Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Kategori

Artikel (4) Dakwah (7) Motivasi (3) Muhasabah (11) Munajah (7) Prosa (5) Puisi (18) Tarbiyah (2)

Kamis, Februari 26, 2009

MEMILIH HIDUP DI JALAN DAKWAH


Adil Muhammad, SS.

Taqdim
Hidup memiliki arus kehidupan tersendiri yang terus berjalan sepanjang kehidupan itu ada, ia memiliki sunanul hayah berupa ketentuan hidup yang telah ditetapkan Allah. Salah satu kepastian hidup itu adalah kebaikan akan berakhir pada kebahagiaan sednagkan keburukan akan berakhir sengsara, ini adalah garis kehidupan yang tidak akan berubah.
Itulah jalan yang haus kita lalui, hingga titik akhir memperoleh keridhoan. Dari setitik kehidupan harus kita lalui hingga mencapai kehidupan akhirat, dan jalan bahagia tentunya menjadi kehendak kita.
Dan pilihan hidup kita jatuh pada jalan da’wah, jalan yang kita yakini sebagai jalan mulia yang berujung bahagia. Maka, ada banyak pelajaran dalam ragam suasana yang kita rasakan di jalan ini perlu uraikan sebagai bekal hiburan untuk betah di jalan ini. Bahagialah kita jika Allah memili kita bersama di jalan ini. Teringat perkataan Allah : “ Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkanmu daripadanya.” ( 3 : 103 ). Alhamdulillah hadaana lihadza……. Nikmat ini tidak boleh diremehkan, kita harus jaga…jangan sampai hilang dari kita. ( 3 : 8 )

Awal Bersama Da’wah
Barang siapa yang tidak benar permulaan kehendaknya,
niscaya tidak akan selamat pada kesudahan akibatnya ( Hikmah )

Renungkan selalu, Mengapa kita ada dijalan ini ?, banyak jawaban untuk itu, tapi yang terpenting kita pahami bahwa da’wah ini sesungguhnya adalah kebutuhan bukan sekedar kewajiban, bahkan lebih dari itu bersama dakwah dalah kesyukuran atas hidayah. Kita harus selalu hidup dinamis dengan menjadikan pesan-pesan dakwah Rasululullah sebagi pemicu gerak……..*
Sisi lain, kebersamaan kita dalam dakwah tidak lepas dari jasa pendahulu kita kenal atau tidak, malaikat senantiasa mencatat pahala dakwah mereka hingga kiamat kelak. Kebutuhan kita pada dakwah karena kita menginginkan seperti mereka dengan nikmat pahala dari Allah. ( Ingat Doa makhluk untuk da’i, HR. Tirmidzi )
Alasan lain, dakwah menjadi penghalang turunnya adzab Allah dan penghalang fitnah bagi keseluruhan makhluk ( Al A’raf : 164, Ali Imran ). Berhadapan dengan dakwah manusia terbagi 3 : shalih linafsisi wa lighairihi, shalih linafsihi qat, Dzolim lidda’wah wa lighairihi. ( Al A raf : 165, hadits ma. Tentang pertanyaan zaenab pada Rasul, juga Abubakar ), bersama da’wah semoga menjadi langkah penyelamatan terhadap diri dan manusia.
Sebelum memulai perjalanan bersiap siagalah : 1. siapkan kondisi psikis ( terutama niat yang tulus ) dan fisik terutama saat meghadapi jalan panjang berliku melelahkan atau jalan nikmat melenakan. 2. pilih teman yang baik ( ar rafiiq as ahaleh qabla ath thariq ) dan biarkan Allah yang memilihkan teman bagi kita. Mereka itulah yang disinggung Allah sebagai pemenang ( 3 : 104 ). 3. diantara syarat perjalanan adalah pemimpin, setelah itu beramal jama’i adalah keniscayaan, tsiqoh dan ta’at pada syuro adalah rambu kesolidan.
Jalan ini, adalah miniatur perjalan hidup sesunggunya, akan banyak permasalahan dalam interaksi, namun tetaplah bersama merangkai pelangi yang terlihat ditengah keragaman warna, toleran, ukhuwah, tsiqah adalah kekuatan yang akan menghimpun hingga ke akhir jalan bahagia. Tapi jalan ini, tetap saja menyimpan karakter yang perlu kita tahu, ada 3 kelompok manusia di jalan ini : Dzolimun linafsihi ( lalai dari bekal ), muqtasidun ( berbekal secukupnya ), sabiqun bil khairat ( yang berobsesi meraih keuntungan maksimal dengan bekal maksimal ). Fatazawwadu…..

Membangun Kebersamaan
Ingatkah kita analogi dakwah Rasul ? dakwah adalah bangunan sejak awal kenabian dan Rasulullah menjadi penutup yang akan memperindah bangunan dakwah itu ( istimroriyah ad dakwah ), sehingga dakwah sesungguhnya adalah estafeta perjuangan hingga akhir kehidupan. Bagunan itu harus kokoh karena perlu kualitas batu bata yang baik dengan posisi beraneka ragam, bahkan terkadang perlu memotong batu batu itu. Disanalah seni kehidupan kita, benar-benar unik dan khas, kita pun memiliki kekhasan sebagaimana sahabat Nabi dulu, karenanya bertahanlah pada posisi dimana bangunan ini menghendaki.
Hal lain yang penting di jalan ini, bahwa kita sesungguhnya kaum penolong, bukan yang akan ditolong. Karena idup kita untuk kemashlahan besar. Hidup milik Allah, milik umat bukan pribadi. Karena peruntukan prbadi akan sirna, dan kebaikan umum itulah yang abadi. ‘’ innalladzina ya’idzuna linafsihi, yaisyu shagiran wa yamuutu shagiron. Walladzi ya’isy liummatih, ya’isyu adziman kabiran wa laa yamutu abada. ( Sayyid Quthb ), Jika engkau menolong ( agama ) Allah………Muhammad : 9
Kebesamaan kita paling tidak harus terikat pada 5 hal : rabtul aqidah, rabtul fikroh, rabtul ukhuwah, rabtut tandzim, rabtul ahdi. Semoga ikatan ini memelihara kita dari keterhempasan. Berhati-hatilah dari : su’ul fahm, al khauf wa wahn, irtibatul fardi.

Menikmati perjalanan.
Barangkali manusia mengira kitalah orang yang paling merugi, karena banyaknya pengorbanan, energi dan konstribusi yang kita distribusikan untuk kepentingan perjuangan, biarlah mereka menyangkakan itu, tetapi bagi kita kenikmatan bersama dalam barisan dakwah dan obesesi pertemuan dengan Allah lebih besar dari sekedar apa yang kita persembahkan. Karenanya, bertahanlah…dan jangan peduli apa kata mereka para pencibir dakwah. Senantiasalah bersama dan luruskan niat. Sabda Rasul :“tiga hal yang mengalangi kedengkian orang muslim. Keikhlasan, nasihat kepada pemimpin dan berpegang pada jama’ah.” ( HR. Tirmidzi )
Ya, kewajiban kita memang lebih banyak dari waktu yang tersedia. Karenanya Islam banyak mengarahkan kita untuk menghargai memaksimalkan waktu yang kita dapat. Dalam perjalanan ini, sekali lagi…interaksi antar juru dakwah menjadi sentral perhatian demi kekohan struktur dakwah. Ta’aruf, tafahum dan takaful adalah keharusan bagi kita untuk selamat dari fitnah perceraian dalam melewati jalan ini. Siapa yang tidak terhimpun dalam al haq dia akan diceraiberaikan oleh kebatilan.
Yang tak terlupakan adalah, kenikmatan membina diri dan orang lain. ( la an yahdiyallahu bika….HR Bukhari )
Di sisi lain, Bukan tidak mungkin dalam jalan ini, ada fenomena tidak mengenakkan dalam kebersamaan. Tapi dakwah mengajarkan pada bahwa jika bertemu dengan situasi tersebut maka pertama bercerminlah pada diri sendiri. Kaji yang tersirat bukan yang tersurat. ( ingat kisah Musa dan Khidir dalam al Kahfi ), tapi bukan berarti, tidak ada cacat dal jama’ah dakwah, hanya menghukumi tidak hanya pada dzohir saja. Ya, kita semua manusia..kecewa dan salah sangat mungkin, tapi haruskan bangunan ini roboh, ingat perjuangan awal kita. Sahabat Rasul pun demikian, ini bukan justifikasi tetapi seni yang harus dilalui tanpa mengorbankan dan mengikis persatuan. Kita punya mekanisme, mari berjalan diatasnya.
Yang cukup besar adalah spektrum politik sebagai salah satu ketetapan langkah yang dilalui dan masih saja menimbulkan kontrofersi sengit pada tataran praktisnya, begitulah kira-kira satu langkah yang harus dilalui menuju kebahagiaan. Tapi akankah kita juga turut membenturkan antara dakwah dan politik? Atau kita sendiri pun masih terus saling berbenturan? Kita akaui, wilayah ini adalah wilayah rawan, kesalahan sekali lagi sangat mungkin dan merupakan resiko sebuah aktifitas, karena kita bukan malaikat, tapi yang terpenting, mari kita perilahara dominasi kebaikan saudara dan menjadikan kesalahan sebagaii pelajaran, mundur dari dakwah bukan jalan terbaik. Nasihat adalah tiang penyangga bangunan kita.
Perjalanan Tanpa Ujung ; Bekal Ruhiyah Meringankan Langkah
Perjalanan melelahkan, lelah akan menjadi beban ketika diraskan sebagai keletihan fisik yang tidak diikuti oleh keyakinan ruhiyah. Maka kesempitan dalam jalan ini menyimpan hikmah luar biasa yang akan tercurah dalam bentuk rahmah Allah Swt. Bekali diri senantiasa dengan : keyakinan, ta’abbudiya, saling medoakan ( asy Syuara : 26 ), dan baca siroh pada da’i shalih mushlih.
Biarkan keletihan menjadi energi, kesulitan menambah kekuatan, potensi menjadi tergali dan bergerak menuju manusia paripurna.
Yang pasti perjalan ini tidak boleh berhenti, karena memang jalan ini tak berujung, bahkan usia dakwah lebih panjang dari usia kita, wariskan gerakan, hingga Allah tunjukkan Kebahagiaan hakiki bertemu dengan-Nya dalam ridho-Nya.
Amin Yaa Mujiibud da’watis saailiin.

Wallahu A’lam.
17.15 - 19.05, di Ar Rahmah 12 September 2008
Taujih Tarbawiyah 12 Ramadhan 1429 H

0 komentar:

Ruang Tamu


Tinggalkan Pesan Terbaikmu

Puncak Selera Jiwa

Pojok Hikmah

mimpi dapat diperpanjang. tidak peduli berapa usia kita atau apa kondisi kita, karena masih ada kemungkinan belum tersentuh di dalam diri kita dan keindahan baru menunggu untuk dilahirkan. Karena Bermimpilah ! untuk esok yang indah