Di dalam hati,
Tersimpan cinta yang suci
Putih tak ternoda
kemarin kau cerita
Cinta itu,
hanya tersangkut di hati
Dan lebih suci jika begitu
Benarkah begitu?
Daftar Isi
-
▼
2009
(91)
-
▼
Januari
(31)
- Johansyah memendam cinta
- ketika cinta tak terbalas ( Nasehat untuk Jo Sahab...
- Ternyata.......Menikah, Bukan Sekedar Memadu Cinta
- Ed..Masalahku, Maslahmu. Kucoba Berpesan
- Lapar di hadapan Nasi........
- Arti Dua Orang Sahabat
- Gaza Tonight
- Bukti Cinta pada Palestina
- Menolak Cinta Allah? sebuah refleksi
- BERGERAKLAH, KARENA DIAM ITU MEMATIKAN
- Wasiat Cinta Seorang Ustadz, Baca & Bergeraklah !
- Istriku
- laknat!!! Tunggu Pembalasanku!
- Dandi, Padamu terhimpun asa dan cita
- Dunia Islam Kini
- Cinta adalah Perbuatan
- CINTA AKAN HIDUP
- MALAM INI KUSEPI SENDIRI
- Cinta dan Jihad
- Jihad yang Hilang: Cinta dalam Islam
- Mengendalikan Cinta dengan Jihad
- Palestina Menyapa Cinta
- Seribu Cinta untuk Palestina (dar...
- Cinta di Tengah Konflik Palestina
- PERANG CINTA PALESTINA
- CINTA TETAP TUMBUH
- Merindukanmu (lagi)
- Nikah, Antara Idealita dan Realita
- Dakwah dan Cinta
- As Sisi, Aktivis Harakah Penuh Cinta
- Awali Masa Dengan Cinta & Gerak
-
▼
Januari
(31)
Kategori
Sabtu, Januari 31, 2009
ketika cinta tak terbalas ( Nasehat untuk Jo Sahabatku )
Cinta merupakan karunia ilahi, hadirnya tanpa diundang secara tiba-tiba kita sadari kuat tertanam dalam hati.
Getar kalbu terasa kuat saat kita menaruh cinta pada seseorang, dia seakan cahaya dalam setiap langkah kita. Namun ketika kita tau orang yang kita cintai tidak mencintai kita? tak pernah menaruh hati pada kita?tak pernah menginginkan kita? rangkaian kata kekecewaan yang tumpah….
ketika ada alasan :
“Akupun tidak tau kenapa,tapi dia yang paling terbaik dintara sekian banyak manusia,
sungguh tak ada yang bisa menggantikannya walau dicari kebelahan bumi manapun!”
Perih yang dirasa…kemanakah kita mengadu?
dimana tempat untuk mengobati luka hati kita?
Sadarkah kita..?
saat kita mencintai seseorang itu sama artinya kita telah menghamba kepadanya…
sadarkah kita..?
saat seseorang yang kita cintai tidak mencintai kita, itu berarti dia melihat kekurangan pada kita?
terpikirkah kita..?
jika dia yang kita harap saja tidak bisa mencintai kita, apalagi yang menciptakannya??
bersyukurlah kita yang menyadari akan kekhilafan kita…
bahwa sangat sulit untuk menggapai cinta-Nya dengan dipelajari dari makhluk yang bernama manusia..
Sesungguhnya apa yang telah kita miliki adalah sempurna…
rupa wajah kita adalah yang terindah yang kita miliki….
namun sinarnya belum terlihat..masih pudar dan perlu dibersihkan..dimana letaknya tersimpan didasar yang paling dalam,yang sulit terjangkau..didalam QALBU….
jika sinarnya sudah mendekati kesempurnaan kilaunya akan memancar… itulah kecantikan / ketampanan yang hakiki…..
harus kita sadari seseorang yang mengerti cinta mencintai bukan karena kecantikan / ketampanan atau kekayaan…
tetapi melihat pancaran yang ada pada qalbu…karena kecantikan / kertampanan akan sirna bersama waktu..
kekayaan akan lenyap bersama putaran roda dunia…sedangkan pancaran qalbu akan selalu abadi bersama ridha ilahi…
Namun tak harus kita lupa bahwa cinta tak berarti memiliki, kita tak bisa memiliki hati kita sendiri, apalagi kepunyaan orang lain? yang berhak memilikinya hanyalah Allah..
“Laa tahzaan wa laa takhaaf…”
“Innallaaha ma’nahnu….”
Allah selalu menyayangi kita …kita akan menemukan cinta…”Mahabbah fillah…”
Getar kalbu terasa kuat saat kita menaruh cinta pada seseorang, dia seakan cahaya dalam setiap langkah kita. Namun ketika kita tau orang yang kita cintai tidak mencintai kita? tak pernah menaruh hati pada kita?tak pernah menginginkan kita? rangkaian kata kekecewaan yang tumpah….
ketika ada alasan :
“Akupun tidak tau kenapa,tapi dia yang paling terbaik dintara sekian banyak manusia,
sungguh tak ada yang bisa menggantikannya walau dicari kebelahan bumi manapun!”
Perih yang dirasa…kemanakah kita mengadu?
dimana tempat untuk mengobati luka hati kita?
Sadarkah kita..?
saat kita mencintai seseorang itu sama artinya kita telah menghamba kepadanya…
sadarkah kita..?
saat seseorang yang kita cintai tidak mencintai kita, itu berarti dia melihat kekurangan pada kita?
terpikirkah kita..?
jika dia yang kita harap saja tidak bisa mencintai kita, apalagi yang menciptakannya??
bersyukurlah kita yang menyadari akan kekhilafan kita…
bahwa sangat sulit untuk menggapai cinta-Nya dengan dipelajari dari makhluk yang bernama manusia..
Sesungguhnya apa yang telah kita miliki adalah sempurna…
rupa wajah kita adalah yang terindah yang kita miliki….
namun sinarnya belum terlihat..masih pudar dan perlu dibersihkan..dimana letaknya tersimpan didasar yang paling dalam,yang sulit terjangkau..didalam QALBU….
jika sinarnya sudah mendekati kesempurnaan kilaunya akan memancar… itulah kecantikan / ketampanan yang hakiki…..
harus kita sadari seseorang yang mengerti cinta mencintai bukan karena kecantikan / ketampanan atau kekayaan…
tetapi melihat pancaran yang ada pada qalbu…karena kecantikan / kertampanan akan sirna bersama waktu..
kekayaan akan lenyap bersama putaran roda dunia…sedangkan pancaran qalbu akan selalu abadi bersama ridha ilahi…
Namun tak harus kita lupa bahwa cinta tak berarti memiliki, kita tak bisa memiliki hati kita sendiri, apalagi kepunyaan orang lain? yang berhak memilikinya hanyalah Allah..
“Laa tahzaan wa laa takhaaf…”
“Innallaaha ma’nahnu….”
Allah selalu menyayangi kita …kita akan menemukan cinta…”Mahabbah fillah…”
Ternyata.......Menikah, Bukan Sekedar Memadu Cinta
"Rumahku surgaku", ujar Rasulullah singkat saat salah seorang sahabat bertanya mengenai rumah tangga beliau. Sebuah ungkapan yang tiada terhingga nilainya, dan tidak dapat diukur dengan parameter apapun. Sebuah idealisme yang menjadi impian semua keluarga. Tapi untuk mewujudkannya pada sebuah rumah tangga (keluarga) ternyata tidaklah mudah. Tidak seperti yang dibayangkan ketika awal perkenalan atau sebelum pernikahan. Butuh proses, butuh kesabaran, butuh perjuangan, bahkan pengorbanan juga ilmu!
Saat ini, persoalan dalam keluarga membuat banyak pasangan suami istri dalam masyarakat kita menjadi gamang. Baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Wajar, karena itulah hakikat hidup. Bukan hidup namanya jika tanpa masalah. Justru masalah yang membuat manusia bisa merasakan kesejatian hidup, menjadikan hidup lebih berwarna dan tidak polos seperti kertas putih yang membosankan. Namun jangan sampai masalah-masalah itu mengendalikan diri kita hingga kita kehilangan hakikat hidup.
Lihatlah sepanjang tahun lalu, tahun 2004, begitu banyak pasangan yang mengajukan perceraian ke pengadilan agama dengan berbagai macam alasan. Memang yang lebih banyak terangkat adalah kisah rumah tangga para selebritis yang tak henti menghiasi layar kaca tentang rusaknya hubungan rumah tangga mereka. Tapi sesungguhnya itu hanya puncak sebuah gunung es. Karena masyarakat awam pun tak sedikit yang rumah tangganya bermasalah, bahkan mereka yang mendapat sebutan aktivis dakwah.
Begitu banyak buku-buku pernikahan yang beredar di pasaran, bahkan sebagian menjadi best seller. Tak hanya buku-buku non fiksi, bahkan para fiksionis pun lebih senang mengangkat te–tmaema merah jambu karena lebih disukai pasar. Isinya kebanyakan bersifat provokatif kepada orang-orang yang belum menikah agar segera menikah. Namun sayangnya hampir semua buku-buku itu isinya terlalu melangit.
Maksudnya lebih banyak menceritakan pernikahan (kehidupan rumah tangga) pada satu sisi yang indah dan menyenangkan. Sementara sisi "gelap" pernikahan jarang sekali yang mengangkat. Tentang kehidupan setelah pernikahan, tentang biaya-biaya berumah tangga, dan hal-hal lain yang tentu tidak sepele dalam rumah tangga.
Isitrahatlah sejenak dari bermimpi tentang pernikahan. Jika mimpi itu hanya berisi bagaimana mengatasi rasa gugup saat akad nikah. Atau tumpukan kado dan amplop warna-warni menghiasi 'bed of roses'. Atau kalau hanya mengharap salam indah dan atau jawaban salam dari kekasih. Apalagi membayangi bisa menatap, berbicara dan menghabiskan waktu bersama belahan hati tercinta.
Pernikahan tidak cuma sampai di situ, sobat. Ada banyak pekerjaan dan tugas yang menanti. Bukan sekedar merapihkan rumah kembali dari sampah-sampah pesta pernikahan, karena itu mungkin sudah dikerjakan oleh panitia. Bukan menata letak perabotan rumah tangga, bukan juga kembali ke kantor atau beraktifitas rutin karena masa cuti habis.
Tapi ada hal yang lebih penting, menyadari sepenuhnya hakikat dan makna pernikahan. Bahwa pernikahan bukan seperti 'rumah kost' atau 'hotel'. Di mana penghuninya datang dan pergi tanpa jelas kapan kembali. Tapi lebih dari itu, pernikahan merupakan tempat dua jiwa yang menyelaraskan warna-warni dalam diri dua insan untuk menciptakan warna yang satu: warna keluarga.
Di tengah masyarakat yang kian sakit memaknai pernikahan, semoga kita tetap memiliki sudut pandang terbaik tentangnya. Betapa banyak orang yang menikah secara lahir, tapi tidak secara batin dan pikiran. Tidak sedikit yang terjebak mempersepsikan pernikahan sebatas cerita roman picisan dan aktifitas fisik. Hingga wajar jika banyak remaja yang belum menikah saat mendengar kata menikah adalah kesenangan dan kenikmatan. Hal itu ditunjang oleh buku-buku pernikahan yang isinya ngomporin. Sementara sesungguhnya yang harus dilakoni adalah tanggung jawab dan pengorbanan.
Memang pernikahan berarti memperoleh pendamping hidup, pelengkap sayap kita yang hanya sebelah. Tempat untuk berbagi dan mencurahkan seluruh jiwa. Tapi jangan lupa bahwa siapapun pasangan hidup kita, ia adalah manusia biasa. Seseorang yang alur dan warna hidup sebelumnya berbeda dengan kita. Seberapa jauh sekalipun kita merasa mengenalnya, tetapakan banyak 'kejutan' yang tak pernah kita duga sebelumnya. Upaya adaptasi dan komunikasi bakal jadi ujian yang cuma bisa dihadapi dengan senjata kesabaran.
Pasangan kita, yang kita cintai adalahm anusia biasa. Dan ciri khas makhluk bernama manusia adalah memiliki kekurangan dan kelemahan diri. Memahami diri sendiri sebagai manusia sama pentingnya dengan memahami orang lain sebagai manusia. Pemahaman ini penting untuk dijaga, karena cepat atau lambat kita akan menemukan kekurangan atau kebiasaan buruk pasangan kita.
Oleh karena itu, bagi yang belum menikah, jangan terlalu banyak menghabiskan waktu dengan memilih pasangan hidup saja. Apalagi parameternya tak jauh dari penampilan, fisik, encernya otak, anak orang kaya, pekerjaan mapan, penghasilan besar, berkepribadian (mobil pribadi, rumah pribidi), berwibawa (wi...bawa mobil, wi...bawa handphone, wi...bawa laptop), dan sebagainya.
Tapi, pernahkah kita berpikir untuk membantu seseorang yang ingin mengembangkan dirinya ke arah yang lebih baik hari demi hari bersama diri kita?
Lebih dari itu, pernikahan dalam konteks dakwah merupakan tangga selanjutnya dari perjalanan panjang dakwah membangun peradaban ideal dan tegaknya kalimat Allah. Namun tujuan mulia pernikahan akan menjadi sulit direalisasikan jika tidak memahami bahwa pernikahan dihuni oleh dua jiwa. Setiap jiwa punya warna tersendiri, dan pernikahan adalah penyelarasan warna-warna itu. Karenanya merupakan sebuah tugas untuk bersama-sama mengenali warna dan karakter pasangan kita. Belajar untuk memahami apa saja yang ada dalam dirinya. Menerima dan menikmati kelebihan yang dianugerahkan padanya. Pun membantu membuang karat-karat yang mengotori jiwa dan pikirannya.
Menikah berarti mengerjakan sebuah proyek besar dengan misi yang sangat agung: melahirkan generasi yang bakal meneruskan perjuangan. Pernahkan terpikir betapa tidak mudahnya misi itu? Berawal dari keribetan kehamilan, perjuangan hidup mati saat melahirkan, sampai kurang tidur menjaga si kecil? Ketika bertambah usia, kadang ia lucu menggemaskan tapi tak jarang membuat kesal. Dan seterusnya hingga ia beranjak dewasa, belajar berargumentasi atau mempertentangkan idealisme yang orangtuanya tanamkan. Sungguh, tantangan yang sulit dibayangkan jika belum mengalaminya sendiri...
Menikah berarti berubahnya status sebagai individu menjadi sosial(keluarga). Keluarga merupakan lingkungan awal membangun peradaban. Dan tentu sulit membangun peradaban jika kondisi 'dalam negeri' masih tidak beres. Maka butuh keterampilan untuk memanajemen rumah tangga, menjaga kesehatan rumah dan penghuninya, mengatur keuangan, memenuhi kebutuhan gizi, menata rumah, dan masih banyak lagi keterampilan yang mungkin tak pernah terpikirkan...
Ini bukan cerita tentang sisi "gelap" pernikahan (wong saya sendiri belum nikah!). Tapi seperti briefing singkat yang menyemangati para petualang yang bakal memasuki hutan belantara yang masih perawan. Yang berhasil, bukan mereka yang hanya bermodal semangat. Tapi mereka yang punya bekal ilmu, siap mental dan tawakkal kepadaNYA. Karena pernikahan bukanlah sebuah keriaan sesaat, namun ia adalah nafas panjang dan kekuatan yang terhimpun untuk menapaki sebuah jalan panjang dengan segala tribulasinya.
Pernikahan adalah penyatuan dua jiwa yang kokoh untuk menghapuskan pemisahan. Kesatuan agung yang menggabungkan kesatuan-kesatuan yang terpisah dalam dua ruh. Ia adalah permulaan lagu kehidupan dan tindakan pertama dalam drama manusia ideal. Di sinilah permulaan vibrasi magis itu yang membawa para pencinta dari dunia yang penuh beban dan ukuran menuju dunia mimpi dan ilham. Ia adalah penyatuan dari dua bunga yang harum semerbak, campuran dari keharuman itu menciptakan jiwa ketiga.
Wallahu'alam bisshowab.
***
Penuh Cinta Selalu untuk Selamanya, Fillah...
(Doni, eramuslim, pasca edit)
Saat ini, persoalan dalam keluarga membuat banyak pasangan suami istri dalam masyarakat kita menjadi gamang. Baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Wajar, karena itulah hakikat hidup. Bukan hidup namanya jika tanpa masalah. Justru masalah yang membuat manusia bisa merasakan kesejatian hidup, menjadikan hidup lebih berwarna dan tidak polos seperti kertas putih yang membosankan. Namun jangan sampai masalah-masalah itu mengendalikan diri kita hingga kita kehilangan hakikat hidup.
Lihatlah sepanjang tahun lalu, tahun 2004, begitu banyak pasangan yang mengajukan perceraian ke pengadilan agama dengan berbagai macam alasan. Memang yang lebih banyak terangkat adalah kisah rumah tangga para selebritis yang tak henti menghiasi layar kaca tentang rusaknya hubungan rumah tangga mereka. Tapi sesungguhnya itu hanya puncak sebuah gunung es. Karena masyarakat awam pun tak sedikit yang rumah tangganya bermasalah, bahkan mereka yang mendapat sebutan aktivis dakwah.
Begitu banyak buku-buku pernikahan yang beredar di pasaran, bahkan sebagian menjadi best seller. Tak hanya buku-buku non fiksi, bahkan para fiksionis pun lebih senang mengangkat te–tmaema merah jambu karena lebih disukai pasar. Isinya kebanyakan bersifat provokatif kepada orang-orang yang belum menikah agar segera menikah. Namun sayangnya hampir semua buku-buku itu isinya terlalu melangit.
Maksudnya lebih banyak menceritakan pernikahan (kehidupan rumah tangga) pada satu sisi yang indah dan menyenangkan. Sementara sisi "gelap" pernikahan jarang sekali yang mengangkat. Tentang kehidupan setelah pernikahan, tentang biaya-biaya berumah tangga, dan hal-hal lain yang tentu tidak sepele dalam rumah tangga.
Isitrahatlah sejenak dari bermimpi tentang pernikahan. Jika mimpi itu hanya berisi bagaimana mengatasi rasa gugup saat akad nikah. Atau tumpukan kado dan amplop warna-warni menghiasi 'bed of roses'. Atau kalau hanya mengharap salam indah dan atau jawaban salam dari kekasih. Apalagi membayangi bisa menatap, berbicara dan menghabiskan waktu bersama belahan hati tercinta.
Pernikahan tidak cuma sampai di situ, sobat. Ada banyak pekerjaan dan tugas yang menanti. Bukan sekedar merapihkan rumah kembali dari sampah-sampah pesta pernikahan, karena itu mungkin sudah dikerjakan oleh panitia. Bukan menata letak perabotan rumah tangga, bukan juga kembali ke kantor atau beraktifitas rutin karena masa cuti habis.
Tapi ada hal yang lebih penting, menyadari sepenuhnya hakikat dan makna pernikahan. Bahwa pernikahan bukan seperti 'rumah kost' atau 'hotel'. Di mana penghuninya datang dan pergi tanpa jelas kapan kembali. Tapi lebih dari itu, pernikahan merupakan tempat dua jiwa yang menyelaraskan warna-warni dalam diri dua insan untuk menciptakan warna yang satu: warna keluarga.
Di tengah masyarakat yang kian sakit memaknai pernikahan, semoga kita tetap memiliki sudut pandang terbaik tentangnya. Betapa banyak orang yang menikah secara lahir, tapi tidak secara batin dan pikiran. Tidak sedikit yang terjebak mempersepsikan pernikahan sebatas cerita roman picisan dan aktifitas fisik. Hingga wajar jika banyak remaja yang belum menikah saat mendengar kata menikah adalah kesenangan dan kenikmatan. Hal itu ditunjang oleh buku-buku pernikahan yang isinya ngomporin. Sementara sesungguhnya yang harus dilakoni adalah tanggung jawab dan pengorbanan.
Memang pernikahan berarti memperoleh pendamping hidup, pelengkap sayap kita yang hanya sebelah. Tempat untuk berbagi dan mencurahkan seluruh jiwa. Tapi jangan lupa bahwa siapapun pasangan hidup kita, ia adalah manusia biasa. Seseorang yang alur dan warna hidup sebelumnya berbeda dengan kita. Seberapa jauh sekalipun kita merasa mengenalnya, tetapakan banyak 'kejutan' yang tak pernah kita duga sebelumnya. Upaya adaptasi dan komunikasi bakal jadi ujian yang cuma bisa dihadapi dengan senjata kesabaran.
Pasangan kita, yang kita cintai adalahm anusia biasa. Dan ciri khas makhluk bernama manusia adalah memiliki kekurangan dan kelemahan diri. Memahami diri sendiri sebagai manusia sama pentingnya dengan memahami orang lain sebagai manusia. Pemahaman ini penting untuk dijaga, karena cepat atau lambat kita akan menemukan kekurangan atau kebiasaan buruk pasangan kita.
Oleh karena itu, bagi yang belum menikah, jangan terlalu banyak menghabiskan waktu dengan memilih pasangan hidup saja. Apalagi parameternya tak jauh dari penampilan, fisik, encernya otak, anak orang kaya, pekerjaan mapan, penghasilan besar, berkepribadian (mobil pribadi, rumah pribidi), berwibawa (wi...bawa mobil, wi...bawa handphone, wi...bawa laptop), dan sebagainya.
Tapi, pernahkah kita berpikir untuk membantu seseorang yang ingin mengembangkan dirinya ke arah yang lebih baik hari demi hari bersama diri kita?
Lebih dari itu, pernikahan dalam konteks dakwah merupakan tangga selanjutnya dari perjalanan panjang dakwah membangun peradaban ideal dan tegaknya kalimat Allah. Namun tujuan mulia pernikahan akan menjadi sulit direalisasikan jika tidak memahami bahwa pernikahan dihuni oleh dua jiwa. Setiap jiwa punya warna tersendiri, dan pernikahan adalah penyelarasan warna-warna itu. Karenanya merupakan sebuah tugas untuk bersama-sama mengenali warna dan karakter pasangan kita. Belajar untuk memahami apa saja yang ada dalam dirinya. Menerima dan menikmati kelebihan yang dianugerahkan padanya. Pun membantu membuang karat-karat yang mengotori jiwa dan pikirannya.
Menikah berarti mengerjakan sebuah proyek besar dengan misi yang sangat agung: melahirkan generasi yang bakal meneruskan perjuangan. Pernahkan terpikir betapa tidak mudahnya misi itu? Berawal dari keribetan kehamilan, perjuangan hidup mati saat melahirkan, sampai kurang tidur menjaga si kecil? Ketika bertambah usia, kadang ia lucu menggemaskan tapi tak jarang membuat kesal. Dan seterusnya hingga ia beranjak dewasa, belajar berargumentasi atau mempertentangkan idealisme yang orangtuanya tanamkan. Sungguh, tantangan yang sulit dibayangkan jika belum mengalaminya sendiri...
Menikah berarti berubahnya status sebagai individu menjadi sosial(keluarga). Keluarga merupakan lingkungan awal membangun peradaban. Dan tentu sulit membangun peradaban jika kondisi 'dalam negeri' masih tidak beres. Maka butuh keterampilan untuk memanajemen rumah tangga, menjaga kesehatan rumah dan penghuninya, mengatur keuangan, memenuhi kebutuhan gizi, menata rumah, dan masih banyak lagi keterampilan yang mungkin tak pernah terpikirkan...
Ini bukan cerita tentang sisi "gelap" pernikahan (wong saya sendiri belum nikah!). Tapi seperti briefing singkat yang menyemangati para petualang yang bakal memasuki hutan belantara yang masih perawan. Yang berhasil, bukan mereka yang hanya bermodal semangat. Tapi mereka yang punya bekal ilmu, siap mental dan tawakkal kepadaNYA. Karena pernikahan bukanlah sebuah keriaan sesaat, namun ia adalah nafas panjang dan kekuatan yang terhimpun untuk menapaki sebuah jalan panjang dengan segala tribulasinya.
Pernikahan adalah penyatuan dua jiwa yang kokoh untuk menghapuskan pemisahan. Kesatuan agung yang menggabungkan kesatuan-kesatuan yang terpisah dalam dua ruh. Ia adalah permulaan lagu kehidupan dan tindakan pertama dalam drama manusia ideal. Di sinilah permulaan vibrasi magis itu yang membawa para pencinta dari dunia yang penuh beban dan ukuran menuju dunia mimpi dan ilham. Ia adalah penyatuan dari dua bunga yang harum semerbak, campuran dari keharuman itu menciptakan jiwa ketiga.
Wallahu'alam bisshowab.
***
Penuh Cinta Selalu untuk Selamanya, Fillah...
(Doni, eramuslim, pasca edit)
Jumat, Januari 30, 2009
Ed..Masalahku, Maslahmu. Kucoba Berpesan
sahabatku………
seberat apapun masalahmu
sekelam apapun beban hidupmu
jangan pernah berlari darinya
ataupun bersembunyi
agar kau tak akan bertemu dengannya
atau agar kau bisa menghindar darinya
karena sahabat…..
seberapa jauhpun kau berlari
dan sedalam apapun kau bersembunyi
dia pasti akan menemuimu
dalam sebuah episode kehidupanmu
sahabatku……
alangkah indahnya bila kau temui ia dengan dada yang lapang
persilahkan ia masuk dalam bersihnya rumah hati
dan mengkilapnya lantai nuranimu
hadapi ia dengan senyum seterang mentari pagi
ajak ia untuk menikmati hangatnya teh kesabaran
ditambah sedikit penganan keteguhan
sahabat…….
dengan begitu
sepulangnya ia dari rumahmu
akan kau dapati
dirimu menjadi sosok yang tegar
dalam semua keadaan
dan kau pun akan mampu dan lebih berani
untuk melewati lagi deraan kehidupan
dan yakinlah sahabat……..
kaupun akan semakin bisa bertahan
kala badai cobaan itu menghantam
seberat apapun masalahmu
sekelam apapun beban hidupmu
jangan pernah berlari darinya
ataupun bersembunyi
agar kau tak akan bertemu dengannya
atau agar kau bisa menghindar darinya
karena sahabat…..
seberapa jauhpun kau berlari
dan sedalam apapun kau bersembunyi
dia pasti akan menemuimu
dalam sebuah episode kehidupanmu
sahabatku……
alangkah indahnya bila kau temui ia dengan dada yang lapang
persilahkan ia masuk dalam bersihnya rumah hati
dan mengkilapnya lantai nuranimu
hadapi ia dengan senyum seterang mentari pagi
ajak ia untuk menikmati hangatnya teh kesabaran
ditambah sedikit penganan keteguhan
sahabat…….
dengan begitu
sepulangnya ia dari rumahmu
akan kau dapati
dirimu menjadi sosok yang tegar
dalam semua keadaan
dan kau pun akan mampu dan lebih berani
untuk melewati lagi deraan kehidupan
dan yakinlah sahabat……..
kaupun akan semakin bisa bertahan
kala badai cobaan itu menghantam
Lapar di hadapan Nasi........
haru dalam hidupku
saat harus serius menangani laparku
kurasa ini awal kurebut bahagia
saat dengan getar kucoba tantang kebisuan
pagi, memang aku tidak bisa makan,
mungkin karena rindukan seseorang
Siang menjelang, aku belum juga makan,
yah, mungkin karena pikirkan sesuatu
tapi, lapar menggelayut
aku harus bertindak
kucoba merayap, meraih beras dan air
lalu larut dalam bahagia
mencoba menghibur diri dengan didihan nasi putih
Perlahan gelapnya malam datang
aku belum juga makan
aku bahkan tidak bisa tidur
anehnya..........karena kelaparan…
seorang sahabat disisiku*
entah pahamkah ia?
rasanya kuingin berbisik..kalo aku berduka
tapi, aku tetap saja bahagia.
nasi sebelanga menjadi simbol suka
paling tidak aku merasa lebih dewasa
meski perlahan makanan itu menjadi bubur
ah.....aku ternyata harus menikmati kebodohanku di sisi lain
rindu membuatku tolol
bahkan sekedar menjaga diri
untuk memenuhi hasrat jasadi
bahwa aku butuh makan
untuk kesehatan dan masa depan
*sulthan. Sahabat lucu, lugu, lusuh, ia selalu saja kubutuh.
saat harus serius menangani laparku
kurasa ini awal kurebut bahagia
saat dengan getar kucoba tantang kebisuan
pagi, memang aku tidak bisa makan,
mungkin karena rindukan seseorang
Siang menjelang, aku belum juga makan,
yah, mungkin karena pikirkan sesuatu
tapi, lapar menggelayut
aku harus bertindak
kucoba merayap, meraih beras dan air
lalu larut dalam bahagia
mencoba menghibur diri dengan didihan nasi putih
Perlahan gelapnya malam datang
aku belum juga makan
aku bahkan tidak bisa tidur
anehnya..........karena kelaparan…
seorang sahabat disisiku*
entah pahamkah ia?
rasanya kuingin berbisik..kalo aku berduka
tapi, aku tetap saja bahagia.
nasi sebelanga menjadi simbol suka
paling tidak aku merasa lebih dewasa
meski perlahan makanan itu menjadi bubur
ah.....aku ternyata harus menikmati kebodohanku di sisi lain
rindu membuatku tolol
bahkan sekedar menjaga diri
untuk memenuhi hasrat jasadi
bahwa aku butuh makan
untuk kesehatan dan masa depan
*sulthan. Sahabat lucu, lugu, lusuh, ia selalu saja kubutuh.
Arti Dua Orang Sahabat
Belum lama, pertemuan kita di mulai
tawa dan ocehanmu sempat memukauku
terjaga dan tertidur kau buatku rindu,
cerita-cerita tentang dirimu
sempat pula membuatku menjadi syahdu
sahabat,
walau di depan wajah lelahmu
aku selalu saja mengeluh,
namun, dari celah wajah kakumu
kau simpan cerita lugu
yang akan menjadi cerita seru
untuk anak dan cucuku,
kau dua laki-laki muda
yang tak pernah kalah oleh dunia
yang kokoh berdiri di ujung dakwah
yang kadang sombong menantang malam
yang kadang gagal memimpikan cinta...mmmm
sahabat, satu semester hampir terlewati
kita kususun cerita sunyi
bertumpuk kisah yang terjadi
semua, tanpa kutulis namamu
dan tanpa di baca olehmu.
dan tumpukan hari-hari ini
akan selalu berulang lagi
lagi, dan lagi
sampai aku lupa nama harinya
sementara aku dan kalian
masih saja larut dalam cerita panjang melelahkan
semoga saja nikmat ini abadi
sahabat, pagi ini
aku baru saja diberitahu arti dua orang sahabat...
aku baru sadar akan besarnya arti dirimu
Aqsha dan Rasydin......kau satu...kau kubutuh
tawa dan ocehanmu sempat memukauku
terjaga dan tertidur kau buatku rindu,
cerita-cerita tentang dirimu
sempat pula membuatku menjadi syahdu
sahabat,
walau di depan wajah lelahmu
aku selalu saja mengeluh,
namun, dari celah wajah kakumu
kau simpan cerita lugu
yang akan menjadi cerita seru
untuk anak dan cucuku,
kau dua laki-laki muda
yang tak pernah kalah oleh dunia
yang kokoh berdiri di ujung dakwah
yang kadang sombong menantang malam
yang kadang gagal memimpikan cinta...mmmm
sahabat, satu semester hampir terlewati
kita kususun cerita sunyi
bertumpuk kisah yang terjadi
semua, tanpa kutulis namamu
dan tanpa di baca olehmu.
dan tumpukan hari-hari ini
akan selalu berulang lagi
lagi, dan lagi
sampai aku lupa nama harinya
sementara aku dan kalian
masih saja larut dalam cerita panjang melelahkan
semoga saja nikmat ini abadi
sahabat, pagi ini
aku baru saja diberitahu arti dua orang sahabat...
aku baru sadar akan besarnya arti dirimu
Aqsha dan Rasydin......kau satu...kau kubutuh
Jumat, Januari 16, 2009
Gaza Tonight
WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)
Composed by Michael Heart
A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive
They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right
But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Salurkan bantuan anda untuk saudara-saudara kita :
KISPA : Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina
Bank Muamat Indonesia (BMI) Cabang Slipi No. 311.01856.22 a/n Nurdin QQ Kispa http://www.kispa.org
Bulan Sabit Merah Indonesia
Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Jatinegara
No. 0010102555 a/n Bulan Sabit Merah Indonesia http://www.bsmipusat.net
Medical Emergency Rescue Committee (MER-C)
BCA cab Kwitang: No. Rek. 686.0153678
BSM cab. Kramat: No. Rek. 009.0121.773 (a.n. Medical Emergency Rescue Committee)
BMI cab. Arthaloka: No. Rek. 301.00521.15 (a.n. [...]
Atau ketik MER-C Peduli ke 7505
Untuk Telkomsel, Indosat, Flexi, Esia, tarif SMS Rp 6.600 sudah termasuk donasi Rp 5.000 ditambah biaya operator dan PPn. Sementara untuk pengguna XL dan mobile-8 tarif SMS adalah Rp 5.000 sudah termasuk donasi Rp 3.750 ditambah biaya operator dan PPn.
Allahummanshurna ikhwaana wa mujahidina fi Palestine
Composed by Michael Heart
A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive
They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right
But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Salurkan bantuan anda untuk saudara-saudara kita :
KISPA : Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina
Bank Muamat Indonesia (BMI) Cabang Slipi No. 311.01856.22 a/n Nurdin QQ Kispa http://www.kispa.org
Bulan Sabit Merah Indonesia
Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Jatinegara
No. 0010102555 a/n Bulan Sabit Merah Indonesia http://www.bsmipusat.net
Medical Emergency Rescue Committee (MER-C)
BCA cab Kwitang: No. Rek. 686.0153678
BSM cab. Kramat: No. Rek. 009.0121.773 (a.n. Medical Emergency Rescue Committee)
BMI cab. Arthaloka: No. Rek. 301.00521.15 (a.n. [...]
Atau ketik MER-C Peduli ke 7505
Untuk Telkomsel, Indosat, Flexi, Esia, tarif SMS Rp 6.600 sudah termasuk donasi Rp 5.000 ditambah biaya operator dan PPn. Sementara untuk pengguna XL dan mobile-8 tarif SMS adalah Rp 5.000 sudah termasuk donasi Rp 3.750 ditambah biaya operator dan PPn.
Allahummanshurna ikhwaana wa mujahidina fi Palestine
Selasa, Januari 13, 2009
Bukti Cinta pada Palestina
Salurkan bantuan untuk rakyat Palestina ke: BCA cab Kwitang: No. Rek. 686.0153678 BSM cab. Kramat: No. Rek. 009.0121.773 (a.n. Medical Emergency Rescue Committee) BMI cab. Arthaloka: No. Rek. 301.00521.15 (a.n. MER-C) Semoga apa yang kita lakukan memberi manfaat yang besar bagi rakyat Palestina dan semoga apa yang rekan-rekan blogger lakukan menjadi amal baik yang senantiasa tercatat di sisi Allah. Amien.
Menolak Cinta Allah? sebuah refleksi
Macet adalah hal yang biasa dalam perjalanan menuju tempat kerja. "Kalau tidak macet pasti itu hari sabtu atau lebaran", itulah kota-kota besar yang identik dengan kemacetan. Kita terkadang menikmati kemacetan itu, pada saat lain kita gusar dan kesal dengan kemacetan karena diburu waktu untuk memenuhi janji. Itu juga biasa malahan sudah menjadi kebiasaan.
Suatu kali seorang teman berceloteh, "akh sepanjang perjalanan menuju tempat kerja, pernahkah antum berbagi cinta?'. "Maksudnya apa akh?', tanya saya sedikit menyelidik, jangan-jangan teman ini mulai selingkuh. "Berbagi cinta dengan pengemis, pedagang asongan dan penyapu jalan". Sambil istigfar timbul perasaan bersalah dan malu karena telah berprasangka jelek kepada teman ini.
Memang seharusnya kita berbagi cinta untuk mendapatkan cinta Allah SWT. Mereka yang mungkin tidak beruntung secara ekonomi seperti pengemis pasti tidak menjadikan mengemis sebagai propfesi. Karena pada kodratnya manusia itu memiliki keinginan yang kuat untuk berusaha dan menjaga harga diri. Kita mungkin pernah melihat dan membaca ada pengemis yang diorganisir sebagai profesi. Namun disinilah keimanan kita diuji. Bisakah kita dengan ikhlas dan rasa cinta terhadap makhluk ciptaan Allah? Bukankah niat merupakan urusan mereka dengan Khaliknya. Kita memberi karena kita mencitai makhluk Allah yang kurang beruntung, kita memberi untuk merebut cinta Allah. Munkinkah kita menolak cinta Allah? itu adalah suatu hal yang naif, kita sangat berharap mendapatkan cinta Allah SWT bukankah Rasululullah SAW telah mengingatkan kita :
"Cintailah yang ada dibumi, maka Yang dilangit akan mencintaimu"(Hadis)
Suatu kali seorang teman berceloteh, "akh sepanjang perjalanan menuju tempat kerja, pernahkah antum berbagi cinta?'. "Maksudnya apa akh?', tanya saya sedikit menyelidik, jangan-jangan teman ini mulai selingkuh. "Berbagi cinta dengan pengemis, pedagang asongan dan penyapu jalan". Sambil istigfar timbul perasaan bersalah dan malu karena telah berprasangka jelek kepada teman ini.
Memang seharusnya kita berbagi cinta untuk mendapatkan cinta Allah SWT. Mereka yang mungkin tidak beruntung secara ekonomi seperti pengemis pasti tidak menjadikan mengemis sebagai propfesi. Karena pada kodratnya manusia itu memiliki keinginan yang kuat untuk berusaha dan menjaga harga diri. Kita mungkin pernah melihat dan membaca ada pengemis yang diorganisir sebagai profesi. Namun disinilah keimanan kita diuji. Bisakah kita dengan ikhlas dan rasa cinta terhadap makhluk ciptaan Allah? Bukankah niat merupakan urusan mereka dengan Khaliknya. Kita memberi karena kita mencitai makhluk Allah yang kurang beruntung, kita memberi untuk merebut cinta Allah. Munkinkah kita menolak cinta Allah? itu adalah suatu hal yang naif, kita sangat berharap mendapatkan cinta Allah SWT bukankah Rasululullah SAW telah mengingatkan kita :
"Cintailah yang ada dibumi, maka Yang dilangit akan mencintaimu"(Hadis)
Senin, Januari 12, 2009
BERGERAKLAH, KARENA DIAM ITU MEMATIKAN
untuk setiap gerak,
perpindahan dari satu posisi ke posisi lain,
barengi dengan Takbir,
sebagaimana yang dicontohkan dalam sholat.
tanpa bergerak maka kita akan mati.
lihat Islam saat ini,
cukupkah cuma duduk-duduk atau harus bergerak.
Dalam Gerak Ada Kehidupan "Sebesar-besar keuntungan didunia adalah
menyibukkan dirimu setiap waktu pada aktivitas yang akan memberikan manfaat
paling banyak dihari akhir.Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya daripada
kematian, karena meyia-nyiakan waktu dapat memutusmu dari Allah dan hari akhir,
sedangkan kematian memutusmu dari dunia dan penghuninya."(Ibnu Qayyim
al-jauziyah)
Rahasia Pertama Kebesaran itu Adalah Gerak:
1.Bergerak akan melahirkan perubahan
2.Bergerak akan melahirkan sesuatu yang baru.
3.Bergerak dapat melipat gandakan bobot hidup amal kebaikan.
Jadikan Hidup Bak Air Mengalir.
1.Renungi makna hidup kita masing-masing.
2.Hargai apa yang kita lakukan.
3.Memasang target dalam hidup.
4.Miliki basis komunitas.
5.Mengingat bahwa seluruh unsur kehidupan ini bergerak
Tiga Dimensi Gerak:
1.Gerak rasa/hati:aktifitas kalbu yang dapat memberi kesegaran dan pencerahan batin.
2.Gerak Fikir:Aktifitas pemikiran dalam bentuk suplai ilmu penetahuan.
3.Gerak fisik
BERGERAKLAH DENGAN CINTA
perpindahan dari satu posisi ke posisi lain,
barengi dengan Takbir,
sebagaimana yang dicontohkan dalam sholat.
tanpa bergerak maka kita akan mati.
lihat Islam saat ini,
cukupkah cuma duduk-duduk atau harus bergerak.
Dalam Gerak Ada Kehidupan "Sebesar-besar keuntungan didunia adalah
menyibukkan dirimu setiap waktu pada aktivitas yang akan memberikan manfaat
paling banyak dihari akhir.Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya daripada
kematian, karena meyia-nyiakan waktu dapat memutusmu dari Allah dan hari akhir,
sedangkan kematian memutusmu dari dunia dan penghuninya."(Ibnu Qayyim
al-jauziyah)
Rahasia Pertama Kebesaran itu Adalah Gerak:
1.Bergerak akan melahirkan perubahan
2.Bergerak akan melahirkan sesuatu yang baru.
3.Bergerak dapat melipat gandakan bobot hidup amal kebaikan.
Jadikan Hidup Bak Air Mengalir.
1.Renungi makna hidup kita masing-masing.
2.Hargai apa yang kita lakukan.
3.Memasang target dalam hidup.
4.Miliki basis komunitas.
5.Mengingat bahwa seluruh unsur kehidupan ini bergerak
Tiga Dimensi Gerak:
1.Gerak rasa/hati:aktifitas kalbu yang dapat memberi kesegaran dan pencerahan batin.
2.Gerak Fikir:Aktifitas pemikiran dalam bentuk suplai ilmu penetahuan.
3.Gerak fisik
BERGERAKLAH DENGAN CINTA
Wasiat Cinta Seorang Ustadz, Baca & Bergeraklah !
1. Dalam kondisi bagaimanapun, dirikanlah shalat ketika mendengar Adzan
2. Baca atau dengarkan Al-Qur’an dan ingatlah Allah, Jangan habiskan sebagian waktu- waktu anda pada hal-hal yang tidak berguna
3. Berusaha untuk bias berbicara bahasa Arab fasih(baik dan benar), sebab hal itu merupakan Doktrin Islam
4. JAngan memperbanyak debad dalamsetiap urusan bagaimanapun bentuknya, sebab pamer kepandaian dan apa yang dinamakan riya itu tak akan mendatangkan kebaikan sama sekali
5. Jangan banyak tertawa, sebab hati yang selalu berinteraksi dengan Allah adalah hati yang tenag dan khusyuk
6. Jangan bergurau, sebab sebuah umat yang gigih berjuang tak mengenal selain kesungguhan
7. Jangan mengeraskan suara melebihi yang dibutuhkan oleh pendengar, sebab itu merupakan kecerobohan dan menyakitkan yang lain
8. Jauhi dari menggunjing orang dan menjelek-jelekkan kelompok atau organisasi, jangan membicarakannya selain kebaikannya saja
9. Kenalkan diri anda kepada saudara-saudara seagama dan seperjuangan walaupun anda tidak dituntut,sebab dasar dakwah kita adalah Cinta dan Kenal
10.Ketahuilah bahwa kewajiban itu lebih banyak dari pada waktu yang terluang, maka bantulah saudaramu untuk menggunakan wqaktunya dengan sebaik-baiknya dan jika anda punya kepentingan(tugas) selesaikan segera.
2. Baca atau dengarkan Al-Qur’an dan ingatlah Allah, Jangan habiskan sebagian waktu- waktu anda pada hal-hal yang tidak berguna
3. Berusaha untuk bias berbicara bahasa Arab fasih(baik dan benar), sebab hal itu merupakan Doktrin Islam
4. JAngan memperbanyak debad dalamsetiap urusan bagaimanapun bentuknya, sebab pamer kepandaian dan apa yang dinamakan riya itu tak akan mendatangkan kebaikan sama sekali
5. Jangan banyak tertawa, sebab hati yang selalu berinteraksi dengan Allah adalah hati yang tenag dan khusyuk
6. Jangan bergurau, sebab sebuah umat yang gigih berjuang tak mengenal selain kesungguhan
7. Jangan mengeraskan suara melebihi yang dibutuhkan oleh pendengar, sebab itu merupakan kecerobohan dan menyakitkan yang lain
8. Jauhi dari menggunjing orang dan menjelek-jelekkan kelompok atau organisasi, jangan membicarakannya selain kebaikannya saja
9. Kenalkan diri anda kepada saudara-saudara seagama dan seperjuangan walaupun anda tidak dituntut,sebab dasar dakwah kita adalah Cinta dan Kenal
10.Ketahuilah bahwa kewajiban itu lebih banyak dari pada waktu yang terluang, maka bantulah saudaramu untuk menggunakan wqaktunya dengan sebaik-baiknya dan jika anda punya kepentingan(tugas) selesaikan segera.
Minggu, Januari 11, 2009
Istriku
Sekian lama aku mengenalmu
dua kali purnama terlewati
Sekian lama juga aku membebanimu dengan curahan – curahan hatiku
Sekian lama juga malam – malammu terganggu oleh tangisan - tangisanku
Begitu banyak kisah hidupku yang mungkin sudah banyak menyita waktumu
Sudah banyak memenuhi memori dalam pikiranmu
Maaf,
Mungkin cuma kata itu yang bisa kuucapkan
Maaf, aku sering mengganggu waktu istirahatmu..
Aku merasa nyaman saat menceritakan semua masalahku kepadamu
AKu merasa tenang karena aku percaya kamu
AKu bisa menemukan ketulusan….kesejukan….kedamaian yang tak kutemukan
Pada orang lain….
Terima kasih,
Sudah menjadi bagian terindah dalam episode hidupku
Ibarat sebuah cerita
Kamu adalah alur paling membahagiakan
Dimana aku sangat menikmati saat mengalaminya
Terima kasih
Sudah menjadi oase ku…..
You the best I ever had….
dua kali purnama terlewati
Sekian lama juga aku membebanimu dengan curahan – curahan hatiku
Sekian lama juga malam – malammu terganggu oleh tangisan - tangisanku
Begitu banyak kisah hidupku yang mungkin sudah banyak menyita waktumu
Sudah banyak memenuhi memori dalam pikiranmu
Maaf,
Mungkin cuma kata itu yang bisa kuucapkan
Maaf, aku sering mengganggu waktu istirahatmu..
Aku merasa nyaman saat menceritakan semua masalahku kepadamu
AKu merasa tenang karena aku percaya kamu
AKu bisa menemukan ketulusan….kesejukan….kedamaian yang tak kutemukan
Pada orang lain….
Terima kasih,
Sudah menjadi bagian terindah dalam episode hidupku
Ibarat sebuah cerita
Kamu adalah alur paling membahagiakan
Dimana aku sangat menikmati saat mengalaminya
Terima kasih
Sudah menjadi oase ku…..
You the best I ever had….
laknat!!! Tunggu Pembalasanku!
Sejenak Tanpa Cinta
boleh saja rudal pecahkan palestina
boleh saja bom apimu melayang, di atas langit palestina
boleh saja renggut nyawa tentara palestina
boleh saja tanah-tanah kau jarah
boleh saja buta karena serakah
tapi apakah rasa manusia telah punah
tapi apakah hati nurani diam
tapi apakah setiap dari mata kita tak membaca
tapi apakah hidup hanya milik mereka
kemanusiaan…dimana
kemanusiaan…dimana
kemanusiaan…dimana
kau langgar karena dusta
kau tutupi karena murka
kau khianati dan kau rampas begitu saja
seperti…dirimu adalah TUHAN bagi segala
Laknat.................
Tunggu Pembalasanku...Zionis
Idza ja'a wa'dul akhirah
Dandi, Padamu terhimpun asa dan cita
padanya terhimpun asa dan cita
Tak Terlupa
akan hangatnya senyummu
akan lembutnya sapamu
akan dirimu yang slalu ada untukku
sekejap nyaman tanpamu
namun semakin jauh
aku semakin terjaga
tak ada yang sepertimu
dikau istimewa, kumerindu
engkau yang laksana embun
wajah indah selembut kabut
selalu bersinar laksana bintang
selalu berpijar dihati
kau pernah buatku berarti
isi lembaran hati dengan bahagia
taburkan semerbak harap
Untuk setia bersama cita
kini kuajak bayangmu
meski tertatih, meski merintih
kuingin lanjutkan langkah bersamamu
Meniti jalan panjang penuh duri
Sahabat,
Jika mencintaimu adalah kesalahan
Maka mungkin, aku tak pernah menjadi benar
Kau….
Sahabat penuh cinta dan harakah
Dandi, begitu mereka menyebut namamu
ya....Dandi
Sederhana
Istimewa
Penuh Cinta
Engkau Mengerakkan
Kuberharap.......
asa dan cita
Jumat, Januari 09, 2009
Dunia Islam Kini
kata jiwa, kata semesta
Dunia islam kini adalah realita yang kita lihat bersama
Kemiskinan,kebodohan,perpecahan dan peperangan
Dunia islam kini adalah penghancuran secara sistimatis
Ketergantungan ekonomi, serbuan budaya dan tekanan politik
Dunia islam kini adalah Negara jajahan di abad moderen
Jeratan hutang, eksploitasi sumber alam dan perampasan HAM
Dunia islam kini adalah kedzaliman yang terus menerus dan penindasan tiada henti
pemboikotan ekonomi, agresi militer dan pembunuhan masal
dunia islam kini adalah persekongkolan jahat internasional
PBB, Amerika, Eropa dan munafiqin
Dunia islam kini adalah permusuhan dan kebencian
Yahudi yang bengis dan Nasrani yang sadis
Dunia islam kini adalah korban kerendahan budaya
Anak muda yang gila pesta, orangtua yang rakus harta
Dunia islam kini adalah orang sakit yang terbaring menunggu ajal
Negara kecil ditindas, Negara besar diperas
Dunia islam kini adalah potret keterbelakangan
Umatnya yang bodoh dan ulamanya yang lemah
Dunia islam kini adalah negeri luas yang terkoyak
Dunia islam kini adalah Negri-negri kaya yang korup
Dunia islam kini adalah negeri-negeri miskinyang papa
Dunia islam kini adalah umat yang lemah tak berdaya
Dunia islam kini adalah keputusasaan dan penantian hampa
Dunia islam kini adalah kesedihan yang berkepanjangan, nestapa dan duka lara
Dunia islam kini adalah kemiskinan.kebodohan, perpecahan dan pewrmusuhan
Dunia islam kini adalah air mata yang terus mengalir membasashi pelosok negri
Dunia islam kini adalah air mata selalu mengalir membasahi pelosok negri
Dunia islam kini adalah darah yang selalu tertumpah, tinggalkan luka menganga
Dunia islam kini adalah tangisan anak-anak yatim, jeritan orang kelaparan
dan teriakan orang-orang yang kecewa
Dunia islam kini adalah realita pahit yang jelas di depan mata..
Sebenarnya…
Dunia islam kini adalah hamparan yang sangat luasnya
Dari Maroko sampai Merauke. Dari Kairo sampai ke Moro
Dunia islam kini adalah kekuatan yang sangat besarnya
Semilyar penduduknya, luas wilayah dan kekayaan alamnya
Gugus pegunungan dan hamparan laut yang tak terbatas
Hutan-hutan, sabana dan gurun pasir yang panas
Dunia islamkini adalah optimisme yang tak akan pupus, harapan yang tak boleh terhapus
Dunia islam kini adalah negri yang penuh dengan cita-cita mulia, semangat yang menggelora
Kesadaran orangtuanya. Keteguhan para pemudanya. Dan keikhlasan ulama-ulamannya
Kemuliaan para wanitanya dan kelembutan para ibu-ibunya.
Sungguh, itu adalah modal tak terkira
Tak terganti dengan berapapun harga
Dunia islam esok adalah cahaya yang menerangi dunia yang gulita
Dunia islam esok adalah kedamaian yang akan memenuhi semesta
Dunia islam esok adalah keadilan yang merata untuk yang kaya juga yang papa
Dunia islam esok adalah ilmu, peradaban dan kemanusiaan
Dunia islam esok adalah kekuatan baru yang takan tergoyahkan.
Dunia islam esok adalah mimpi indah yang akan kita wujudkan…!
Dunia islam kini adalah realita yang kita lihat bersama
Kemiskinan,kebodohan,perpecahan dan peperangan
Dunia islam kini adalah penghancuran secara sistimatis
Ketergantungan ekonomi, serbuan budaya dan tekanan politik
Dunia islam kini adalah Negara jajahan di abad moderen
Jeratan hutang, eksploitasi sumber alam dan perampasan HAM
Dunia islam kini adalah kedzaliman yang terus menerus dan penindasan tiada henti
pemboikotan ekonomi, agresi militer dan pembunuhan masal
dunia islam kini adalah persekongkolan jahat internasional
PBB, Amerika, Eropa dan munafiqin
Dunia islam kini adalah permusuhan dan kebencian
Yahudi yang bengis dan Nasrani yang sadis
Dunia islam kini adalah korban kerendahan budaya
Anak muda yang gila pesta, orangtua yang rakus harta
Dunia islam kini adalah orang sakit yang terbaring menunggu ajal
Negara kecil ditindas, Negara besar diperas
Dunia islam kini adalah potret keterbelakangan
Umatnya yang bodoh dan ulamanya yang lemah
Dunia islam kini adalah negeri luas yang terkoyak
Dunia islam kini adalah Negri-negri kaya yang korup
Dunia islam kini adalah negeri-negeri miskinyang papa
Dunia islam kini adalah umat yang lemah tak berdaya
Dunia islam kini adalah keputusasaan dan penantian hampa
Dunia islam kini adalah kesedihan yang berkepanjangan, nestapa dan duka lara
Dunia islam kini adalah kemiskinan.kebodohan, perpecahan dan pewrmusuhan
Dunia islam kini adalah air mata yang terus mengalir membasashi pelosok negri
Dunia islam kini adalah air mata selalu mengalir membasahi pelosok negri
Dunia islam kini adalah darah yang selalu tertumpah, tinggalkan luka menganga
Dunia islam kini adalah tangisan anak-anak yatim, jeritan orang kelaparan
dan teriakan orang-orang yang kecewa
Dunia islam kini adalah realita pahit yang jelas di depan mata..
Sebenarnya…
Dunia islam kini adalah hamparan yang sangat luasnya
Dari Maroko sampai Merauke. Dari Kairo sampai ke Moro
Dunia islam kini adalah kekuatan yang sangat besarnya
Semilyar penduduknya, luas wilayah dan kekayaan alamnya
Gugus pegunungan dan hamparan laut yang tak terbatas
Hutan-hutan, sabana dan gurun pasir yang panas
Dunia islamkini adalah optimisme yang tak akan pupus, harapan yang tak boleh terhapus
Dunia islam kini adalah negri yang penuh dengan cita-cita mulia, semangat yang menggelora
Kesadaran orangtuanya. Keteguhan para pemudanya. Dan keikhlasan ulama-ulamannya
Kemuliaan para wanitanya dan kelembutan para ibu-ibunya.
Sungguh, itu adalah modal tak terkira
Tak terganti dengan berapapun harga
Dunia islam esok adalah cahaya yang menerangi dunia yang gulita
Dunia islam esok adalah kedamaian yang akan memenuhi semesta
Dunia islam esok adalah keadilan yang merata untuk yang kaya juga yang papa
Dunia islam esok adalah ilmu, peradaban dan kemanusiaan
Dunia islam esok adalah kekuatan baru yang takan tergoyahkan.
Dunia islam esok adalah mimpi indah yang akan kita wujudkan…!
Cinta adalah Perbuatan
Posted by Budiman
Ups. Ini bukan iklan politik seperti yang sering kita temui di tv. Ini sekedar refleksi mengenai cinta.
Cinta adalah tindakan. Cinta adalah perbuatan. Oleh karenanya cinta juga adalah pilihan. Apa artinya ? Covey pernah suatu hari didatangi oleh seorang teman yang mengeluh bahwa ia sudah tidak mencintai lagi istrinya. Lalu dijawab, cintai dia. Temannya menjawab, “kan sudah kukatakan aku tidak mencintainya !”. Covey, “karena itu cintailah dia !, karena cinta adalah kata kerja.”
Bagaimana dengan jatuh cinta ? Jatuh cinta adalah sebangsa perasaan. Karena dia perasaan, munculnya juga sporadis. Maksudnya, ketika ada objek yang menarik bisa saja kita jatuh cinta. Jatuh cinta bisa terjadi kapan saja. Tidak pandang usia tua atau muda. Tidak pandang sudah beristri atau belum. Karena jatuh cinta adalah perasaan, menggambarkannya juga sulit. Di luar abstraksi otak kiri kita. Menggunakan ungkapan Sayyid Qutb, laa ya’rifuha illa man dzaqaha. Tidak mengenalnya kecuali mereka yang merasakannya.
Dalam cinta sebagai tindakan, di mana letaknya romantisme ? Romantisme adalah tindakan, kerja, perbuatan. Cerita-cerita romantis, dalam novel atau film, biasanya berhenti pada saat dua insan duduk di pelaminan atau peristiwa tragis yang memisahkan terjadi (kalau genre-nya tragedi). Bagaimana cerita cinta berlangsung pasca akad nikah ? Cerita cinta di sini bukan lagi cerita romantisme cinta, tetapi cinta sebagai tindakan.
Untuk menguasai cinta sebagai tindakan, perlu memahami seninya. Seni Mencinta. The Art of Loving, kata Erich Fromm. Untuk menguasai satu seni butuh pengetahuan dan latihan. Teori cinta mengatakan bahwa cinta adalah aktivitas memberi. Memberi adalah ekspresi tertinggi hidup kita. Memberi memiliki elemen peduli, tanggung-jawab, hormat dan pengenalan. Care, responsibility, respect, and knowledge.
Bagaimana mempraktekkan cinta ? Praktek cinta membutuhkan disiplin, konsentrasi dan kesabaran. Akarnya adalah kebiasaan. Witing tresno jalaran soko kulino, begitu pepatah Jawa mengatakan. Pohon cinta tumbuh dari akar kebiasaan.
Tetapi cinta juga adalah ibadah. Bahkan ibadah kita kepada Allah mensyaratkan kesempurnaan cinta (kamal al hubb) selain kesempurnaan ketundukan dan ketaatan. Ekspresi cinta kita juga merupakan ekspresi ibadah kita.
Ups. Ini bukan iklan politik seperti yang sering kita temui di tv. Ini sekedar refleksi mengenai cinta.
Cinta adalah tindakan. Cinta adalah perbuatan. Oleh karenanya cinta juga adalah pilihan. Apa artinya ? Covey pernah suatu hari didatangi oleh seorang teman yang mengeluh bahwa ia sudah tidak mencintai lagi istrinya. Lalu dijawab, cintai dia. Temannya menjawab, “kan sudah kukatakan aku tidak mencintainya !”. Covey, “karena itu cintailah dia !, karena cinta adalah kata kerja.”
Bagaimana dengan jatuh cinta ? Jatuh cinta adalah sebangsa perasaan. Karena dia perasaan, munculnya juga sporadis. Maksudnya, ketika ada objek yang menarik bisa saja kita jatuh cinta. Jatuh cinta bisa terjadi kapan saja. Tidak pandang usia tua atau muda. Tidak pandang sudah beristri atau belum. Karena jatuh cinta adalah perasaan, menggambarkannya juga sulit. Di luar abstraksi otak kiri kita. Menggunakan ungkapan Sayyid Qutb, laa ya’rifuha illa man dzaqaha. Tidak mengenalnya kecuali mereka yang merasakannya.
Dalam cinta sebagai tindakan, di mana letaknya romantisme ? Romantisme adalah tindakan, kerja, perbuatan. Cerita-cerita romantis, dalam novel atau film, biasanya berhenti pada saat dua insan duduk di pelaminan atau peristiwa tragis yang memisahkan terjadi (kalau genre-nya tragedi). Bagaimana cerita cinta berlangsung pasca akad nikah ? Cerita cinta di sini bukan lagi cerita romantisme cinta, tetapi cinta sebagai tindakan.
Untuk menguasai cinta sebagai tindakan, perlu memahami seninya. Seni Mencinta. The Art of Loving, kata Erich Fromm. Untuk menguasai satu seni butuh pengetahuan dan latihan. Teori cinta mengatakan bahwa cinta adalah aktivitas memberi. Memberi adalah ekspresi tertinggi hidup kita. Memberi memiliki elemen peduli, tanggung-jawab, hormat dan pengenalan. Care, responsibility, respect, and knowledge.
Bagaimana mempraktekkan cinta ? Praktek cinta membutuhkan disiplin, konsentrasi dan kesabaran. Akarnya adalah kebiasaan. Witing tresno jalaran soko kulino, begitu pepatah Jawa mengatakan. Pohon cinta tumbuh dari akar kebiasaan.
Tetapi cinta juga adalah ibadah. Bahkan ibadah kita kepada Allah mensyaratkan kesempurnaan cinta (kamal al hubb) selain kesempurnaan ketundukan dan ketaatan. Ekspresi cinta kita juga merupakan ekspresi ibadah kita.
CINTA AKAN HIDUP
Cinta seperti matahari
Selalu memberi pagi
Ceria
Cinta seperti gemintang
Menunjuki
Jalan terang
Cinta seperti rembulan
Memesona
Indah dipandang
Cinta seperti lautan
Bergelora
Menakutkan
Cinta seperti gunung
Teguh
Menyimpan dendam
Cinta seperti pepohonan
Teduh
Menaungi
Cinta seperti udara
Jernih
Menghidupkan
Cinta akan hidup
Saat hidup dengan cinta
Bersama.
Selalu memberi pagi
Ceria
Cinta seperti gemintang
Menunjuki
Jalan terang
Cinta seperti rembulan
Memesona
Indah dipandang
Cinta seperti lautan
Bergelora
Menakutkan
Cinta seperti gunung
Teguh
Menyimpan dendam
Cinta seperti pepohonan
Teduh
Menaungi
Cinta seperti udara
Jernih
Menghidupkan
Cinta akan hidup
Saat hidup dengan cinta
Bersama.
MALAM INI KUSEPI SENDIRI
Malam,
Aku capek
Dekap aku dalam gelapmu
Agar hilang anganku.
Bintang,
Aku sepi
Kirim kerlipmu kesini
Temani aku dalam sunyi
Agar hilang dukaku.
Bulan,
Aku rindu
Kuingin bertemu
Obati sukmaku
Agar tenang hatiku.
Angin,
Ku ingin desirmu
Mengusir rindu
Menyibak benci
Agar nyenyak tidurku.
Malam,
Bangunkan aku
Agar bisa bersama sepi
Menghias hari-hari
Dalam doa abadi
Aku capek
Dekap aku dalam gelapmu
Agar hilang anganku.
Bintang,
Aku sepi
Kirim kerlipmu kesini
Temani aku dalam sunyi
Agar hilang dukaku.
Bulan,
Aku rindu
Kuingin bertemu
Obati sukmaku
Agar tenang hatiku.
Angin,
Ku ingin desirmu
Mengusir rindu
Menyibak benci
Agar nyenyak tidurku.
Malam,
Bangunkan aku
Agar bisa bersama sepi
Menghias hari-hari
Dalam doa abadi
Senin, Januari 05, 2009
Cinta dan Jihad
Penulis : Nicco Elqassam
KotaSantri.com : Ya Rabb,
Sungguh Maha Sempurnanya Engkau
Yang telah menjelmakan kesempurnaan pada makhlukMu
Kesempurnaan lewat sayap-sayap kebahagiaan yang berpasangan penderitaan
Bersama satu tubuh cinta, terbang menjemput kami
Ya Rabb,
Sungguh kami sadari, bahwa sayap derita itu bukanlah derita yang sebenarnya
Tapi bagian dari cinta, satu, tak lepas
Ketika darah kami banjiri tanah jihad, itu bukanlah derita, tapi cinta
Ketika tubuh kami koyak di medan jihad, itu bukanlah derita, tapi cinta
Ketika otak kami tercerai di bumi jihad, itu bukanlah derita, tapi cinta
Karena sayap kebahagiaan tengah merengkuh kami, berurai kasih
Ya Rabb,
Semoga kami menyadarinya,
Dan mendatangi jihad, dari timur, dari barat
Mendatangi cinta dari utara, dari selatan
MendatangiMu dari penjuru-penjuru bumiMu
Walau ringan dan berat
Dengan harta dan jiwa
Ya Rabb,
Darah kami boleh kering
Tubuh kami boleh koyak
Otak kami boleh berurai
Tapi senyum kerinduan tetap ada di hati kami
Kerinduan perjumpaan denganMu
Takutlah engkau, wahai munafikun, wahai kafirun!!!
Larilah engkau, sembunyilah engkau!
Dan sungguh kami akan datang padamu
Mengantarkanmu dengan hati kami yang tenang, ke mimpimu, nerakamu
KotaSantri.com : Ya Rabb,
Sungguh Maha Sempurnanya Engkau
Yang telah menjelmakan kesempurnaan pada makhlukMu
Kesempurnaan lewat sayap-sayap kebahagiaan yang berpasangan penderitaan
Bersama satu tubuh cinta, terbang menjemput kami
Ya Rabb,
Sungguh kami sadari, bahwa sayap derita itu bukanlah derita yang sebenarnya
Tapi bagian dari cinta, satu, tak lepas
Ketika darah kami banjiri tanah jihad, itu bukanlah derita, tapi cinta
Ketika tubuh kami koyak di medan jihad, itu bukanlah derita, tapi cinta
Ketika otak kami tercerai di bumi jihad, itu bukanlah derita, tapi cinta
Karena sayap kebahagiaan tengah merengkuh kami, berurai kasih
Ya Rabb,
Semoga kami menyadarinya,
Dan mendatangi jihad, dari timur, dari barat
Mendatangi cinta dari utara, dari selatan
MendatangiMu dari penjuru-penjuru bumiMu
Walau ringan dan berat
Dengan harta dan jiwa
Ya Rabb,
Darah kami boleh kering
Tubuh kami boleh koyak
Otak kami boleh berurai
Tapi senyum kerinduan tetap ada di hati kami
Kerinduan perjumpaan denganMu
Takutlah engkau, wahai munafikun, wahai kafirun!!!
Larilah engkau, sembunyilah engkau!
Dan sungguh kami akan datang padamu
Mengantarkanmu dengan hati kami yang tenang, ke mimpimu, nerakamu
Jihad yang Hilang: Cinta dalam Islam
oleh G. Willow Wilson
Kairo - "Di jantung semua makhluklah terletak sumber kehancuran mereka," tulis penulis Mesir Adhaf Soueif dalam novelnya, The Map of Love. Ia menuruti kata hatinya dalam sebuah penyimpangan yang ditulis dengan sangat indah dari tatabahasa Arab, dengan membandingkan kata-kata yang berasal dari akar yang sama: dalam hal ini, qalb, "jantung"; dan enqilab, "kehancuran". Pada tingkat ini, tempat hubungan antara makna dan bangunannya jelas terlihat, bahasa Arab menjadi sebuah bahasa yang luar biasa, menautkan konsep dan gagasan yang dalam bahasa Inggris sama sekali tak berhubungan.
Terlepas dari rentang dan kegunaan konseptualnya yang besar, yang disediakan oleh akar dan pola sistem bahasa tersebut, ada sebuah anggapan umum di kalangan bukan pengguna bahwa bahasa Arab – dan karenanya, Islam – tidak memiliki kata yang sebanding dengan agapé, sebuah istilah Yunani yang digunakan umat Kristen untuk memaknai cinta tak berbatas, yang penuh pengorbanan diri antara orang-orang beriman, atau antara seorang beriman dengan Tuhan. Kata tersebut memiliki gairah lebih besar daripada filia, namun tidak sejelas eros, agapé adalah cinta yang tidak memiliki pengharapan, yang di dalamnya seorang pecinta direndahkan dan didisiplinkan sebelum dicintai. Sebuah pencarian Google bagi kata “agapé” dan “Islam” menghasilkan ratusan situs yang mengatakan bahwa istilah tersebut tidak ditemukan dalam bahasa Arab, dan menggambarkan Islam sebagai agama yang dingin dan tidak berperasaan karena ketiadaan kata tersebut.
Selama bertahun-tahun, Muslim Sufi telah merujuk kepada berbagai kata yang romantik dalam bahasa Arab bagi cinta dan membuat kata-kata itu berfungsi sebagai sebuah gagasan yang sangat serupa dengan agapé. Puisi Sufi yang berasal dari abad ke-10 dan ke-11, mengilhami budaya troubadour dan gagasan-gagasan cinta penuh kesantunan yang berkembang di kerajaan-kerajaan abad pertengahan di selatan Prancis, Navarre, dan Aragonne; salah satu perkembangan artistik positif yang muncul dari hubungan antara orang Eropa Kristen dan Timur Dekat Muslim selama Perang Salib. Tetapi banyak dari para pemikir terbesar Sufi, termasuk al Ghazali, sesungguhnya dipengaruhi oleh gagasan-gagasan Platonik, Neoplatonik, dan Kristen Gnostik tentang cinta, tetap terpelihara di Timur Tengah abad pertengahan karena penerjemahan tulisan-tulisan berbahasa Yunani, Romawi, dan Bizantium ke dalam bahasa Arab dan Persia. Pertanyaan yang tersisa adalah: kita mengetahui Nabi Muhammad menginginkan umat Muslim untuk mencintai dan melayani Tuhan, tetapi adakah ia menginginkan mereka saling cinta-mencintai dengan Tuhan – dan mencerminkan cinta dan pengabdian ini satu sama lain?
Sederhananya, jawabannya adalah ya. Walapun ia secara klasik telah diabaikan oleh para pengecam Islam, ada sebuah kata bagi agapé dalam bahasa Arab. Ia membawa konotasi “ketakterbatasan” abstrak yang sama seperti kata Yunani tesebut, dan digunakan dalam konteks yang sama. Terlebih lagi, kata tersebut sepenuhnya asli; tidak dipinjam, disesuaikan, atau diserap dari bahasa lain. Kata bahasa Arab bagi agapé adalah mahubba, dan kata tersebut sangat menarik karena dua alasan: satu, karena ia berasal dari hub – dalam bentuk femininnya – yang berarti cinta. Dua, karena awalan ‘ma’. Penambahan huruf mim di awal sebuah kata dalam bahasa Arab berarti "orang yang melakukan/sedang melakukan", "yang melakukan/sedang melakukan ", atau "dalam suatu keadaan" dari kata yang mengikutinya. Junun berarti gila, dan majnun berarti "orang gila" atau "dalam keadaan gila"; baraka berarti rahmat, dan mubarak adalah "orang yang dirahmati" atau "dalam keadaan penuh kerahmatan ".
Karena itu, mahubba secara harfiah berarti “dalam cinta”, tetapi jarang digunakan dalam pengertian erotik. Ia dapat menggambarkan cinta di antara sesama manusia atau cinta kepada ilahi, dan paling sering digunakan dalam konteks spiritual untuk kedua hal tersebut. Kandungan implisit dalam mahubba adalah pengabdian; seorang pecinta menempatkan yang dicintainya di tengah wacana, dan berserah kepada tuntutan-tuntutannya. Penulis Fethullah Gulen menggambarkan mahubba sebagai "kepatuhan, kepasrahan, dan penyerahan tanpa syarat" kepada yang dicintai, dengan mengutip bait-bait Sufi Rabi'a al-Adawiya, "Jika engkau jujur dalam cintamu, engkau akan mematuhi-Nya, karena seorang pecinta taat kepada yang dicintainya."
Sekali lagi, walaupun gagasan mahubba disebarkan terutama oleh tokoh-tokoh Sufi selama berabad-abad, kata dan konsep tersebut sesungguhnya berakar dalam tradisi Islam arus utama: Al Qur'an ayat 3:31 kadang disebut 'ayat ul'mahubba', dan berbunyi: "Katakanlah, jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikuti aku, dan niscaya Allah akan mengasihimu." Sebuah hadits qudsi (Perkataan Tuhan yang disampaikan kembali oleh Nabi Muhammad) yang diikutsetakan dalam kumpulan hadits susunan Imam Malik bahkan lebih jelas lagi: "Tuhan berkata, 'Cinta-Ku [mahubbati] hanya dimiliki mereka yang saling mencintai satu sama lain [mutahubinna] demi Aku, duduk bersama demi Aku, saling mengunjungi demi Aku, dan beramal dengan murah hati kepada satu sama lain karena Aku."
Mahubba berbeda dari agapé adalah satu hal yang sangat penting: karena melayani dan mendekati yang dicintai merupakan sebuah bentuk dari perjuangan pribadi yang terus berkelanjutan, mahubba adalah sebuah bentuk dari jihad. Jauh dari "jihad kecil" penuh kekerasan dan sembarangan yang dikhotbahkan oleh para militan, mahubba adalah sebentuk jihad yang lebih besar, atau jihad melawan nafsu kita sendiri. Adhaf Soueif benar kiranya: di jantung semua makhluk terdapat sumber kejatuhan mereka. Perjuangan melayani Tuhan, dan sesama umat manusia, karena cinta, merupakan jihad potensi kemanusiaan melawan jihad dari ideologi kekerasan. Jika dihidupkan lagi, ia memiliki kekuatan mengubah dunia.
Kairo - "Di jantung semua makhluklah terletak sumber kehancuran mereka," tulis penulis Mesir Adhaf Soueif dalam novelnya, The Map of Love. Ia menuruti kata hatinya dalam sebuah penyimpangan yang ditulis dengan sangat indah dari tatabahasa Arab, dengan membandingkan kata-kata yang berasal dari akar yang sama: dalam hal ini, qalb, "jantung"; dan enqilab, "kehancuran". Pada tingkat ini, tempat hubungan antara makna dan bangunannya jelas terlihat, bahasa Arab menjadi sebuah bahasa yang luar biasa, menautkan konsep dan gagasan yang dalam bahasa Inggris sama sekali tak berhubungan.
Terlepas dari rentang dan kegunaan konseptualnya yang besar, yang disediakan oleh akar dan pola sistem bahasa tersebut, ada sebuah anggapan umum di kalangan bukan pengguna bahwa bahasa Arab – dan karenanya, Islam – tidak memiliki kata yang sebanding dengan agapé, sebuah istilah Yunani yang digunakan umat Kristen untuk memaknai cinta tak berbatas, yang penuh pengorbanan diri antara orang-orang beriman, atau antara seorang beriman dengan Tuhan. Kata tersebut memiliki gairah lebih besar daripada filia, namun tidak sejelas eros, agapé adalah cinta yang tidak memiliki pengharapan, yang di dalamnya seorang pecinta direndahkan dan didisiplinkan sebelum dicintai. Sebuah pencarian Google bagi kata “agapé” dan “Islam” menghasilkan ratusan situs yang mengatakan bahwa istilah tersebut tidak ditemukan dalam bahasa Arab, dan menggambarkan Islam sebagai agama yang dingin dan tidak berperasaan karena ketiadaan kata tersebut.
Selama bertahun-tahun, Muslim Sufi telah merujuk kepada berbagai kata yang romantik dalam bahasa Arab bagi cinta dan membuat kata-kata itu berfungsi sebagai sebuah gagasan yang sangat serupa dengan agapé. Puisi Sufi yang berasal dari abad ke-10 dan ke-11, mengilhami budaya troubadour dan gagasan-gagasan cinta penuh kesantunan yang berkembang di kerajaan-kerajaan abad pertengahan di selatan Prancis, Navarre, dan Aragonne; salah satu perkembangan artistik positif yang muncul dari hubungan antara orang Eropa Kristen dan Timur Dekat Muslim selama Perang Salib. Tetapi banyak dari para pemikir terbesar Sufi, termasuk al Ghazali, sesungguhnya dipengaruhi oleh gagasan-gagasan Platonik, Neoplatonik, dan Kristen Gnostik tentang cinta, tetap terpelihara di Timur Tengah abad pertengahan karena penerjemahan tulisan-tulisan berbahasa Yunani, Romawi, dan Bizantium ke dalam bahasa Arab dan Persia. Pertanyaan yang tersisa adalah: kita mengetahui Nabi Muhammad menginginkan umat Muslim untuk mencintai dan melayani Tuhan, tetapi adakah ia menginginkan mereka saling cinta-mencintai dengan Tuhan – dan mencerminkan cinta dan pengabdian ini satu sama lain?
Sederhananya, jawabannya adalah ya. Walapun ia secara klasik telah diabaikan oleh para pengecam Islam, ada sebuah kata bagi agapé dalam bahasa Arab. Ia membawa konotasi “ketakterbatasan” abstrak yang sama seperti kata Yunani tesebut, dan digunakan dalam konteks yang sama. Terlebih lagi, kata tersebut sepenuhnya asli; tidak dipinjam, disesuaikan, atau diserap dari bahasa lain. Kata bahasa Arab bagi agapé adalah mahubba, dan kata tersebut sangat menarik karena dua alasan: satu, karena ia berasal dari hub – dalam bentuk femininnya – yang berarti cinta. Dua, karena awalan ‘ma’. Penambahan huruf mim di awal sebuah kata dalam bahasa Arab berarti "orang yang melakukan/sedang melakukan", "yang melakukan/sedang melakukan ", atau "dalam suatu keadaan" dari kata yang mengikutinya. Junun berarti gila, dan majnun berarti "orang gila" atau "dalam keadaan gila"; baraka berarti rahmat, dan mubarak adalah "orang yang dirahmati" atau "dalam keadaan penuh kerahmatan ".
Karena itu, mahubba secara harfiah berarti “dalam cinta”, tetapi jarang digunakan dalam pengertian erotik. Ia dapat menggambarkan cinta di antara sesama manusia atau cinta kepada ilahi, dan paling sering digunakan dalam konteks spiritual untuk kedua hal tersebut. Kandungan implisit dalam mahubba adalah pengabdian; seorang pecinta menempatkan yang dicintainya di tengah wacana, dan berserah kepada tuntutan-tuntutannya. Penulis Fethullah Gulen menggambarkan mahubba sebagai "kepatuhan, kepasrahan, dan penyerahan tanpa syarat" kepada yang dicintai, dengan mengutip bait-bait Sufi Rabi'a al-Adawiya, "Jika engkau jujur dalam cintamu, engkau akan mematuhi-Nya, karena seorang pecinta taat kepada yang dicintainya."
Sekali lagi, walaupun gagasan mahubba disebarkan terutama oleh tokoh-tokoh Sufi selama berabad-abad, kata dan konsep tersebut sesungguhnya berakar dalam tradisi Islam arus utama: Al Qur'an ayat 3:31 kadang disebut 'ayat ul'mahubba', dan berbunyi: "Katakanlah, jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikuti aku, dan niscaya Allah akan mengasihimu." Sebuah hadits qudsi (Perkataan Tuhan yang disampaikan kembali oleh Nabi Muhammad) yang diikutsetakan dalam kumpulan hadits susunan Imam Malik bahkan lebih jelas lagi: "Tuhan berkata, 'Cinta-Ku [mahubbati] hanya dimiliki mereka yang saling mencintai satu sama lain [mutahubinna] demi Aku, duduk bersama demi Aku, saling mengunjungi demi Aku, dan beramal dengan murah hati kepada satu sama lain karena Aku."
Mahubba berbeda dari agapé adalah satu hal yang sangat penting: karena melayani dan mendekati yang dicintai merupakan sebuah bentuk dari perjuangan pribadi yang terus berkelanjutan, mahubba adalah sebuah bentuk dari jihad. Jauh dari "jihad kecil" penuh kekerasan dan sembarangan yang dikhotbahkan oleh para militan, mahubba adalah sebentuk jihad yang lebih besar, atau jihad melawan nafsu kita sendiri. Adhaf Soueif benar kiranya: di jantung semua makhluk terdapat sumber kejatuhan mereka. Perjuangan melayani Tuhan, dan sesama umat manusia, karena cinta, merupakan jihad potensi kemanusiaan melawan jihad dari ideologi kekerasan. Jika dihidupkan lagi, ia memiliki kekuatan mengubah dunia.
Mengendalikan Cinta dengan Jihad
Pernahkah Anda merasa bahwa apa yang sedang Anda lakukan itu salah tapi masih juga dilakukan? Pendeknya, sudah tahu keliru tapi terus saja maju.
Itulah yang dialami seorang teman saya. Orangnya cerdas dan kini dia mendapat beasiswa untuk belajar di sebuah perguruan tinggi pendidikan agama terkenal di luar negeri. Kepiawaiannya sangat diakui rekan dan para dosennya. Bahkan karya tulisnya mengenai agama menghiasi majalah dan surat kabar. Namun dia mengeluh kepada saya, bahwa saat ini dia tak bisa konsentrasi belajar karena memikirkan hubungan cinta jarak jauhnya. Ya, dia tengah menjalin cinta dengan seseorang yang sedang studi juga di negara lain sejak beberapa bulan ini. Benang-benang asmara terajut lewat email, chatting, dan SMS, nyaris setiap hari. Ada saja hal-hal yang saling dicurhatkan dan dilaporkan. Masya Allah!
Namun, konflik batin terus menggelayuti hati dan pikiran teman saya itu. Betapa tidak, dia tahu bahwa semua itu mengganggu konsentrasi belajarnya, apalagi saat ini dia sedang mempersiapkan ujian akhirnya. Terbayang jika gagal, maka orang tua yang siang malam mendoakannya pasti akan kecewa. Lebih-lebih lagi, dia juga paham bahwa apa yang mereka lakukan selama ini adalah dosa yang bisa dikategorikan sebagai zina hati. Dia juga mengerti bahwa itu semua bisa terjadi karena godaan syaithan la’natullah, yang makin menggila kala imannya sedang lemah. Namun apa daya, dia merasa tidak sanggup melawan arus deras godaan cinta itu. Dia merasa terus terhanyut oleh buaian syaithan yang kali ini seakan berwajah manis. Bayangan sang kekasih sungguh sulit untuk dihapuskan. Pikirannya yang cerdas dan pengetahuan yang luas mengenai syariat Islam seakan berubah menjadi tumpul kala digunakan untuk mengatasi konflik batin ini.
****
Alhamdulillah, suatu saat dia mendatangi majelis taklim dan mendengar lantunan firman Allah SWT: “Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya syaithan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS Fathir: 6). Suara hafidz yang tartil itu sungguh merasuk dalam qalbunya dan menjadi media penghantar Nur Hidayah-Nya.
“Jihad...!!!” teriaknya tanpa sadar.
Benar sekali, jihadun nafs (jihad melawan hawa nafsu diri-sendiri) dan jihadusy syaithan (jihad melawan syaithan). Dua istilah yang intinya satu yakni jihad ini menggetarkan hati dan pikirannya. Teringat tausyiah salah seorang gurunya: “Kata Al-Jihad di-kasrah huruf jim secara bahasa bermakna kesulitan, kesukaran, kepayahan. Sedangkan secara syar’i bermakna mencurahkan segala kemampuan dalam memerangi musuh, khususnya orang-orang kafir.”
Kuncinya adalah “Mengerahkan segala kemampuan, baik materi atau bahkan nyawa kita, untuk membela agama Allah dan melawan musuh Allah dan Rasul-Nya”. Jadi, jika usaha kita biasa-biasa saja atau sambil lalu belumlah dikatakan sebagai jihad.
Menurut Ibnul Qayyim ra., jihadun nafs adalah jihad seorang hamba untuk menundukkan dirinya dalam ketaatan kepada Allah SWT, dengan melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, serta memerangi diri sendiri di jalan Allah. Sedangkan jihadusy syaithan ada dua tingkatan, pertama berjihad untuk menghalau segala sesuatu yang dilontarkan syaithan pada manusia berupa syubhat dan keraguan yang dapat membahayakan perkara iman. Orang yang mampu mengerjakannya akan membuahkan keyakinan. Kedua, berjihad untuk menghalau segala apa yang dilemparkan syaithan berupa kehendak buruk dan syahwat. Orang yang mampu melakukannya akan membuahkan kesabaran. Sabar akan menolak syahwat dan kehendak buruk, keyakinan akan menolak keraguan dan syubhat.
Dua jenis jihad inilah yang perlu kita lakukan terlebih dahulu sebelum jihadul kuffar (jihad melawan orang kafir yang menyerang aqidah Islam) dan jihadul munafiqin (jihad melawan orang munafiq yang yang menyerang aqidah Islam).
****
“Jadi... tunggu apa lagi”, pikir teman saya itu, “Musuh sudah jelas walaupun tidak tampak, yaitu syaithan. Jalan sudah ada, yaitu jihad. Saya akan mulai dengan berniat lilLaahi Ta’ala, sebab amal perbuatan akan sia-sia di mata Allah jika tidak dilandasi dengan niat yang benar, Innamal a’malu bin niyyaat”. Beberapa program jihadun nafs dan jihadusy syaithan dia canangkan dan dia jalankan dengan penuh kesungguhan dan keyakinan. Genderang perang melawan hawa nafsu dan syaithan ditabuhnya dengan menggelegar. Hatinya ikhlas, jika memang sang kekasihnya itu adalah jodohnya, Insya Allah akan dipertemukan dengannya dalam pernikahan yang syar’i.
Untuk mewujudkannya, tidak perlu komunikasi hotline 24 jam sehari dengan sang kekasih seperti yang sudah-sudah. Yang penting, amanah belajar harus dituntaskan dulu. Namun dalam masa belajar ini, adalah rugi di mata Allah jika hanya mempelajari pengetahuan duniawi tanpa mendasarinya dengan pengetahuan ukhrawi. Oleh sebab itu, jika suatu saat dia akan mengajak kekasihnya untuk menikah maka diniatkan sebagai ajakan untuk beribadah.
Jika godaan nafsu datang, dia hadapi dengan memperbanyak puasa, istighfar, dan zikir. Untuk meneguhkan hati dan fisiknya, dia perbanyak tilawatil Qur’an dan Qiyamul Lail. Jika ada perkara meragukan, apakah tergolong kebaikan atau justru keburukan, dia ingat sabda Rasulullah SAW: “Kebaikan itu adalah akhlaq yang baik. Dan dosa adalah apa-apa yang meragukan jiwamu dan engkau tidak suka dilihat orang lain dalam melakukan hal itu.” (HR Muslim).
Teman saya itu senyum-senyum kecut jika ingat apa saja yang pernah dia lakukan selama ini. Kebodohan atau kekurang pengetahuannya memang berbuah kejahilan; menjahili apa-apa yang menjadi ketentuan Allah SWT, yaitu: apa yang disuruh-Nya dilalaikan, apa yang dilarang-Nya justru dijalankan sebaik-baiknya. Astaghfirullah...
Kini teman saya sangat bahagia karena merasa tidak dibiarkan oleh Allah SWT bergelimang dalam kesesatan dan maksiat. Ia merasa sangat bersyukur karena telah mendapat taufiq dan hidayah-Nya dalam mengendalikan cintanya dengan jihad.
Itulah yang dialami seorang teman saya. Orangnya cerdas dan kini dia mendapat beasiswa untuk belajar di sebuah perguruan tinggi pendidikan agama terkenal di luar negeri. Kepiawaiannya sangat diakui rekan dan para dosennya. Bahkan karya tulisnya mengenai agama menghiasi majalah dan surat kabar. Namun dia mengeluh kepada saya, bahwa saat ini dia tak bisa konsentrasi belajar karena memikirkan hubungan cinta jarak jauhnya. Ya, dia tengah menjalin cinta dengan seseorang yang sedang studi juga di negara lain sejak beberapa bulan ini. Benang-benang asmara terajut lewat email, chatting, dan SMS, nyaris setiap hari. Ada saja hal-hal yang saling dicurhatkan dan dilaporkan. Masya Allah!
Namun, konflik batin terus menggelayuti hati dan pikiran teman saya itu. Betapa tidak, dia tahu bahwa semua itu mengganggu konsentrasi belajarnya, apalagi saat ini dia sedang mempersiapkan ujian akhirnya. Terbayang jika gagal, maka orang tua yang siang malam mendoakannya pasti akan kecewa. Lebih-lebih lagi, dia juga paham bahwa apa yang mereka lakukan selama ini adalah dosa yang bisa dikategorikan sebagai zina hati. Dia juga mengerti bahwa itu semua bisa terjadi karena godaan syaithan la’natullah, yang makin menggila kala imannya sedang lemah. Namun apa daya, dia merasa tidak sanggup melawan arus deras godaan cinta itu. Dia merasa terus terhanyut oleh buaian syaithan yang kali ini seakan berwajah manis. Bayangan sang kekasih sungguh sulit untuk dihapuskan. Pikirannya yang cerdas dan pengetahuan yang luas mengenai syariat Islam seakan berubah menjadi tumpul kala digunakan untuk mengatasi konflik batin ini.
****
Alhamdulillah, suatu saat dia mendatangi majelis taklim dan mendengar lantunan firman Allah SWT: “Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya syaithan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS Fathir: 6). Suara hafidz yang tartil itu sungguh merasuk dalam qalbunya dan menjadi media penghantar Nur Hidayah-Nya.
“Jihad...!!!” teriaknya tanpa sadar.
Benar sekali, jihadun nafs (jihad melawan hawa nafsu diri-sendiri) dan jihadusy syaithan (jihad melawan syaithan). Dua istilah yang intinya satu yakni jihad ini menggetarkan hati dan pikirannya. Teringat tausyiah salah seorang gurunya: “Kata Al-Jihad di-kasrah huruf jim secara bahasa bermakna kesulitan, kesukaran, kepayahan. Sedangkan secara syar’i bermakna mencurahkan segala kemampuan dalam memerangi musuh, khususnya orang-orang kafir.”
Kuncinya adalah “Mengerahkan segala kemampuan, baik materi atau bahkan nyawa kita, untuk membela agama Allah dan melawan musuh Allah dan Rasul-Nya”. Jadi, jika usaha kita biasa-biasa saja atau sambil lalu belumlah dikatakan sebagai jihad.
Menurut Ibnul Qayyim ra., jihadun nafs adalah jihad seorang hamba untuk menundukkan dirinya dalam ketaatan kepada Allah SWT, dengan melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, serta memerangi diri sendiri di jalan Allah. Sedangkan jihadusy syaithan ada dua tingkatan, pertama berjihad untuk menghalau segala sesuatu yang dilontarkan syaithan pada manusia berupa syubhat dan keraguan yang dapat membahayakan perkara iman. Orang yang mampu mengerjakannya akan membuahkan keyakinan. Kedua, berjihad untuk menghalau segala apa yang dilemparkan syaithan berupa kehendak buruk dan syahwat. Orang yang mampu melakukannya akan membuahkan kesabaran. Sabar akan menolak syahwat dan kehendak buruk, keyakinan akan menolak keraguan dan syubhat.
Dua jenis jihad inilah yang perlu kita lakukan terlebih dahulu sebelum jihadul kuffar (jihad melawan orang kafir yang menyerang aqidah Islam) dan jihadul munafiqin (jihad melawan orang munafiq yang yang menyerang aqidah Islam).
****
“Jadi... tunggu apa lagi”, pikir teman saya itu, “Musuh sudah jelas walaupun tidak tampak, yaitu syaithan. Jalan sudah ada, yaitu jihad. Saya akan mulai dengan berniat lilLaahi Ta’ala, sebab amal perbuatan akan sia-sia di mata Allah jika tidak dilandasi dengan niat yang benar, Innamal a’malu bin niyyaat”. Beberapa program jihadun nafs dan jihadusy syaithan dia canangkan dan dia jalankan dengan penuh kesungguhan dan keyakinan. Genderang perang melawan hawa nafsu dan syaithan ditabuhnya dengan menggelegar. Hatinya ikhlas, jika memang sang kekasihnya itu adalah jodohnya, Insya Allah akan dipertemukan dengannya dalam pernikahan yang syar’i.
Untuk mewujudkannya, tidak perlu komunikasi hotline 24 jam sehari dengan sang kekasih seperti yang sudah-sudah. Yang penting, amanah belajar harus dituntaskan dulu. Namun dalam masa belajar ini, adalah rugi di mata Allah jika hanya mempelajari pengetahuan duniawi tanpa mendasarinya dengan pengetahuan ukhrawi. Oleh sebab itu, jika suatu saat dia akan mengajak kekasihnya untuk menikah maka diniatkan sebagai ajakan untuk beribadah.
Jika godaan nafsu datang, dia hadapi dengan memperbanyak puasa, istighfar, dan zikir. Untuk meneguhkan hati dan fisiknya, dia perbanyak tilawatil Qur’an dan Qiyamul Lail. Jika ada perkara meragukan, apakah tergolong kebaikan atau justru keburukan, dia ingat sabda Rasulullah SAW: “Kebaikan itu adalah akhlaq yang baik. Dan dosa adalah apa-apa yang meragukan jiwamu dan engkau tidak suka dilihat orang lain dalam melakukan hal itu.” (HR Muslim).
Teman saya itu senyum-senyum kecut jika ingat apa saja yang pernah dia lakukan selama ini. Kebodohan atau kekurang pengetahuannya memang berbuah kejahilan; menjahili apa-apa yang menjadi ketentuan Allah SWT, yaitu: apa yang disuruh-Nya dilalaikan, apa yang dilarang-Nya justru dijalankan sebaik-baiknya. Astaghfirullah...
Kini teman saya sangat bahagia karena merasa tidak dibiarkan oleh Allah SWT bergelimang dalam kesesatan dan maksiat. Ia merasa sangat bersyukur karena telah mendapat taufiq dan hidayah-Nya dalam mengendalikan cintanya dengan jihad.
Palestina Menyapa Cinta
Seribu Cinta untuk Palestina (dari buku “Merah di Jenin”)
(salah satu cerpen dalam buku Merah di Jenin; Kado Cinta untuk Palestina)
Jazimah al-Muhyi
“Mau ke mana, De?”
“Aksi.”
“Demonstrasi apalagi?”
“Solidaritas Palestina.”
“Emangnya di Palestina ada apa?”
Ade mengikat tali sepatunya dengan lebih kuat. Mukanya terangkat.
“Israel mengepung Al-Aqsho. Mereka membantai wanita dan anak-anak tak berdaya. Di Nablus, Jenin, dan banyak tempat lagi.”
“Trus, kita mau ngapain, De? Itu kan urusan mereka. Emang dari dulu Israel dan Palestina itu kan kerjaannya perang dan perang saja. Mungkin saja dua negara itu memang ditakdirkan begitu.”
“Mbak Rora, Islam itu satu tubuh. Kali ini Israel membabi buta. Kecaman dari banyak negara tidak dihiraukan sama sekali.”
“Di mana-mana hal semacam itu kan banyak terjadi. Bahkan di negeri kita sendiri, perang saudara terus-menerus ada. Mungkin saja sudah watak orang zaman sekarang hobinya perang. Untuk apa sih buang-buang energi dengan memikirkan Palestina yang jauh dari jangkauan. Sepertinya kita ini kurang kerjaan saja.”
“Palestina milik umat Islam sedunia. Tanah wakaf itu simbol supremasi dan harga diri kaum Muslimin. Al-Aqsho pernah menjadi kiblat sholat sebelum Ka’bah. Banyak sahabat Rosululloh yang wafat dan dimakamkan di sana.”
“Tapi masalah di dalam negeri juga tak kurang banyak untuk dipikirkan, bukan? Krisis moneter, banjir, konflik SARA. Buat apa kita susah-susah….”
“Terserah apa kata mbak sajalah. Ade berangkat dulu. Assalamu’alaikum….”
Ade segera berangkat pergi. Membuka handel pintu dengan cepat, menutupnya, membuka pagar, menutupnya, lantas berjalan cepat menuju jalan raya. Melayani debat dengan Mbak Rora seringkali hanya membuang energi, sia-sia tanpa guna. Dari Ustadz Umar, Ade pernah belajar bahwa tabi’in Muhammad bin Wasi’ pernah berpesan agar menghindari memperpanjang perdebatan yang sia-sia. Karena jenis perdebatan seperti itu tidak akan mendatangkan kebaikan justru malah mengeraskan hati, mengeruhkan jiwa, mengacaukan kedamaian kalbu.
* * *
“Yahudi la’natullah!”
“Amerika la’natullah!”
“Mujahidin habiballah!”
Dengan tangan terkepal, teracung ke udara, para peserta aksi solidaritas Palestina terus mengumandangkan takbir, tahlil. Alam pun turut berduka.Angin melambatkan gerakannya. Langit cerah meredupkan panasnya. Awan-awan bergelantungan melindungi para peserta dari teriknya matahari.
Ade meneteskan air mata. Betapa biadab Israel! Bahkan biarawan-biarawati turut terbunuh. Seorang pastur asal Amerika pun ikut jadi korban. Meski itu tentu saja belum seberapa bila dibandingkan dengan jumlah korban dari rakyat Muslim Palestina yang mencapai ratusan.
Mata dunia terbuka. Paus di Vatikan Roma mulai bersuara. Negara-negara yang sebenarnya budak Amerika pun berani beramai-ramai mengeluarkan pernyataan mengutuk Israel. Kekejian bangsa kera itu memang sudah tidak bisa ditolerir lagi.
“Allohu akbar!”
Peserta aksi berteriak dengan suara penuh. Tetap semangat meski peluh berleleran membasahi wajah, mengalir di sekujur tubuh.
“Mending tidur di rumah, Dik!”
“Kasihan, cantik-cantik disuruh lari-lari panas begini. Nanti item, lho.”
Beragam komentar bersahutan terdengar saat beberapa korlap (koordinator lapangan) mengomando seluruh peserta aksi untuk berlari-lari kecil dengan tujuan agar kemacetan di jalan raya bisa diminimalisasi. Orang-orang di sepanjang jalan seperti mendapat tontonan gratis. Komentar terus mengalir. Beberapa di antaranya dibarengi dengan tawa mengejek.
Biarlah. Kebenaran harus ditegakkan! Kebenaran harus ditampakkan! Opini publik harus diluruskan. Aksi solidaritas merupakan salah satu cara. Bagaimanapun, Yahudilah yang menguasai sebagian besar pusat informasi dunia.
* * *
“Qunut nazilah di tiap sholat lima waktu kita. Semoga saudara-saudara di Palestina tetap istiqomah agar bisa meraih gelar syahid, agar khusnul khotimah. Wamakaruu wamakarallah. Wallahu khairul maakirin. Orang-orang kafir boleh saja bangga dengan makar-makar yang mereka rancang, namun Allah Yang Maha Perkasa pasti akan membalas makar-makar mereka.”
Kajian siang di kost Melati berakhir. Para muslimah yang mengikuti kajian pun bergantian mohon diri. Ade, sang mentor, melepas kepulangan adik-adik binaannya dengan senyum cerah sampai di gerbang.
“Palestina lagi, Palestina lagi. Kok ya nggak ada bosannya!”
Ade tidak merasa perlu untuk menanggapi. Dia hafal betul warna suara itu. Dengan merebahkan diri di kasur, disetelnya kaset. Tak lama berselang, mengalunlah nasyid Izzatul Islam yang menggelorakan semangat.
Mengapa kau patahkan pedangmu, hingga musuh mampu membobol bentengmu. Menjarah, menindas, dan menyiksa. Dan kita hanya diam sekadar terpana.
Ade tersentak. Ya, kenapa hanya sekadar terpana. Sungguh-sungguhkah aku tidak mampu berbuat apa-apa lagi selain do’a dan mengikuti aksi solidaritras? Batin Ade bergejolak.
Komponen-komponen dalam otaknya bekerja cepat, bersinergi untuk mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang dihasilkan seketika memberi komando pada organ-organ tubuh untuk bergerak.
Tangannya terampil menggunting dan mengelem kertas karton. Diambilnya spidol besar warna hitam. Dengan keseluruhan huruf kapital dia menulis, ‘DANA SOLIDARITAS MUSLIM PALESTINA’. Dipasangnya di samping televisi, ruang yang paling diminati anak-anak kost di waktu senggang atau bosan.
“Dana buat Palestina. Siapa pula yang akan menyampaikan dana itu. Aku kok nggak yakin bisa nyampai ke sana. Wartawan aja dilarang meliput, kan? Bantuan kemanusiaan dari PBB pun konon tidak bisa masuk. Wah, jangan-jangan malah buat kepentingan parpol tertentu. Lumayan kan untuk modal kampanye tahun 2004 nanti. Pantesan, getol banget mengompori segala macam aksi.”
Darah Ade serasa naik sampai ubun-ubun.
“Jangan su’udzon, Mbak Rora. Informasi yang dikuasai Yahudi boleh mengatakan apa saja. Namun, dengan pertolongan Allah, jangankan cuma orang, senjata berat pun akan masuk Palestina.”
“Benar-benar kamu sudah termakan pengaruh orang-orang sok suci, sok peduli itu, De. Hati-hati, sekarang lagi musimnya fundamentalis garis keras nyari pengikut. Habis nanti uang kamu diporotin mereka. Setelah itu….”
“Astaghfirullah, Mbak. Kenapa ngelantur begitu? Dari solidaritas Palestina kenapa disangkutpautkan sama fundamentalis. Apa hubungannya?”
“Yang perlu ditanya itu kamu. Apa hubungannya kamu sama Palestina?”
Ade berusaha mengulur kesabarannya. Entah berapa puluh kali lagi dia harus mengulang kalimat yang sama untuk mengingatkan Mbak Rora tentang urgensi ukhuwah sebagai salah satu pilar syarat bangkitnya kejayaan Islam.
“Ade cinta Palestina karena Allah. Ade akan bantu sebisa mungkin. Yahudi-Yahudi laknat itu pasti kalah, suatu saat nanti”, nada bicara Ade tegas.
“Yakin sekali ya, kamu.”
“Kenapa tidak yakin? Bukankah Allah Yang Maha Kuasa telah Mengirimkan burung-burung ababil dengan kerikil dari neraka untuk menghancurkan pasukan gajah Abrahah? Untuk apa mengaku Muslim kalau tidak yakin dengan datangnya pertolongan Allah.”
“Hebat…hebat…”, Mbak Rora bertepuk tangan. Ujung bibirnya sebelah kanan terangkat sedikit. Menyisakan garis sinis untuk dinikmati Ade.
Namun, Ade tidak menghiraukan, justru melanjutkan ucapannya.
“Islam menang adalah suatu kepastian, janji Allah pasti akan terjadi. Persoalannya, kita termasuk orang yang memperjuangkan kemenangan itu atau tidak. Atau justru kita akan menjadi orang munafik. Yang apabila datang kemenangan pada kaum Muslimin dia berkata ‘Aku bersamamu’ sedangkan jika datang kekalahan dia bilang ‘Untunglah aku tidak turut bersamamu sehingga terhindar dari celaka dan kematian’. ”
“Pintar sekali ustadzah kita berkhotbah!”
Ade tidak berniat menanggapi lagi. Adzan Asar sudah memanggil. Bergegas dia menuju kran untuk mengambil air wudhu. Mensucikan diri, mensucikan hati.
“Tidak ada kata damai untuk Israel!”
* * *
Aksi solidaritas kedua diikuti Ade. Dengan kedua tangan mengacungkan poster ‘Ariel Sharon, payah!’, Ade melangkah mantap. Jika Israel telah bertekad maju terus dengan prinsip point of no return, sejak awal perjuangan intifadha dikobarkan, seluruh mujahidin Palestina dipastikan telah menggenggam prinsip itu. Point of no return, berada pada satu titik yang tidak bisa kembali. Dasar Israel sombong, sok punya nyali! Mereka belum kenal dengan Sholahuddin Al-Ayyubi rupanya. Belum pernah mendengar kepahlawanan Muhammad Al-Fatih, sepak terjang Khalid bin Walid, kelihaian sang panglima belia Usamah bin Zaid, belum tahu kegarangan para singa Allah, Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab. Bangsa yang terkenal suka mengingkari perjanjian itu sepertinya belum pernah mendengar kisah heroik Nusaibah, keberanian Al-Khansa, keperkasaan Asma’ binti Abu Bakar. Mereka benar-benar terlalu percaya diri!
“Khaibar-khaibar ya Yahuud, ja’isyu Muhammad saufa ya’uud!“
Rasulullah yang pemaaf pun akhirnya terpaksa memberikan sanksi keras dengan mengusir seorang Yahudi atas perbuatan lancangnya membuka penutup aurat seorang muslimah di pasar.
* * *
“Bom bunuh diri . Akhirnya kok putus asa.”
“Bukan bom bunuh diri, bom syahid.”
“Apapun istilahnya, toh pada hakekatnya sama.”
“Hanya Allah yang berhak menilai segala hal yang ada di balik dada.”
“Ccck…ide gila. Mau ngirim pasukan? Sok berani betul! Bisa-bisa malah mati konyol…salah-salah malah nembakin orang Palestina sendiri. Berita apa lagi ini. Cck…cck…”
“Bila kita tidak bisa bertindak apa-apa, setidaknya jangan mencela orang-orang yang punya niatan mulia!” Ade memungut koran harian yang dibanting Mbak Rora di atas meja.
“Sebenarnya, ini bukan murni persoalan Islam-Yahudi. Paling banter politis sajalah. Yah, wajar saja kan kalau Yahudi ingin berkuasa, ingin selalu dianggap yang terbaik. Itu Cuma dampak perlawanan mereka atas ulah Hitler di masa lalu aja, kan?”
“Analisa itu tidak sepenuhnya benar, Ade kira. Apakah Hitler, si pembantai Yahudi, itu seorang Muslim? Sejarahnya, permusuhan Yahudi terhadap Islam dimulai sejak mereka tahu bahwa nabi terakhir yang mulia bukan dari bangsa mereka. Mereka sakit hati lantaran terlanjur merasa paling unggul sebagai anak Tuhan.”
“Ah, itu kan sejarah versi orang Islam. Jelaslah tiap kaum pasti ngerasa benar sendiri. Punya pikiran tuh yang luas, De, jangan sektarian, jangan sempit. Kamu sebagai mahasiswa harus bisa berpikir global, universal, bisa menghormati setiap paham yang ada di muka bumi ini. Menurutku, obsesi yang dipunyai Yahudi itu wajar aja. Apa ingin jadi yang terbaik itu satu kesalahan?”
“Tentu saja tidak jika upaya untuk mencapai keinginan itu dilakukan dengan cara-cara yang fair. Tidak dengan menginjak-injak hak orang lain, memberangus kebebasan beribadah, mengebiri martabat kemanusiaan, dan bahkan menganggap bangsa lain sebagai budak.”
“Memangnya Yahudi sudah berbuat apa?”
Ade beristighfar dalam hati. Mulai lagi, mulai lagi. Biarpun Ade sudah menjelaskan berulangkali, tak pernah bosan Mbak Rora melontarkan kalimat pertanyaan itu. Salah sendiri lebih percaya berita dari kaum fasik, musyrik, dan munafik, batin Ade kesal. Baca koran saja sukanya milih koran yang sahamnya mayoritas dikuasai oleh orang-orang sekuler!
“Israel itu hanya membela diri dari serangan teroris-teroris. Apa itu salah? Apa iya orang diserang mesti diam aja. Kita mesti jujur dong melihat realitas. Kita umat Islam jangan membabibutalah kalau bikin tuduhan. Katanya rahmatan lil’alamin!”
Stok kesabaran Ade menipis drastis. Perlu suntikan ruhiyah yang besar untuk memperkuat kembali.
“Maaf, ini sudah malam. Ade mau tidur. Takut nggak bisa bangun buat qiyamullail. Kasihan saudara-saudara di Palestina kalau untuk sekadar mendo’akan mereka pun kita tidak sempat.”
“Palestina lagi, emangnya….”
Ade menulikan telinga. Pikiran dan hatinya telah benar-benar lelah. Tak sanggup lagi menghadapi debat ala Mbak Rora. Diputuskannya untuk bersegera menuju kamar. Semoga masih ada kesempatan di esok hari untuk memekarkan bunga cinta di dada, menyebarkan wanginya kepada seluruh muslimin sedunia, harap Ade. Bunga-bunga cinta yang terus bersemi di hati. Cinta yang menyala lebih terang seiring kuatnya tekanan yang dia terima. Seribu cinta untuk bumi Allah Palestina.
Jazimah al-Muhyi
“Mau ke mana, De?”
“Aksi.”
“Demonstrasi apalagi?”
“Solidaritas Palestina.”
“Emangnya di Palestina ada apa?”
Ade mengikat tali sepatunya dengan lebih kuat. Mukanya terangkat.
“Israel mengepung Al-Aqsho. Mereka membantai wanita dan anak-anak tak berdaya. Di Nablus, Jenin, dan banyak tempat lagi.”
“Trus, kita mau ngapain, De? Itu kan urusan mereka. Emang dari dulu Israel dan Palestina itu kan kerjaannya perang dan perang saja. Mungkin saja dua negara itu memang ditakdirkan begitu.”
“Mbak Rora, Islam itu satu tubuh. Kali ini Israel membabi buta. Kecaman dari banyak negara tidak dihiraukan sama sekali.”
“Di mana-mana hal semacam itu kan banyak terjadi. Bahkan di negeri kita sendiri, perang saudara terus-menerus ada. Mungkin saja sudah watak orang zaman sekarang hobinya perang. Untuk apa sih buang-buang energi dengan memikirkan Palestina yang jauh dari jangkauan. Sepertinya kita ini kurang kerjaan saja.”
“Palestina milik umat Islam sedunia. Tanah wakaf itu simbol supremasi dan harga diri kaum Muslimin. Al-Aqsho pernah menjadi kiblat sholat sebelum Ka’bah. Banyak sahabat Rosululloh yang wafat dan dimakamkan di sana.”
“Tapi masalah di dalam negeri juga tak kurang banyak untuk dipikirkan, bukan? Krisis moneter, banjir, konflik SARA. Buat apa kita susah-susah….”
“Terserah apa kata mbak sajalah. Ade berangkat dulu. Assalamu’alaikum….”
Ade segera berangkat pergi. Membuka handel pintu dengan cepat, menutupnya, membuka pagar, menutupnya, lantas berjalan cepat menuju jalan raya. Melayani debat dengan Mbak Rora seringkali hanya membuang energi, sia-sia tanpa guna. Dari Ustadz Umar, Ade pernah belajar bahwa tabi’in Muhammad bin Wasi’ pernah berpesan agar menghindari memperpanjang perdebatan yang sia-sia. Karena jenis perdebatan seperti itu tidak akan mendatangkan kebaikan justru malah mengeraskan hati, mengeruhkan jiwa, mengacaukan kedamaian kalbu.
* * *
“Yahudi la’natullah!”
“Amerika la’natullah!”
“Mujahidin habiballah!”
Dengan tangan terkepal, teracung ke udara, para peserta aksi solidaritas Palestina terus mengumandangkan takbir, tahlil. Alam pun turut berduka.Angin melambatkan gerakannya. Langit cerah meredupkan panasnya. Awan-awan bergelantungan melindungi para peserta dari teriknya matahari.
Ade meneteskan air mata. Betapa biadab Israel! Bahkan biarawan-biarawati turut terbunuh. Seorang pastur asal Amerika pun ikut jadi korban. Meski itu tentu saja belum seberapa bila dibandingkan dengan jumlah korban dari rakyat Muslim Palestina yang mencapai ratusan.
Mata dunia terbuka. Paus di Vatikan Roma mulai bersuara. Negara-negara yang sebenarnya budak Amerika pun berani beramai-ramai mengeluarkan pernyataan mengutuk Israel. Kekejian bangsa kera itu memang sudah tidak bisa ditolerir lagi.
“Allohu akbar!”
Peserta aksi berteriak dengan suara penuh. Tetap semangat meski peluh berleleran membasahi wajah, mengalir di sekujur tubuh.
“Mending tidur di rumah, Dik!”
“Kasihan, cantik-cantik disuruh lari-lari panas begini. Nanti item, lho.”
Beragam komentar bersahutan terdengar saat beberapa korlap (koordinator lapangan) mengomando seluruh peserta aksi untuk berlari-lari kecil dengan tujuan agar kemacetan di jalan raya bisa diminimalisasi. Orang-orang di sepanjang jalan seperti mendapat tontonan gratis. Komentar terus mengalir. Beberapa di antaranya dibarengi dengan tawa mengejek.
Biarlah. Kebenaran harus ditegakkan! Kebenaran harus ditampakkan! Opini publik harus diluruskan. Aksi solidaritas merupakan salah satu cara. Bagaimanapun, Yahudilah yang menguasai sebagian besar pusat informasi dunia.
* * *
“Qunut nazilah di tiap sholat lima waktu kita. Semoga saudara-saudara di Palestina tetap istiqomah agar bisa meraih gelar syahid, agar khusnul khotimah. Wamakaruu wamakarallah. Wallahu khairul maakirin. Orang-orang kafir boleh saja bangga dengan makar-makar yang mereka rancang, namun Allah Yang Maha Perkasa pasti akan membalas makar-makar mereka.”
Kajian siang di kost Melati berakhir. Para muslimah yang mengikuti kajian pun bergantian mohon diri. Ade, sang mentor, melepas kepulangan adik-adik binaannya dengan senyum cerah sampai di gerbang.
“Palestina lagi, Palestina lagi. Kok ya nggak ada bosannya!”
Ade tidak merasa perlu untuk menanggapi. Dia hafal betul warna suara itu. Dengan merebahkan diri di kasur, disetelnya kaset. Tak lama berselang, mengalunlah nasyid Izzatul Islam yang menggelorakan semangat.
Mengapa kau patahkan pedangmu, hingga musuh mampu membobol bentengmu. Menjarah, menindas, dan menyiksa. Dan kita hanya diam sekadar terpana.
Ade tersentak. Ya, kenapa hanya sekadar terpana. Sungguh-sungguhkah aku tidak mampu berbuat apa-apa lagi selain do’a dan mengikuti aksi solidaritras? Batin Ade bergejolak.
Komponen-komponen dalam otaknya bekerja cepat, bersinergi untuk mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang dihasilkan seketika memberi komando pada organ-organ tubuh untuk bergerak.
Tangannya terampil menggunting dan mengelem kertas karton. Diambilnya spidol besar warna hitam. Dengan keseluruhan huruf kapital dia menulis, ‘DANA SOLIDARITAS MUSLIM PALESTINA’. Dipasangnya di samping televisi, ruang yang paling diminati anak-anak kost di waktu senggang atau bosan.
“Dana buat Palestina. Siapa pula yang akan menyampaikan dana itu. Aku kok nggak yakin bisa nyampai ke sana. Wartawan aja dilarang meliput, kan? Bantuan kemanusiaan dari PBB pun konon tidak bisa masuk. Wah, jangan-jangan malah buat kepentingan parpol tertentu. Lumayan kan untuk modal kampanye tahun 2004 nanti. Pantesan, getol banget mengompori segala macam aksi.”
Darah Ade serasa naik sampai ubun-ubun.
“Jangan su’udzon, Mbak Rora. Informasi yang dikuasai Yahudi boleh mengatakan apa saja. Namun, dengan pertolongan Allah, jangankan cuma orang, senjata berat pun akan masuk Palestina.”
“Benar-benar kamu sudah termakan pengaruh orang-orang sok suci, sok peduli itu, De. Hati-hati, sekarang lagi musimnya fundamentalis garis keras nyari pengikut. Habis nanti uang kamu diporotin mereka. Setelah itu….”
“Astaghfirullah, Mbak. Kenapa ngelantur begitu? Dari solidaritas Palestina kenapa disangkutpautkan sama fundamentalis. Apa hubungannya?”
“Yang perlu ditanya itu kamu. Apa hubungannya kamu sama Palestina?”
Ade berusaha mengulur kesabarannya. Entah berapa puluh kali lagi dia harus mengulang kalimat yang sama untuk mengingatkan Mbak Rora tentang urgensi ukhuwah sebagai salah satu pilar syarat bangkitnya kejayaan Islam.
“Ade cinta Palestina karena Allah. Ade akan bantu sebisa mungkin. Yahudi-Yahudi laknat itu pasti kalah, suatu saat nanti”, nada bicara Ade tegas.
“Yakin sekali ya, kamu.”
“Kenapa tidak yakin? Bukankah Allah Yang Maha Kuasa telah Mengirimkan burung-burung ababil dengan kerikil dari neraka untuk menghancurkan pasukan gajah Abrahah? Untuk apa mengaku Muslim kalau tidak yakin dengan datangnya pertolongan Allah.”
“Hebat…hebat…”, Mbak Rora bertepuk tangan. Ujung bibirnya sebelah kanan terangkat sedikit. Menyisakan garis sinis untuk dinikmati Ade.
Namun, Ade tidak menghiraukan, justru melanjutkan ucapannya.
“Islam menang adalah suatu kepastian, janji Allah pasti akan terjadi. Persoalannya, kita termasuk orang yang memperjuangkan kemenangan itu atau tidak. Atau justru kita akan menjadi orang munafik. Yang apabila datang kemenangan pada kaum Muslimin dia berkata ‘Aku bersamamu’ sedangkan jika datang kekalahan dia bilang ‘Untunglah aku tidak turut bersamamu sehingga terhindar dari celaka dan kematian’. ”
“Pintar sekali ustadzah kita berkhotbah!”
Ade tidak berniat menanggapi lagi. Adzan Asar sudah memanggil. Bergegas dia menuju kran untuk mengambil air wudhu. Mensucikan diri, mensucikan hati.
“Tidak ada kata damai untuk Israel!”
* * *
Aksi solidaritas kedua diikuti Ade. Dengan kedua tangan mengacungkan poster ‘Ariel Sharon, payah!’, Ade melangkah mantap. Jika Israel telah bertekad maju terus dengan prinsip point of no return, sejak awal perjuangan intifadha dikobarkan, seluruh mujahidin Palestina dipastikan telah menggenggam prinsip itu. Point of no return, berada pada satu titik yang tidak bisa kembali. Dasar Israel sombong, sok punya nyali! Mereka belum kenal dengan Sholahuddin Al-Ayyubi rupanya. Belum pernah mendengar kepahlawanan Muhammad Al-Fatih, sepak terjang Khalid bin Walid, kelihaian sang panglima belia Usamah bin Zaid, belum tahu kegarangan para singa Allah, Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab. Bangsa yang terkenal suka mengingkari perjanjian itu sepertinya belum pernah mendengar kisah heroik Nusaibah, keberanian Al-Khansa, keperkasaan Asma’ binti Abu Bakar. Mereka benar-benar terlalu percaya diri!
“Khaibar-khaibar ya Yahuud, ja’isyu Muhammad saufa ya’uud!“
Rasulullah yang pemaaf pun akhirnya terpaksa memberikan sanksi keras dengan mengusir seorang Yahudi atas perbuatan lancangnya membuka penutup aurat seorang muslimah di pasar.
* * *
“Bom bunuh diri . Akhirnya kok putus asa.”
“Bukan bom bunuh diri, bom syahid.”
“Apapun istilahnya, toh pada hakekatnya sama.”
“Hanya Allah yang berhak menilai segala hal yang ada di balik dada.”
“Ccck…ide gila. Mau ngirim pasukan? Sok berani betul! Bisa-bisa malah mati konyol…salah-salah malah nembakin orang Palestina sendiri. Berita apa lagi ini. Cck…cck…”
“Bila kita tidak bisa bertindak apa-apa, setidaknya jangan mencela orang-orang yang punya niatan mulia!” Ade memungut koran harian yang dibanting Mbak Rora di atas meja.
“Sebenarnya, ini bukan murni persoalan Islam-Yahudi. Paling banter politis sajalah. Yah, wajar saja kan kalau Yahudi ingin berkuasa, ingin selalu dianggap yang terbaik. Itu Cuma dampak perlawanan mereka atas ulah Hitler di masa lalu aja, kan?”
“Analisa itu tidak sepenuhnya benar, Ade kira. Apakah Hitler, si pembantai Yahudi, itu seorang Muslim? Sejarahnya, permusuhan Yahudi terhadap Islam dimulai sejak mereka tahu bahwa nabi terakhir yang mulia bukan dari bangsa mereka. Mereka sakit hati lantaran terlanjur merasa paling unggul sebagai anak Tuhan.”
“Ah, itu kan sejarah versi orang Islam. Jelaslah tiap kaum pasti ngerasa benar sendiri. Punya pikiran tuh yang luas, De, jangan sektarian, jangan sempit. Kamu sebagai mahasiswa harus bisa berpikir global, universal, bisa menghormati setiap paham yang ada di muka bumi ini. Menurutku, obsesi yang dipunyai Yahudi itu wajar aja. Apa ingin jadi yang terbaik itu satu kesalahan?”
“Tentu saja tidak jika upaya untuk mencapai keinginan itu dilakukan dengan cara-cara yang fair. Tidak dengan menginjak-injak hak orang lain, memberangus kebebasan beribadah, mengebiri martabat kemanusiaan, dan bahkan menganggap bangsa lain sebagai budak.”
“Memangnya Yahudi sudah berbuat apa?”
Ade beristighfar dalam hati. Mulai lagi, mulai lagi. Biarpun Ade sudah menjelaskan berulangkali, tak pernah bosan Mbak Rora melontarkan kalimat pertanyaan itu. Salah sendiri lebih percaya berita dari kaum fasik, musyrik, dan munafik, batin Ade kesal. Baca koran saja sukanya milih koran yang sahamnya mayoritas dikuasai oleh orang-orang sekuler!
“Israel itu hanya membela diri dari serangan teroris-teroris. Apa itu salah? Apa iya orang diserang mesti diam aja. Kita mesti jujur dong melihat realitas. Kita umat Islam jangan membabibutalah kalau bikin tuduhan. Katanya rahmatan lil’alamin!”
Stok kesabaran Ade menipis drastis. Perlu suntikan ruhiyah yang besar untuk memperkuat kembali.
“Maaf, ini sudah malam. Ade mau tidur. Takut nggak bisa bangun buat qiyamullail. Kasihan saudara-saudara di Palestina kalau untuk sekadar mendo’akan mereka pun kita tidak sempat.”
“Palestina lagi, emangnya….”
Ade menulikan telinga. Pikiran dan hatinya telah benar-benar lelah. Tak sanggup lagi menghadapi debat ala Mbak Rora. Diputuskannya untuk bersegera menuju kamar. Semoga masih ada kesempatan di esok hari untuk memekarkan bunga cinta di dada, menyebarkan wanginya kepada seluruh muslimin sedunia, harap Ade. Bunga-bunga cinta yang terus bersemi di hati. Cinta yang menyala lebih terang seiring kuatnya tekanan yang dia terima. Seribu cinta untuk bumi Allah Palestina.
Cinta di Tengah Konflik Palestina
Oleh Endah Sulwesi
Juli 1948,Musim panas di Palestina. Matahari terasa lebih terik, memanggang ribuan kepala manusia yang berbondong-bondong meninggalkan kampung halaman mereka di Ardallah menuju Jericho, kota kecil di perbatasan Palestina dan Jordania. Ardallah adalah sebuah kota yang terletak 45 kilometer di barat laut Jerusalem dan 23 kilometer sebelah timur Jaffa. Ardallah merupakan salah satu kota tujuan wisata di Palestina. Setiap musim panas, populasi penduduknya meningkat seratus persen oleh kedatangan para turis dari berbagai penjuru dunia. Penduduknya hidup rukun dan damai dalam kemajemukan agama: Islam, Kristen, dan Yahudi.
Namun, itu dahulu, setahun yang lalu sebelum kaum Zionis Yahudi masuk secara paksa dan mengusir pergi warga Palestina dari tanah air mereka sendiri.
Bermula pada tanggal 29 November 1947, ketika dunia kehilangan akal sehatnya dan menyebabkan timbulnya bencana berkepanjangan bagi negeri Palestina. Hari itu, para pemimpin dunia bersama-sama melakukan ‘bunuh diri’ massal lantaran menyetujui bersama-sama resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai pembagian Palestina. Kota suci Jerusalem dan sekitarnya menjadi wilayah dan hak internasional, dan Inggris harus mengakhiri kekuasaannya pada bulan Agustus.
Resolusi tersebut didukung tak kurang oleh tiga puluh tiga negara, tiga belas menolak, dan sepuluh abstain. Sudah pasti Amerika Serikat berdiri paling depan di antara para negara pendukung. Dengan kekuasaannya, negeri yang saat itu dipimpin oleh Presiden Truman, memaksa para sekutunya dengan cara mengancam untuk ikut memberi dukungan. Bahkan negara sebesar Prancis pun tunduk pada ancaman tersebut: tak akan mendapat bantuan luar negeri lagi jika tak mendukung rencana pembagian Palestina itu.
Dan itulah awal musibah sepanjang masa bagi warga Palestina. Rakyat yang telah mendiami tanah tersebut secara turun-temurun selama berabad-abad lampau harus menyingkir, terusir dari bumi kelahiran mereka oleh pendatang baru: kaum Yahudi Zionis.
Zionisme ialah sebuah gerakan kaum Yahudi yang hendak mendirikan kembali negara Israel. Istilah ini mula-mula dipakai oleh Nathan Birnbaum alias Matthias Acher (1864-1937), seorang budayawan Yahudi. Kata “zion” sendiri bermakna “bukit”. Bagi kaum Yahudi, Zion adalah nama sebuah bukit di Jerusalem . Sejarahnya, pasca direbutnya kota itu dari orang Jebus oleh Israel di bawah kepemimpinan Raja Daud, dibangunlah sebuah istana di atas bukit tersebut. Selanjutnya, Bukit Zion menjadi tempat ibadat sekaligus pemerintahan Yahudi. Bagi orang Israel, Zion berarti tanah air mereka pada masa Palestina kuno.
Konggres Zionisme yang pertama diadakan pada 1897. Sejak itu, Zionisme mulai turut bermain di gelanggang politik. Berkat upaya para pemimpinnya, pada 1917 berhasil membujuk Inggris untuk menandatangani Deklarasi Balfour yang menjanjikan suatu negara berkebangsaan yang berdaulat kepada orang-orang Yahudi itu. Tanah yang dijanjikan itu, sesuai keputusan Kongres Zionisme 1905, adalah Palestina dan sekitarnya.
Tiga puluh tahun kemudian (1948), terwujudlah impian orang-orang Yahudi tersebut untuk memiliki tanah air sendiri, meskipun dengan cara yang sangat terkutuk: membantai jutaan orang Palestina.
Kurang lebih demikianlah sekelumit sejarah Palestina yang tertuang dalam novel On The Hills of God ini. Entah demi pertimbangan bisnis (pasar), judul tersebut diubah menjadi My Salwa My Palestine berikut judul kecilnya (ditulis dengan huruf berukuran kecil sehingga nyaris tak terperhatikan ): Di Atas Bukit Tuhan. Judul yang sudah cukup panjang itu masih dirasa belum cukup, sehingga perlu ditambah dengan sebaris kalimat “keterangan”: “Kisah Tentang Kesetiaan Pada Tuhan, Tanah Air, Dan Kemanusiaan”.
Sejatinya, My Salwa My Palestine ini adalah sebuah fiksi sejarah. Riwayat pendudukan Israel di Palestina membingkai keseluruhan kisah dalam buku ini. Melalui tokoh Yousif Safi, pemuda berusia 18 tahun, Ibrahim Fawal memberi semacam kesaksian getir tentang perang Palestina yang tak kunjung usai hingga hari ini. Perang yang tak seimbang antara Palestina (didukung oleh Mesir, Jordania, Irak, Syiria, dan Lebanon) di satu pihak berhadap-hadapan dengan Israel (dibantu Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya) di pihak lain. Perang yang sempat membuat rakyat Palestina, selaku pihak paling menderita, meragukan keberadaan Tuhan.
“Tuhan, kalau Engkau membiarkan anak-Mu sendiri dipaku dan dilukai, kalau Engkau membiarkan ia mati di kayu salib seperti seorang penjahat, tentu Engkau akan membiarkan rumah-rumah kami terbakar. Kalau begitulah cara-Mu memperlakukan anak-Mu sendiri, lalu kepada siapa lagi orang Palestina memohon perlindungan? Engkau memperlakukan kami seakan-akan kami bukan anak-anak-Mu, seakan-akan Engkau tidak mencintai kami. Engkau memperlakukan kami tidak lebih baik dibanding raja-raja dan presiden kami memperlakukan kami….” (hlm56)
Palestina yang damai dalam sekejap telah berubah menjadi ladang pembantaian. Tercatat di antaranya pembantaian paling mengerikan di Deir Yasin yang terkenal itu. Nyaris tak ada yang selamat dalam aksi biadab tersebut. Para tentara Zionis itu bukan saja menembaki kaum prianya, tetapi juga memerkosa para wanita dan membunuh anak-anak. Menyusul kemudian, setelah Inggris hengkang pada Mei 1948, desa-desa yang lain menjadi sasaran serbuan. Termasuk Ardallah, kota kecil tempat Yousif dan kekasihnya, Salwa, tinggal.
Perihal percintaan Yousif dan Salwa bukanlah merupakan kisah utama. Hanya sepercik drama kecil pelengkap cerita sesungguhnya yang jauh lebih besar: drama (tragedi) kemanusiaan yang dipungut dari medan perang paling brutal dalam sejarah.
Membaca sejarah yang dituturkan lewat sebuah karya fiksi tentu jauh lebih menyenangkan ketimbang mengetahuinya melalui buku-buku sejarah yang “garing” dan menjemukan itu. Jika semua sejarah bangsa-bangsa di dunia ini bisa disampaikan semenarik novel-novel fiksi, alangkah asyiknya. Pelajaran sejarah di sekolah-sekolah pasti tidak akan ditinggal tidur oleh para siswa.
My Salwa My Palestine adalah novel perdana Ibrahim Fawal, pengajar film dan sastra di Birmingham Southern College dan University of Alabama. Ia pernah menjadi asisten sutradara dalam film klasik terkenal Lawrence of Arabia. Novel sulungnya ini meraih PEN-Oakland Award untuk kategori Excellent in Literature. Sebagai seorang kelahiran Ramallah, Palestina, sangat dapat dimaklumi jika Fawal banyak menampilkan sisi emosional dalam kisahnya ini. Bagian-bagian memilukan disajikan secara gamblang sehingga berhasil menyentuh rasa kemanusiaan kita. Kita percaya, hampir tak ada kisah indah tentang perang. Di manapun. Kapan pun. Perang senantiasa hanya mendatangkan kesengsaraan dan penderitaan. Seperti yang kerap kita saksikan.
Namun, hal paling mengherankan adalah mengapa orang-orang Yahudi yang pernah mengecap pahitnya sejarah menjadi ‘orang buruan’ itu kini tega berbalik menjadi bangsa yang memburu-buru bangsa lain? Andai pun itu sebuah tindakan ‘balas dendam’, mengapa harus kepada orang-orang (Arab di) Palestina?***
Juli 1948,Musim panas di Palestina. Matahari terasa lebih terik, memanggang ribuan kepala manusia yang berbondong-bondong meninggalkan kampung halaman mereka di Ardallah menuju Jericho, kota kecil di perbatasan Palestina dan Jordania. Ardallah adalah sebuah kota yang terletak 45 kilometer di barat laut Jerusalem dan 23 kilometer sebelah timur Jaffa. Ardallah merupakan salah satu kota tujuan wisata di Palestina. Setiap musim panas, populasi penduduknya meningkat seratus persen oleh kedatangan para turis dari berbagai penjuru dunia. Penduduknya hidup rukun dan damai dalam kemajemukan agama: Islam, Kristen, dan Yahudi.
Namun, itu dahulu, setahun yang lalu sebelum kaum Zionis Yahudi masuk secara paksa dan mengusir pergi warga Palestina dari tanah air mereka sendiri.
Bermula pada tanggal 29 November 1947, ketika dunia kehilangan akal sehatnya dan menyebabkan timbulnya bencana berkepanjangan bagi negeri Palestina. Hari itu, para pemimpin dunia bersama-sama melakukan ‘bunuh diri’ massal lantaran menyetujui bersama-sama resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai pembagian Palestina. Kota suci Jerusalem dan sekitarnya menjadi wilayah dan hak internasional, dan Inggris harus mengakhiri kekuasaannya pada bulan Agustus.
Resolusi tersebut didukung tak kurang oleh tiga puluh tiga negara, tiga belas menolak, dan sepuluh abstain. Sudah pasti Amerika Serikat berdiri paling depan di antara para negara pendukung. Dengan kekuasaannya, negeri yang saat itu dipimpin oleh Presiden Truman, memaksa para sekutunya dengan cara mengancam untuk ikut memberi dukungan. Bahkan negara sebesar Prancis pun tunduk pada ancaman tersebut: tak akan mendapat bantuan luar negeri lagi jika tak mendukung rencana pembagian Palestina itu.
Dan itulah awal musibah sepanjang masa bagi warga Palestina. Rakyat yang telah mendiami tanah tersebut secara turun-temurun selama berabad-abad lampau harus menyingkir, terusir dari bumi kelahiran mereka oleh pendatang baru: kaum Yahudi Zionis.
Zionisme ialah sebuah gerakan kaum Yahudi yang hendak mendirikan kembali negara Israel. Istilah ini mula-mula dipakai oleh Nathan Birnbaum alias Matthias Acher (1864-1937), seorang budayawan Yahudi. Kata “zion” sendiri bermakna “bukit”. Bagi kaum Yahudi, Zion adalah nama sebuah bukit di Jerusalem . Sejarahnya, pasca direbutnya kota itu dari orang Jebus oleh Israel di bawah kepemimpinan Raja Daud, dibangunlah sebuah istana di atas bukit tersebut. Selanjutnya, Bukit Zion menjadi tempat ibadat sekaligus pemerintahan Yahudi. Bagi orang Israel, Zion berarti tanah air mereka pada masa Palestina kuno.
Konggres Zionisme yang pertama diadakan pada 1897. Sejak itu, Zionisme mulai turut bermain di gelanggang politik. Berkat upaya para pemimpinnya, pada 1917 berhasil membujuk Inggris untuk menandatangani Deklarasi Balfour yang menjanjikan suatu negara berkebangsaan yang berdaulat kepada orang-orang Yahudi itu. Tanah yang dijanjikan itu, sesuai keputusan Kongres Zionisme 1905, adalah Palestina dan sekitarnya.
Tiga puluh tahun kemudian (1948), terwujudlah impian orang-orang Yahudi tersebut untuk memiliki tanah air sendiri, meskipun dengan cara yang sangat terkutuk: membantai jutaan orang Palestina.
Kurang lebih demikianlah sekelumit sejarah Palestina yang tertuang dalam novel On The Hills of God ini. Entah demi pertimbangan bisnis (pasar), judul tersebut diubah menjadi My Salwa My Palestine berikut judul kecilnya (ditulis dengan huruf berukuran kecil sehingga nyaris tak terperhatikan ): Di Atas Bukit Tuhan. Judul yang sudah cukup panjang itu masih dirasa belum cukup, sehingga perlu ditambah dengan sebaris kalimat “keterangan”: “Kisah Tentang Kesetiaan Pada Tuhan, Tanah Air, Dan Kemanusiaan”.
Sejatinya, My Salwa My Palestine ini adalah sebuah fiksi sejarah. Riwayat pendudukan Israel di Palestina membingkai keseluruhan kisah dalam buku ini. Melalui tokoh Yousif Safi, pemuda berusia 18 tahun, Ibrahim Fawal memberi semacam kesaksian getir tentang perang Palestina yang tak kunjung usai hingga hari ini. Perang yang tak seimbang antara Palestina (didukung oleh Mesir, Jordania, Irak, Syiria, dan Lebanon) di satu pihak berhadap-hadapan dengan Israel (dibantu Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya) di pihak lain. Perang yang sempat membuat rakyat Palestina, selaku pihak paling menderita, meragukan keberadaan Tuhan.
“Tuhan, kalau Engkau membiarkan anak-Mu sendiri dipaku dan dilukai, kalau Engkau membiarkan ia mati di kayu salib seperti seorang penjahat, tentu Engkau akan membiarkan rumah-rumah kami terbakar. Kalau begitulah cara-Mu memperlakukan anak-Mu sendiri, lalu kepada siapa lagi orang Palestina memohon perlindungan? Engkau memperlakukan kami seakan-akan kami bukan anak-anak-Mu, seakan-akan Engkau tidak mencintai kami. Engkau memperlakukan kami tidak lebih baik dibanding raja-raja dan presiden kami memperlakukan kami….” (hlm56)
Palestina yang damai dalam sekejap telah berubah menjadi ladang pembantaian. Tercatat di antaranya pembantaian paling mengerikan di Deir Yasin yang terkenal itu. Nyaris tak ada yang selamat dalam aksi biadab tersebut. Para tentara Zionis itu bukan saja menembaki kaum prianya, tetapi juga memerkosa para wanita dan membunuh anak-anak. Menyusul kemudian, setelah Inggris hengkang pada Mei 1948, desa-desa yang lain menjadi sasaran serbuan. Termasuk Ardallah, kota kecil tempat Yousif dan kekasihnya, Salwa, tinggal.
Perihal percintaan Yousif dan Salwa bukanlah merupakan kisah utama. Hanya sepercik drama kecil pelengkap cerita sesungguhnya yang jauh lebih besar: drama (tragedi) kemanusiaan yang dipungut dari medan perang paling brutal dalam sejarah.
Membaca sejarah yang dituturkan lewat sebuah karya fiksi tentu jauh lebih menyenangkan ketimbang mengetahuinya melalui buku-buku sejarah yang “garing” dan menjemukan itu. Jika semua sejarah bangsa-bangsa di dunia ini bisa disampaikan semenarik novel-novel fiksi, alangkah asyiknya. Pelajaran sejarah di sekolah-sekolah pasti tidak akan ditinggal tidur oleh para siswa.
My Salwa My Palestine adalah novel perdana Ibrahim Fawal, pengajar film dan sastra di Birmingham Southern College dan University of Alabama. Ia pernah menjadi asisten sutradara dalam film klasik terkenal Lawrence of Arabia. Novel sulungnya ini meraih PEN-Oakland Award untuk kategori Excellent in Literature. Sebagai seorang kelahiran Ramallah, Palestina, sangat dapat dimaklumi jika Fawal banyak menampilkan sisi emosional dalam kisahnya ini. Bagian-bagian memilukan disajikan secara gamblang sehingga berhasil menyentuh rasa kemanusiaan kita. Kita percaya, hampir tak ada kisah indah tentang perang. Di manapun. Kapan pun. Perang senantiasa hanya mendatangkan kesengsaraan dan penderitaan. Seperti yang kerap kita saksikan.
Namun, hal paling mengherankan adalah mengapa orang-orang Yahudi yang pernah mengecap pahitnya sejarah menjadi ‘orang buruan’ itu kini tega berbalik menjadi bangsa yang memburu-buru bangsa lain? Andai pun itu sebuah tindakan ‘balas dendam’, mengapa harus kepada orang-orang (Arab di) Palestina?***
PERANG CINTA PALESTINA
Inilah perang – seperti cerita keseharian – yang
tak pernah diumumkan
Telah habis halaman untuk menuliskan nama-nama
: Jumlah korban tak terjumlahkan
Bayi-bayi dilahirkan
Di bawah hujan abu
mesiu
Disematkan pada mereka:
Nama
yang selalu ingin mengelak sebagai
sarang peluru
Anak-anak dibesarkan
pada lengkung tahun yang muram
Seperti bendera yang dikibarkan
Hanya separuh gagah, di setengah tiang
Melalui gambar rajah
di tangan yang kelak bersimbah darah
Mereka belajar membaca peta
Yang tak pernah kekal
batasnya
Angin gurun selalu menghapus
jejak dan gugus
Dengan kelopak hangus
jiwa yang terluka
Orang-orang ditahbiskan
menjadi pahlawan
pada genangan dendam
Karena perang ini – seperti sebuah rutin – tak
pernah diumumkan
Bahkan pada beranda rumah
Tempat mereka selalu berkemah
tak pernah diumumkan
Telah habis halaman untuk menuliskan nama-nama
: Jumlah korban tak terjumlahkan
Bayi-bayi dilahirkan
Di bawah hujan abu
mesiu
Disematkan pada mereka:
Nama
yang selalu ingin mengelak sebagai
sarang peluru
Anak-anak dibesarkan
pada lengkung tahun yang muram
Seperti bendera yang dikibarkan
Hanya separuh gagah, di setengah tiang
Melalui gambar rajah
di tangan yang kelak bersimbah darah
Mereka belajar membaca peta
Yang tak pernah kekal
batasnya
Angin gurun selalu menghapus
jejak dan gugus
Dengan kelopak hangus
jiwa yang terluka
Orang-orang ditahbiskan
menjadi pahlawan
pada genangan dendam
Karena perang ini – seperti sebuah rutin – tak
pernah diumumkan
Bahkan pada beranda rumah
Tempat mereka selalu berkemah
CINTA TETAP TUMBUH
Kepada gadis Palestin itu kuserahkan bunga
Ia tak bertanya, dari mana gerangan kuperolah kuntum lili itu
Ia terlalu tenggelam dalam perasaan yang megah
Seolah dunia memandangnya dengan mata berbinar
Sejenak terlupa, angin tetap mengirim debu
Pada antero derita yang ditanggungnya
Pipinya merah dadu
Sebuah paras yang luput dari lukisan perang
Bibirnya terbasuh kesumba
Oleh gemetar kata-kata yang hendak diucapkannya
Kepada gadis Palestin itu kuserahkan mahkota
Yang terbuat dari kertas surat kabar, terlampau sederhana
Lalu ia janjikan sebuah pasmina
Yang pernah berbulan-bulan menutupi rambutnya
Seolah aku, dalam tiupan angin kering ini, telah mencium
aroma wangi lehernya yang melekat di ujung rajutannya
Matanya mengandung cahaya
Tentu itu api harapan yang sengaja dinyalakan
Sebelum aku pulang, istirah dari kemelut
Seraya merasa bersalah telah meninggalkannya
Dalam marabahaya
Tapi cinta tetap tumbuh
Seperti lumut yang mendekap batu
Ah, tidak!
Seperti butir pasir yang selalu kembali ke
hamparan gurun
Ia tak bertanya, dari mana gerangan kuperolah kuntum lili itu
Ia terlalu tenggelam dalam perasaan yang megah
Seolah dunia memandangnya dengan mata berbinar
Sejenak terlupa, angin tetap mengirim debu
Pada antero derita yang ditanggungnya
Pipinya merah dadu
Sebuah paras yang luput dari lukisan perang
Bibirnya terbasuh kesumba
Oleh gemetar kata-kata yang hendak diucapkannya
Kepada gadis Palestin itu kuserahkan mahkota
Yang terbuat dari kertas surat kabar, terlampau sederhana
Lalu ia janjikan sebuah pasmina
Yang pernah berbulan-bulan menutupi rambutnya
Seolah aku, dalam tiupan angin kering ini, telah mencium
aroma wangi lehernya yang melekat di ujung rajutannya
Matanya mengandung cahaya
Tentu itu api harapan yang sengaja dinyalakan
Sebelum aku pulang, istirah dari kemelut
Seraya merasa bersalah telah meninggalkannya
Dalam marabahaya
Tapi cinta tetap tumbuh
Seperti lumut yang mendekap batu
Ah, tidak!
Seperti butir pasir yang selalu kembali ke
hamparan gurun
Merindukanmu (lagi)
Belum lepas semua penat
Setelah seharian menabung mimpi
Masih lekat teringat
Tak t’rasa ku merindukanmu lagi
Aku tahu… bahwa kumencintaimu
Aku tahu… bahwa kumenyayangimu
Namun baru ku tahu, sungguh
Betapa besar artimu bagiku
Masih ku ingat kata yang kau ucap
Pertemuan itu b’lum berganti hari
Masih t’rasa sentuhan hangat
Tapi ku sudah merindukanmu lagi
Setelah seharian menabung mimpi
Masih lekat teringat
Tak t’rasa ku merindukanmu lagi
Aku tahu… bahwa kumencintaimu
Aku tahu… bahwa kumenyayangimu
Namun baru ku tahu, sungguh
Betapa besar artimu bagiku
Masih ku ingat kata yang kau ucap
Pertemuan itu b’lum berganti hari
Masih t’rasa sentuhan hangat
Tapi ku sudah merindukanmu lagi
Kamis, Januari 01, 2009
Nikah, Antara Idealita dan Realita
Waktu sebelum nikah..mungkin kita memiliki angan-angan yg ideal tentang pernikahan, karena kebanyakan sebelum nikah kita banyak belajar dari buku-buku tentang pernikahan Islami yang begitu indahnya menggambarkan tentang sebuah pernikahan..
Tetapi perlu disadari bahwa apa yg kita jalani adalah sebuah dunia realita..bukan dunia idealisme dan angan-angan..bisa jadi apa yg kita angan-angankan sebelum nikah berbeda jauh dengan realita yang kita hadapi setelah nikah.
Jadi bisa dikatakan bahwa Nikah Adalah Membenturkan Antara Idealisme Dg Realita..
Itu yg perlu disadari dan dipersiapkan oleh teman-teman akhwat yg mau memasuki gerbang pernikahan..
Sebuah pernikahan yg bahagia adalah sejauh mana kita bisa mensinkronkan antara idealime dg realita yg kita jalani..semakin sinkron..maka semakin indah dan bahagia dalam kita menjalani pernikahan..
Kalau sebelum nikah kita memandang pernikahan adalah sebuah dunia yg penuh dg keindahan (masih dalam tataran idealisme) maka dalam dunia realita jg kita memandang bahwa pernikahan adalah realita yg penuh dengan keindahan..
Sekarang pertanyaanya adalah bagaimana kita mensinkronkan antara idealisme dg realita..kata kuncinya adalah ada pada Niat Dan Keiklasan..
Kalau kita dan pasangan kita dalam memasuki gerbang pernikahan berangkat dari niat yg sama..yaitu karena ibadah..maka keiklasan-keiklasan akan menyertai sepanjang perjalanan pernikahan kita..dan..keindahan-keindahan yang akan kita temui sepanjang perjalanan pernikahan kita...
Bagaimana ukhti saudaraku..siapkah engkau membenturkan idealisme dengan realita..?
....Kita Ada Di Dunia Bukan Untuk Mencari Seseorang Yang Sempurna Untuk Dicintai... Tetapi Untuk Belajar Mencintai Orang Yang Tidak Sempurna... Dengan Cara Yang Sempurna....
...beribu terima kasih kepada suamiku yang telah banyak mengajarkanku akan arti
cinta dan keiklasan...
Tetapi perlu disadari bahwa apa yg kita jalani adalah sebuah dunia realita..bukan dunia idealisme dan angan-angan..bisa jadi apa yg kita angan-angankan sebelum nikah berbeda jauh dengan realita yang kita hadapi setelah nikah.
Jadi bisa dikatakan bahwa Nikah Adalah Membenturkan Antara Idealisme Dg Realita..
Itu yg perlu disadari dan dipersiapkan oleh teman-teman akhwat yg mau memasuki gerbang pernikahan..
Sebuah pernikahan yg bahagia adalah sejauh mana kita bisa mensinkronkan antara idealime dg realita yg kita jalani..semakin sinkron..maka semakin indah dan bahagia dalam kita menjalani pernikahan..
Kalau sebelum nikah kita memandang pernikahan adalah sebuah dunia yg penuh dg keindahan (masih dalam tataran idealisme) maka dalam dunia realita jg kita memandang bahwa pernikahan adalah realita yg penuh dengan keindahan..
Sekarang pertanyaanya adalah bagaimana kita mensinkronkan antara idealisme dg realita..kata kuncinya adalah ada pada Niat Dan Keiklasan..
Kalau kita dan pasangan kita dalam memasuki gerbang pernikahan berangkat dari niat yg sama..yaitu karena ibadah..maka keiklasan-keiklasan akan menyertai sepanjang perjalanan pernikahan kita..dan..keindahan-keindahan yang akan kita temui sepanjang perjalanan pernikahan kita...
Bagaimana ukhti saudaraku..siapkah engkau membenturkan idealisme dengan realita..?
....Kita Ada Di Dunia Bukan Untuk Mencari Seseorang Yang Sempurna Untuk Dicintai... Tetapi Untuk Belajar Mencintai Orang Yang Tidak Sempurna... Dengan Cara Yang Sempurna....
...beribu terima kasih kepada suamiku yang telah banyak mengajarkanku akan arti
cinta dan keiklasan...
Dakwah dan Cinta
Katakanlah, Inilah jalanku, aku mengajak kalian kepada Allah dengan bashirah, aku dan pengikut-pengikutku. Mahasuci Allah, dan aku bukan termasuk orang-orang yang musyrik
Jalan dakwah panjang terbentang jauh kedepan
Duri dan batu selalu mengganjal, lembah dan bukit menghadang
Ujungnya bukan di usia, bukan pula didunia.
Tetapi Cahaya Maha Cahaya, Syurga dan Ridho Allah
CINTA ADALAH SUMBERNYA, HATI DAN JIWA ADALAH RUMAHNYA.
PERGILAH KE HATI-HATI
MANUSIA, AJAKLAH KE JALAN RABBMU
Nikmati perjalanannya, berdiskusilah dengan bahasa bijaksana
Dan jika seseorang mendapat hidayah karenamu. Itu lebih baik dari dunia dan segala isinya
Pergilah ke hati-hati manusia ajaklah ke jalan Rabbmu
Jika engkau CINTA maka dakwah adalah FAHAM
Mengerti tentang Islam, Risalah Anbiya dan warisan ulama.
Hendaklah engkau fanatis dan bangga dengannya
Seperti Mughirah bin Syu’bah di hadapan Rustum Panglima Kisra
Jika engkau CINTA, maka dakwah adalah IKHLAS
Menghiasi hati, memotivasi jiwa untuk berkarya
Seperti kata Abul Anbiya, Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata bagi Rabb semesta
Berikan hatimu untuk Dia, katakan Allahu Ghayatuna
Jika engkau CINTA maka dakwah adalah AMAL
Membangun kejayaan umat kapan saja, dimana saja berada
Yang bernilai adlah kerja bukan semata ilmu apalagi lamunan.
Sasarannya adalah perbaikan dan perubahan
AL ISLAH WA TAGHYIR
Dari diri pribadi, keluarga, masyarakat hingga negara. Bangun aktivitas secara tertib untuk mencapai KEJAYAAN
Jika engkau CINTA maka dakwah adalah TAAT
Kepada Allah dan RasulNya, Al-Qur’an dan sunnahnya
Serta orang-orang bertaqwa yang tertata. Taat adalah wujud syukurmu kepada hidayah Allah
Karenanya nikmat akan bertambah melimpah penuh berkah
Jika engkau CINTA maka dakwah adalah TADHIYAH
Bukti kesetiaan dan kesiapan memberi, pantang meminta. Bersedialah banyak kehilangan dengan sedikit menerima
KARENA YANG DISISI ALLAH LEBIH MULIA....SEDANG DISISIMU FANA BELAKA
Sedangkan setiap tetes keringat berpahala berlipat ganda
Jika engkau CINTA maka dakwah adalah TSABAT
Hati dan jiwa yang tegar walau banyak rintangan. Buah dari sabar meniti jalan,
teguh dalam barisan
ISTIQOMAH DALAM PERJUANGAN DENGAN KAKI TAK TERGOYAHKAN
Berjalan lempang jauh dari penyimpangan
Jika engkau CINTA maka dakwah adalah TAJARRUD
Ikhlas di setiap langkah menggapai suatu tujuan.
Padukan seluruh potensimu libatkan dalam jalan ini
ENGKAU DA’I SEBELUM APAPUN ADANYA ENGKAU.
Dakwah tugas utamamu sedangkan lainnya selingan
Jika engkau CINTA maka dakwah adalah TSIQOH
Kepercayaan yang dilandasi iman suci penuh keyakinan.
Kepada Rasul, Islam, Qiyadah dan Junudnya
Hilangkan keraguan dan pastikan kejujuran,
KARENA INILAH KAFILAH KEBENARAN YANG PENUH BERKAH
Jika engkau CINTA maka dakwah adalah UKHUWAH
Lekatnya ikatan hati berjalan dalam nilai-nilai persaudaraan. Bersaudaralah dengan muslimin sedunia, umumnya mukmin mujahidin
LAPANG DADA syarat terendahnya, ITSAR bentuk tertingginya
Dan Allah yang mengetahui, menghimpun hati-hati para da’I dalam cintaNya berjumpa karena taat kepadaNya
MELEBUR SATU DALAM DAKWAH KE JALAN ALLAH, SALING BERJANJI UNTUK MENOLONG SYARI’ATNYA
Arie-
Jalan dakwah panjang terbentang jauh kedepan
Duri dan batu selalu mengganjal, lembah dan bukit menghadang
Ujungnya bukan di usia, bukan pula didunia.
Tetapi Cahaya Maha Cahaya, Syurga dan Ridho Allah
CINTA ADALAH SUMBERNYA, HATI DAN JIWA ADALAH RUMAHNYA.
PERGILAH KE HATI-HATI
MANUSIA, AJAKLAH KE JALAN RABBMU
Nikmati perjalanannya, berdiskusilah dengan bahasa bijaksana
Dan jika seseorang mendapat hidayah karenamu. Itu lebih baik dari dunia dan segala isinya
Pergilah ke hati-hati manusia ajaklah ke jalan Rabbmu
Jika engkau CINTA maka dakwah adalah FAHAM
Mengerti tentang Islam, Risalah Anbiya dan warisan ulama.
Hendaklah engkau fanatis dan bangga dengannya
Seperti Mughirah bin Syu’bah di hadapan Rustum Panglima Kisra
Jika engkau CINTA, maka dakwah adalah IKHLAS
Menghiasi hati, memotivasi jiwa untuk berkarya
Seperti kata Abul Anbiya, Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata bagi Rabb semesta
Berikan hatimu untuk Dia, katakan Allahu Ghayatuna
Jika engkau CINTA maka dakwah adalah AMAL
Membangun kejayaan umat kapan saja, dimana saja berada
Yang bernilai adlah kerja bukan semata ilmu apalagi lamunan.
Sasarannya adalah perbaikan dan perubahan
AL ISLAH WA TAGHYIR
Dari diri pribadi, keluarga, masyarakat hingga negara. Bangun aktivitas secara tertib untuk mencapai KEJAYAAN
Jika engkau CINTA maka dakwah adalah TAAT
Kepada Allah dan RasulNya, Al-Qur’an dan sunnahnya
Serta orang-orang bertaqwa yang tertata. Taat adalah wujud syukurmu kepada hidayah Allah
Karenanya nikmat akan bertambah melimpah penuh berkah
Jika engkau CINTA maka dakwah adalah TADHIYAH
Bukti kesetiaan dan kesiapan memberi, pantang meminta. Bersedialah banyak kehilangan dengan sedikit menerima
KARENA YANG DISISI ALLAH LEBIH MULIA....SEDANG DISISIMU FANA BELAKA
Sedangkan setiap tetes keringat berpahala berlipat ganda
Jika engkau CINTA maka dakwah adalah TSABAT
Hati dan jiwa yang tegar walau banyak rintangan. Buah dari sabar meniti jalan,
teguh dalam barisan
ISTIQOMAH DALAM PERJUANGAN DENGAN KAKI TAK TERGOYAHKAN
Berjalan lempang jauh dari penyimpangan
Jika engkau CINTA maka dakwah adalah TAJARRUD
Ikhlas di setiap langkah menggapai suatu tujuan.
Padukan seluruh potensimu libatkan dalam jalan ini
ENGKAU DA’I SEBELUM APAPUN ADANYA ENGKAU.
Dakwah tugas utamamu sedangkan lainnya selingan
Jika engkau CINTA maka dakwah adalah TSIQOH
Kepercayaan yang dilandasi iman suci penuh keyakinan.
Kepada Rasul, Islam, Qiyadah dan Junudnya
Hilangkan keraguan dan pastikan kejujuran,
KARENA INILAH KAFILAH KEBENARAN YANG PENUH BERKAH
Jika engkau CINTA maka dakwah adalah UKHUWAH
Lekatnya ikatan hati berjalan dalam nilai-nilai persaudaraan. Bersaudaralah dengan muslimin sedunia, umumnya mukmin mujahidin
LAPANG DADA syarat terendahnya, ITSAR bentuk tertingginya
Dan Allah yang mengetahui, menghimpun hati-hati para da’I dalam cintaNya berjumpa karena taat kepadaNya
MELEBUR SATU DALAM DAKWAH KE JALAN ALLAH, SALING BERJANJI UNTUK MENOLONG SYARI’ATNYA
Arie-
As Sisi, Aktivis Harakah Penuh Cinta
Pada tanggal 8 Ramadhan tahun 1425 H bertepatan dengan tanggal 22 Oktober 2004 dakwah Islam telah mengakar di Mesir, Syeikh Abbas As-sisi –rahimahullah- salah seorang tokoh pada tahun 30 an, pemilik sekolah khusus dakwah yang dikenal dengan sekolah penuh cinta karena pemiliknya terkenal dan masyhur dengan seorang yang penuh cinta, murah senyum, hati yang lapang dan terbuka. Beliau merupakan salah seorang dari sekian banyak orang yang tidak terkontaminasi ideologinya walau dengan cobaan dan ujian yang berat yang menimpa dakwah di Mesir, bahkan beliau menerimanya dengan penuh cinta, syiar beliau yang paling terkesan adalah “Dakwah kepada Allah adalah cinta” dan bahkan syiar tersebut menjadi judul buku pada sekolah dakwah, dan dikenal oleh banyak generasi bahwa dakwah adalah cinta dan bahwasanya dakwah Islam tidak mengenal kekerasan.
Tentunya tidak asing bahwa beliau memiliki banyak pengikut -25 ribu atau lebih- dari pemuda yang mencintai beliau dan menimba ilmu dan pembinaan di sekolahnya, mendapatkan konsep-konsep tarbiyah yang dianggap telah usang dan konsep-konsep tarbiyahnya yang telah hilang dari banyak generasi di masa awal setelah mereka ditempa tarbiyah ala militer dan nilai-nilai keprajuritan absolut, yang telah menghabiskan masa muda mereka di balik jeruji besi dan borgol; sehingga memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap manhaj dakwah ketika berhadapan dengan ujian dan siksaan.
Adapun beliau setelah keluar dari penjara seperti seorang yang lebih muda dari para pemuda lainnya; banyak senyum dan toleran walaupun terhadap musuhnya, dan melalui tangan beliau yang halus dakwah Islam bergerak, khususnya di tengah para pemuda “Jamaah Islam” di beberapa universitas di Mesir, metode dan sekolah beliau menjadi sebab bergabung dan bersatunya -terutama jamaah al-ikhwan al-muslimun pada tahun 70 an-, para ulama seperti Ibrahim Az-za’farani dan Khalid Daud di Alexandria, Abdul Mun’im Abdul Futuh dan Hilmi Al-Jazar di Cairo, dan Abu al-Ala Madhi di pedesaan.
Guru para pemuda tentang cinta dan perasaan
Abbas As-sisi merupakan sosok penghubung yang lembut dengan para pemuda terutama saat pecah gerakan kebangkitan Islam pada tahun 70 an yang memiliki pengaruh sangat besar dari terhindarnya para pemuda pada garis keras dengan manhaj dan metode dalam berdakwah kepada Allah yang bijak bijak.
Abbas As-sisi juga memiliki pengaruh yang besar dalam meluruskan etika dan perilaku Islam khususnya di Kota Alexandria -sebagai salah satu pusat kebangkitan yang menjadi medan dakwah yang luas-, mungkin hanya sedikit dari para da’i yang menerapkan kaidah ini dalam perilaku dan interaksi hingga dapat memberikan kelembutan di antara para pemuda dengan dai penyeru perasaan; karena begitu banyak yang dibicarakan dan ditulis serta dimotivasi sehingga memiliki hubungan dengan beliau.
Abbas As-sisi (1918-2004) merupakan salah seorang dai generasi awal dalam harakah Islam yang gigih dalam berkomunikasi dengan para pemuda dan memfokuskan dakwah kepada mereka, berinteraksi dengan mereka selama beberapa tahun antara kemajuan dan kemunduran. Beliau memiliki banyak pelajaran yang mampu memberikan pengaruh pada setiap tingkatan. Beliau juga telah menyaksikan kemajuan dakwah Islam pada kurun waktu tahun 80 an yang merambah ke dalam berbagai universitas di seluruh pelosok kota di Mesir. Sebagaimana beliau juga merupakan salah seorang da’i terkemuka sehingga nadwah yang dihadiri oleh beliau pada tahun 1984 berjumlah 27 nadwah. Sosok yang gigih dalam mensosialisasikan ruh yang lurus dan tawadhu pada diri pemuda, jauh dari pengaruh akibat kemenangan yang mendapat bahaya ketika berkomunikasi langsung dengan para pemuda.
Begitupun muhadhoroh-muhadhoroh beliau di kota Alexandria setelah dimulainya gerakan pengikisan di berbagai universitas Mesir, dan setelah terjadi benturan antara gerakan dan kekuasaan yang berakibatk pada tersosialisasikannya persatuan pelajar, lembaga sosial dan aktivitas di masjid-masjid, memberikan pengaruh besar dalam menenangkan jiwa yang bergolak dan menghilangkan sikap ekstrim, setelah adanya pertemuan dalam muhadhoroh saat itu.
Beliau tidak pernah meremehkan undangan para pemuda untuk berjumpa dengannya, karena beliau memang gigih dalam menanamkan ruh cinta dan ukhuwah diantara mereka, sebagaimana beliau tidak pernah melewatkan waktu sedikitpun untuk berkunjung, beliau berkata :
“Saya pernah diundang untuk ziarah pada sekumpulan pemuda, dan memakan waktu perjalanan selama 3 jam ! dan ketika tiba, saya dapati mereka telah menyambut saya sambil duduk! Mereka diam seperti batu, perasaan mereka seakan kosong, mata mereka seakan mati, akhirnya salah seorang yang tertua dari mereka menghampiri saya lalu saya sampaikan kepada mereka dengan tanpa perasaan dan ruh. Setelah selesai berbicara mereka berterimakasih kepada saya dan saat saya keluar seakan saya berta’ziyah pada orang yang meninggal!! Lalu saya kembali dengan sedih terhadap apa yang saya saksikan dan lihat!!
Waktupun berjalan; hari demi hari, minggu demi minggu, datang kepada saya salah seorang akh yang mengundang saya sebelumnya, datang mengundang sekali lagi untuk mengunjungi mereka.
Saya katakan kepadanya: Kemana?
Dia berkata: kepada Ihkwah.
Saya katakan kepadanya: apakah mereka ikhwah?
Dia berkata: Ya.
Saya berkata: Mustahil mereka dapat merasakan makna ukhuwah, bagaimana mereka seorang ikhwah…padahal datang kepada mereka seorang tamu, perjalanannya memakan waktu 3 jam, datang dengan penuh kerinduan yang membara, perasaan yang bergelora, dan jiwa yang lapang. Namun mereka menerimanya dengan perasaan yang
Tentunya tidak asing bahwa beliau memiliki banyak pengikut -25 ribu atau lebih- dari pemuda yang mencintai beliau dan menimba ilmu dan pembinaan di sekolahnya, mendapatkan konsep-konsep tarbiyah yang dianggap telah usang dan konsep-konsep tarbiyahnya yang telah hilang dari banyak generasi di masa awal setelah mereka ditempa tarbiyah ala militer dan nilai-nilai keprajuritan absolut, yang telah menghabiskan masa muda mereka di balik jeruji besi dan borgol; sehingga memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap manhaj dakwah ketika berhadapan dengan ujian dan siksaan.
Adapun beliau setelah keluar dari penjara seperti seorang yang lebih muda dari para pemuda lainnya; banyak senyum dan toleran walaupun terhadap musuhnya, dan melalui tangan beliau yang halus dakwah Islam bergerak, khususnya di tengah para pemuda “Jamaah Islam” di beberapa universitas di Mesir, metode dan sekolah beliau menjadi sebab bergabung dan bersatunya -terutama jamaah al-ikhwan al-muslimun pada tahun 70 an-, para ulama seperti Ibrahim Az-za’farani dan Khalid Daud di Alexandria, Abdul Mun’im Abdul Futuh dan Hilmi Al-Jazar di Cairo, dan Abu al-Ala Madhi di pedesaan.
Guru para pemuda tentang cinta dan perasaan
Abbas As-sisi merupakan sosok penghubung yang lembut dengan para pemuda terutama saat pecah gerakan kebangkitan Islam pada tahun 70 an yang memiliki pengaruh sangat besar dari terhindarnya para pemuda pada garis keras dengan manhaj dan metode dalam berdakwah kepada Allah yang bijak bijak.
Abbas As-sisi juga memiliki pengaruh yang besar dalam meluruskan etika dan perilaku Islam khususnya di Kota Alexandria -sebagai salah satu pusat kebangkitan yang menjadi medan dakwah yang luas-, mungkin hanya sedikit dari para da’i yang menerapkan kaidah ini dalam perilaku dan interaksi hingga dapat memberikan kelembutan di antara para pemuda dengan dai penyeru perasaan; karena begitu banyak yang dibicarakan dan ditulis serta dimotivasi sehingga memiliki hubungan dengan beliau.
Abbas As-sisi (1918-2004) merupakan salah seorang dai generasi awal dalam harakah Islam yang gigih dalam berkomunikasi dengan para pemuda dan memfokuskan dakwah kepada mereka, berinteraksi dengan mereka selama beberapa tahun antara kemajuan dan kemunduran. Beliau memiliki banyak pelajaran yang mampu memberikan pengaruh pada setiap tingkatan. Beliau juga telah menyaksikan kemajuan dakwah Islam pada kurun waktu tahun 80 an yang merambah ke dalam berbagai universitas di seluruh pelosok kota di Mesir. Sebagaimana beliau juga merupakan salah seorang da’i terkemuka sehingga nadwah yang dihadiri oleh beliau pada tahun 1984 berjumlah 27 nadwah. Sosok yang gigih dalam mensosialisasikan ruh yang lurus dan tawadhu pada diri pemuda, jauh dari pengaruh akibat kemenangan yang mendapat bahaya ketika berkomunikasi langsung dengan para pemuda.
Begitupun muhadhoroh-muhadhoroh beliau di kota Alexandria setelah dimulainya gerakan pengikisan di berbagai universitas Mesir, dan setelah terjadi benturan antara gerakan dan kekuasaan yang berakibatk pada tersosialisasikannya persatuan pelajar, lembaga sosial dan aktivitas di masjid-masjid, memberikan pengaruh besar dalam menenangkan jiwa yang bergolak dan menghilangkan sikap ekstrim, setelah adanya pertemuan dalam muhadhoroh saat itu.
Beliau tidak pernah meremehkan undangan para pemuda untuk berjumpa dengannya, karena beliau memang gigih dalam menanamkan ruh cinta dan ukhuwah diantara mereka, sebagaimana beliau tidak pernah melewatkan waktu sedikitpun untuk berkunjung, beliau berkata :
“Saya pernah diundang untuk ziarah pada sekumpulan pemuda, dan memakan waktu perjalanan selama 3 jam ! dan ketika tiba, saya dapati mereka telah menyambut saya sambil duduk! Mereka diam seperti batu, perasaan mereka seakan kosong, mata mereka seakan mati, akhirnya salah seorang yang tertua dari mereka menghampiri saya lalu saya sampaikan kepada mereka dengan tanpa perasaan dan ruh. Setelah selesai berbicara mereka berterimakasih kepada saya dan saat saya keluar seakan saya berta’ziyah pada orang yang meninggal!! Lalu saya kembali dengan sedih terhadap apa yang saya saksikan dan lihat!!
Waktupun berjalan; hari demi hari, minggu demi minggu, datang kepada saya salah seorang akh yang mengundang saya sebelumnya, datang mengundang sekali lagi untuk mengunjungi mereka.
Saya katakan kepadanya: Kemana?
Dia berkata: kepada Ihkwah.
Saya katakan kepadanya: apakah mereka ikhwah?
Dia berkata: Ya.
Saya berkata: Mustahil mereka dapat merasakan makna ukhuwah, bagaimana mereka seorang ikhwah…padahal datang kepada mereka seorang tamu, perjalanannya memakan waktu 3 jam, datang dengan penuh kerinduan yang membara, perasaan yang bergelora, dan jiwa yang lapang. Namun mereka menerimanya dengan perasaan yang
Langganan:
Postingan (Atom)
Ruang Tamu
Puncak Selera Jiwa
Pojok Hikmah
mimpi dapat diperpanjang. tidak peduli berapa usia kita atau apa kondisi kita, karena masih ada kemungkinan belum tersentuh di dalam diri kita dan keindahan baru menunggu untuk dilahirkan. Karena Bermimpilah ! untuk esok yang indah