa yang begitu membuatku menghela nafas panjang. Aku capek!

Tuhan, aku lelah. Aku merasa Engkau mengerti, namun mengapa terus menunda mencabut akar jiwa ini? Tugas apalagi yang belum tuntas?

Aku bukan nabi-Mu, aku juga bukan rasul-Mu, dan aku bukan pula iblis-Mu yang kau tugaskan menggoda manusia. Tak ada tugasku untuk menggiring manusia kepada kehendak-Mu, dan engkau juga tak pula menjadikan aku iblis agar menyesatkan manusia. Jika memang demikian, mengapa terlalu lama engkau memberi aku tempat di dunia?

Apa statusku? Tuhan, sungguh aku kelelahan.

Engkau tahu kan, kadang sikapku seperti malaikat. Namun tak jarang aku menunjukkan wajah iblis dan setan-setan yang Kau kutuk itu. Aku berikan efek dualisme kepada manusia agar mereka mengerti, apapun wajahku adalah tetap aku. Agar mereka mengerti bahwa pemilik segala kegelapan dan cahaya terang benderang adalah Engkau. Agar mereka mengerti, butuh cahaya untuk berjalan dalam jalan gelap menuju-Mu.

Tuhan, aku merasa Engkau terlalu banyak diam terutama terhadapku. Marahkah Engkau? Tidak inginkah Engkau menjadikan aku seperti dahulu, kita saling tertawa saling curhat-curhatan.

Aku curhat tentang masalahku dan Engkau tentang tugas-Mu. Kau selalu membimbingku selaku layaknya guru, hingga hidup pun terdiam tak memiliki ruang untuk cemburu. Aku menyebut nama-Mu seribu kali dan Engkau pun bernyanyi dengan namaku sejuta kali. Sungguh indah, namun itu dulu.

Aku tak mengerti, sejak kapan Engkau mulai diam terhadapku.

Tuhan, sumpah aku teramat lelah.

Berbicaralah, jangan terus diam. Berikan aku petunjuk atau hatiku telah terlalu hitam hingga suara-Mu yang keras mengguntur sama sekali tak kudengarkan?! Atau sudah terlalu tulikah aku?

Tak Engkau gubris air mataku yang terus mengucur dimalam-malamku? Namun terhadap manusia aku tetap tertawa, tersenyum seolah tak ada yang terluka. Padahal sejatinya aku sedang sekarat dan jiwaku yang kehausan amat begitu letih. Menunggu mati.

Tuhan, Engkau tahu apa yang paling kutakutkan? Jika aku bertemu dengan-Mu tanpa perasaan cinta. Aku takut jika aku bertemu dengan-Mu kelak yang ada hanyalah perasaan takut. Sungguh jangan seperti itu. Berikan aku rasa cinta kepada-Mu lebih luas dari dunia dan segala isinya. Agar tak letih aku menunggu kapan Engkau cabut akar jiwa ini.

Tuhan, aku ingin mencium-Mu untuk yang kesekian kali. Sungguh rindu ini memuncak, memberi rasa letih dan harapan cemas, kapan kita akan saling bercinta.

Tuhan, aku menunggu… dalam letih.

Tuhan, jangan terlalu lama. Sungguh aku teramat lelah.
(baiquni)

Ruang Tamu


Tinggalkan Pesan Terbaikmu

Puncak Selera Jiwa

Pojok Hikmah

mimpi dapat diperpanjang. tidak peduli berapa usia kita atau apa kondisi kita, karena masih ada kemungkinan belum tersentuh di dalam diri kita dan keindahan baru menunggu untuk dilahirkan. Karena Bermimpilah ! untuk esok yang indah