Kategori
Sabtu, April 25, 2009
Dalam Lelapmu Kutatap wajah Tulusmu
energi cinta perlahan mengalir saat menatap wajah lugu yang terlelap itu.
getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah dilakukannya untuk kebahagiaanku.Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalahpahaman kecil yang entah kenapa selau saja nampak besar.Secara ajaib Allah mengatur pengorbanan itu tampak lagi melalui wajah-wajah jujurnya yang sedang tidur.
Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan.
Dan ekspresi wajahnya lelapnya mengungkap segalanya.
Tanpa kata, tanpa suara dia berkata... "betapa lelahnya aku hari ini".
Dan penyebab lelah itu? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tak lain adalah untukku.
kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajahnya.
betapa kebahagiaan dan keharuan seketika membuncah jika mengingat itu semua.
Ya Allah....apa yang akan terjadi jika esok hari dia yang kucinta itu tak lagi membuka matanya, selamanya ...
Kau tetap saja sahabatku.................
Kulihat mendung membayangi pancaran wajahmu
Tak terbiasa ku dapati terdiam mendura
Apa gerangan bergemuruh di ruang benakmu
Sekilas galau mata ingin berbagi cerita
Kudatang sahabat bagi jiwa
Saat batin merintih
Usah kau lara sendiri
Masih ada asa tersisa
Letakkanlah tanganmu di atas bahuku
Biar terbagi beban itu dan tegar dirimu
Di depan sana cahya kecil tuk memandu
Tak hilang arah kita berjalan menghadapinya
Saudaraku ….
Begitu indah dan menyentuh hati untaian kata yang terangkai dalam bait lagu di atas. Terbersit keharuan dalam dada ini, ketika aku menghayatinya sebagai sebuah kisah persahabatan sejati antara dua anak manusia. Karena di sana kutemukan pancaran keikhlasan. Kudapatkan seberkas sinar ketulusan. Dan ada keindahan dari sebuah jalinan persahabatan yang sangat mendalam. Sebuah hubungan yang didasari bukan karena ada kepentingan yang tersembunyi di baliknya. Sebuah hubungan yang … kurasa semua orang mendambakannya.
Saudaraku ….
Sungguh, kehadiran seseorang yang lain dalam hari-hari kita menempuhi jalan di medan kehidupan ini adalah suatu kemestian. Semua orang tidak bisa menyangkal dan menolaknya. Adalah mustahil manusia akan bisa bertahan hidup tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain di sisinya. Dan inilah sunnatullah. Namun, yang kita hadapi di sini bukanlah permasalahan butuh dan tidaknya manusia kepada manusia yang lain, karena hal ini sudah jelas adanya. Bahwa manusia memerlukan orang lain, dan tidak bisa hidup tanpanya. Persoalannya lebih pada siapa saja atau orang macam apa yang sekiranya pantas untuk kita jadikan sebagai teman atau sahabat kita.
Saudaraku …..
Bahwasanya tujuan yang ingin kita capai dalam dunia ini sudah jelas dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Keridhaan Allah menjadi satu cita-cita yang tidak boleh terhapuskan oleh tujuan yang lain. Dalam mencapai tujuan tersebut, ada banyak rintangan, ujian dan fitnah yang bisa menyimpangkan kita dari tujuan semula manakala kita tidak waspada dan memperhatikan rambu-rambu yang telah dibuat oleh Allah. Perjalanan kita menapaki jalan ke tempat tujuan yang hendak kita capai, yang terkadang penuh liku dan duri serta panjang membentang, akan terasa lebih mudah manakala kita berjalan beriringan dengan sahabat-sahabat kita. Sebagai teman bercerita, sebagai penunjuk jalan, sebagai pengingat rambu-rambu yang kita lupakan.
Saudaraku …..
Seorang sahabat, akan bisa memudahkan langkah kita dalam menggapai cita-cita kita. Seorang sahabat juga bisa menyeret kita menjauhi dan menggagalkan kita dari Al Ghayah. Untuk itulah, kemampuan kita dalam mencari dan menyeleksi orang-orang yang bisa dijadikan sebagai sahabat menjadi salah satu penentu keberhasilan kita mencapai tujuan hidup. Orang yang selalu hidup bersama kita, menghabiskan hari-harinya untuk menemani kesendirian kita, bukanlah jaminan bahwa ia bisa menjadi sahabat sejati, karena bisa jadi di balik itu semua ada sesuatu yang ingin didapatnya dari kita. Bukan berarti kita harus selalu curiga kepada orang-orang di sekitar kita, yang nanti malah akan menimbulkan benih-benih kebencian. Hanya saja, kita harus mengingat firman Allah dalam Qs. Az Zukhruf ayat 67 " Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa." Lalu, bagaimana kita bisa melihat seseorang itu bisa kita jadikan sebagai sahabat dekat kita?
Saudaraku ……
Rasulullah telah memerintahkan kita untuk bersikap selektif dalam memilih teman. Beliau mengibaratkan teman yang baik sebagaimana seorang penjual minyak wangi. Kita akan membeli minyak wangi darinya, atau dia akan memberikan kita minyak wangi itu, atau paling tidak kita akan ikut mencium dan mendapatkan aromanya. Dan Rasulullah mengibaratkan teman yang jelek itu bagaikan kita berkawan dengan seorang pandai besi. Kita akan terkena bau dan asapnya, atau terpercik apinya. Jadi, orang yang bisa dijadikan sebagai teman seperjuangan kita adalah orang yang selalu menebarkan kebaikan dan keshalihan yang dimilikinya, sehingga kita akan ikut terwarnai oleh keindahan akhlaknya. Sedangkan orang yang tidak layak untuk kita jadikan teman adalah orang yang berakhlak buruk, yang bisa menularkan keburukannya kepada kita.
Imam Ali Ra memberikan nasihat yang sangat berharga kepada putranya Al Hasan menjelang ajalnya, yang bisa kita jadikan pedoman dalam memilih teman.
"..janganlah engkau bersahabat dengan orang bodoh, karena ia akan memanfaatkan dirimu demi bahayamu. Janganlah engkau bersahabat dengan seorang pendusta, karena ia akan mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat kepadamu. Janganlah engkau bersahabat dengan orang yang bakhil, karena ia akan mengabaikan kamu saat kau membutuhkannya. Dan janganlah engkau bergaul dengan orang yang suka melakukan dosa, karena ia akan menjual dirimu dengan harga yang murah."
Saudaraku ……
Seorang sahabat yang baik, bukan orang yang membiarkan kita melakukan apa saja yang kita sukai. Atau memberikan segala yang kita inginkan. Bukan pula orang yang diam saja ketika kita melakukan sebuah kesalahan dan dosa, dengan alasan cinta dan kasihnya kepada kita. Rasulullah saw pernah bersabda "sebaik-baik sahabat adalah orang yang apabila engkau melihatnya, menjadikanmu mengingat Allah …"
Duhai ….Adakah engkau orangnya saudaraku, sebaik-baiknya sahabat yang kumiliki ?
Dan juga, apakah aku telah menjadi sebaik-baiknya sahabat bagimu, wahai saudaraku ?
Saudaraku yang selalu dalam naungan-Nya insya Allah …..
Betapa indahnya persahabatan yang dijalin dengan sepenuh hati, dengan ketulusan jiwa. Betapa bahagianya bila orang-orang di sekitar kita bisa menjadi sahabat yang terbaik. Yang mendengar jeritan batin kita. Yang mendekat manakala yang lain menjauh. Yang memberi semangat di saat kita hampir putus harapan. Yang menyediakan bahunya untuk berbagi beban. Yang selalu mengingatkan segala kealpaan yang kita lakukan. Yang senantiasa mengajak kita mengerjakan kebaikan dan menjauhi segala kemungkaran.
Ya Rabbi ….
Kokohkan dan kekalkan jalinan persaudaraan ini. Kuatkan simpul kebersamaan, dan tautkanlah hati-hati kami. Datangkanlah kepada kami manusia-manusia terbaik yang bisa kami jadikan sebagai sahabat dan saudara kami. Yang selalu mengingatkan kami untuk tetap istiqamah meniti jalan-Mu, mengusung panji al Islam dan menyuarakan kebenaran.
Sahabatku …..engkaulah yang terbaik bagiku.
Minggu, April 19, 2009
Teman sejatiku itu...........
Teman sejatiku itu...........
dia yang mau menegurku kala aku salah, dia tak hendak menjerumuskanku pada rasa ujub maha tinggi yang mencengkeramku. Dia senantiasa bersikap sesuai kondisiku, dan dia tak takut bahkan dengan mukaku yang sedemikian seram (Katanya). Dia senantiasa berada pada posisi yang tepat, saat aku marah dia mampu membuatku tenang, kala aku sombong ia mampu menundukkan hatiku, kala aku benci dengan seseorang dia mampu mengademkan pikiranku.
Teman Sejatiku...........
Dia tidak mau mengikuti obrolanku yang kadang suka nglantur. Saat seperti itu aku sebel sama dia tapi setelah beberapa waktu berlalu aku jadi berterimakasih padanya, betapa ia telah menghindarkanku dari jurang dosa. Dia tak ingin menyenangkanku hanya sementara, apalagi hanya manis di bibir saja.
Teman sejatiku............
Dia senantiasa mengingatkanku padaNYA, yah hanya padaNYA. Kala aku bilang "Aku benci ikhwan belagu, aku benci ikhwan sok gitu" de es be maka dengan bijak ia menjawab "Mungkin beliau lagi khilaf".
Subhanallah..betapa rindu aku dengan teman sejati seperti itu. Ya Rabb pertemukan aku dengannya.
Amin
Sabtu, April 18, 2009
Pengorbanan itu indah, friend !
Bila kita mengerti bahwa pengorbanan adalah untuk keuntungan kita juga,
dan apabila kita mengerti bahwa yang kita berikan sebagai korban adalah hak mereka yang menerima,
dan bila kita percaya bahwa janji itu benar -
maka sebuah pengorbanan sama sekali bukan sebuah pengorbanan,
tetapi sebagai sebuah tindak kasih sayang,
sebuah kecintaan bagi jiwa-jiwa besar
(Mario Teguh - Sacrifice)
Seringkali kita menuntut seseorang untuk memenuhi permintaan kita sebagai prasyarat untuk memberikan permintaannya, walau terkadang kita menyadari bila orang tersebut berada dalam posisi yang seimbang atau bahkan kurang dari kita. Tidak jarang pula kita sampai hati untuk mengucapkan kalimat : "kalau kamu sudah berubah, baru saya akan berubah", atau kalimat lain yang setara dengannya.
Keadaan ini akan berputar tanpa akhir, hingga salah seorang diantaranya dapat mengerti arti "pengorbanan".
Sungguh merupakan suatu anugerah bila kita diberikan sesuatu yang sangat kita butuhkan. Walau terkadang sesuatu yang diterima tersebut, ternyata juga merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh orang yang memberi.
Apakah kita akan merasa bahagia ketika menerima pemberian ini ?
Pada awalnya saya menjawab dengan keyakinan tinggi bahwa yang menerima tentu akan merasa bahagia. Namun semakin saya renungkan keyakinan tersebut semakin memudar.
Dalam perenungan saya, tergambar ada dua orang kakak beradik yang kekurangan, berjuang untuk mendapatkan makanan yang sangat berguna untuk mengusir kelelahan dan kelaparan yang senantiasa menghampiri.
Tidak jarang dua kakak beradik ini menambatkan harapannya kepada orang-orang yang lebih beruntung, untuk mengetuk nurani agar dapat mendapatkan sisa dari yang telah selesai dinikmatinya. Namun tidak jarang juga, harapan ini berakhir dengan keserahan.
Saya membayangkan pada suatu waktu, sang kakak yang telah menahan lapar seharian, mendapatkan sepotong roti yang masih segar. Namun sang adik tidak mendapatkan apa pun untuk dimakannya pada malam yang telah larut itu.
Bila ia memakan roti tersebut, maka adiknya akan tidur dalam keadaan menahan lapar yang menggerus dalam dinginnya malam.
Sang kakak yang sangat mengasihi adiknya, akhirnya memberikan sepotong roti tersebut kepada adiknya untuk dimakan.
Cinta itu jujur, sederhana dan cantik.
Bila perasaan itu jujur, ia tidak membutuhkan penjelasan yang berkepanjangan
Timbul pertanyaan dalam benak saya :
Apakah yang dirasakan oleh sang kakak ketika melihat adiknya makan, sedangkan dirinya harus kembali menahan lapar ?
Sepertinya saya dapat tersenyum dan menjawab bahwa sang kakak pasti merasakan kebahagian yang mengalahkan rasa laparnya.
Apakah yang dirasakan oleh sang adik ketika menerima pemberian tersebut, sedangkan kakaknya berkorban untuk menahan lapar ?
Sepertinya saya hanya terdiam dan menjawab bahwa sang adik mungkin merasakan kesedihan dalam setiap potongan roti yang dimakannya.
Kadang kala akan timbul suatu perasaan bersalah ketika kita menerima pemberian tersebut, namun kita tidak cukup kuat untuk menolak pemberian tersebut.
Ketulusan mungkin terlihat sederhana dan santun,
tetapi ia memiliki kekuatan yang dijamin oleh keajaiban
Dari kisah ini, saya mendapati beberapa point hasil perenungan sesaat :
Berkorban adalah memberi dalam kekurangan
Berkorban membutuhkan perasaan cinta kasih yang besar
Berkorban memerlukan keikhlasan tanpa mengharapkan balasan
Berkorban mengalir dari orang yang lebih kuat
Berkorban membangun respek diri
Berkorban memberikan perasaan bahagia
Ternyata tidak ada yang dikurangkan pada saat berkorban, termasuk harga diri dan ego kita.
Dan bila kita benar-benar mengasihi, kita akan rela untuk mengorbankan apa saja, termasuk diri ini untuk keselamatan dan kebahagian orang yang kita kasihi. Hal ini jugalah yang menjadi dasar keberanian seorang ibu yang lembut ketika menerjang seekor buaya besar yang sedang mengancam keselamatan anaknya.
Anda belum benar-benar mengasihi,
sampai Anda menyerahkan diri Anda sepenuhnya.
Anda bisa memberi tanpa mengasihi,
tetapi Anda tidak mungkin bisa mengasihi tanpa memberi.
Kasih sayang adalah pemberian,
maka kasih sayang dengan nilai tertinggi adalah yang memberikan keseluruhan hidup kepada yang dikasihinya
Bila demikian besar kasihmu, mengapa begitu sulit bagimu untuk berkorban ?
Penderitaan adalah api yang membentuk emas,
atau api yang mengubah kayu menjadi arang yang legam
Kita cenderung untuk berfokus pada rasa sakit,
lebih daripada upaya kita untuk meredakan rasa sakit itu
Kita cenderung untuk berfokus pada rasa sakit,
lebih daripada upaya kita untuk meredakan rasa sakit itu
Semoga tulisan ini dapat menambahkan kekuatan dalam mengasihi orang-orang terdekat kita.
Jumat, April 17, 2009
Getirnya Perpisahan
Terpisah darimu bukanlah sesuatu yang mudah bagiku, membutuhkan energi besar sekedar melupakanmu sejenak. Engkau terlampau indah untuk dilukiskan dalam torehan pena, bahkan belum kutemukan kata untuk melukiskan indahmu. Kadang kuberharap kau tak mengusik tenangku, tetapi bayangmu terlampau sulit untuk dihapuskan, ia selalu saja hadir menggoda naluri, hingga terasa sekujur tubuh terkapar menikmati getirnya rindu. Andai tak kumili Tuhan yang mengajari porsi cinta, maka mungkin aku harus tunduk berserah pada kehendak jiwaku yang menyesatkan. Allah...,Engkau lebih aku cinta dari segalanya, jangan biarkan hati ini bergantung pada selain-Mu.
Langganan:
Postingan (Atom)
Ruang Tamu
Puncak Selera Jiwa
Pojok Hikmah
mimpi dapat diperpanjang. tidak peduli berapa usia kita atau apa kondisi kita, karena masih ada kemungkinan belum tersentuh di dalam diri kita dan keindahan baru menunggu untuk dilahirkan. Karena Bermimpilah ! untuk esok yang indah